Photobucket

Melacak Status Hukum KOPI LUWAK

Jumat, 29 Oktober 2010 | 0 komentar



Kopi Luwak

KOPI dan LUWAK
Beberapa waktu yang lalu, media massa ramai membicarakan hukum “kopi luwak”, apakah halal ataukah haram. Pasalnya, kopi antik asal Indonesia yang terkenal sangat ma­hal tersebut*) ternyata dalam proses pembuatannya menggunakan bantuan luwak (sejenis musanglParadoxurus hermaphrodites). Di antara proses produksinya ; sekumpulan luwak dipersilakan makan buah kopi matang lalu kopi yang keluar bersama kotoran luwak tersebut dibersihkan dan diproses hingga menjadi bubuk kopi siap saji.
Nah, apakah karena prosesnya yang seperti itu menjadikan kopi jenis ini najis dan haram?!! MUI telah mempelajari dan menyelidiki masalah ini lalu menyimpulkannya ha­lal.**) Hanya, masih ada sebagian orang mempertanyakan tentang kebenaran fatwa MUI tersebut. Oleh karena itu, kami memandang perlu untuk menulis pembahasan ini sebagai keterangan bagi kaum muslimin semuanya. Semoga bermanfaat.




HUKUM KOPI
Ketahuilah wahai saudaraku seiman — semo­ga Allah Ta’ala merahmatimu—bahwa asal hukum segala jenis makanan baik dari hewan, tumbu­han, laut maupun daratan adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya[1].
Allah Ta’ala berfirman :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. (QS. al-Baqoroh [2]: 168)
Tidak boleh bagi seorang pun mengharam­kan suatu makanan kecuali berlandaskan dalil dari al-Qur’an dan hadits yang shohih dan apa­bila seorang mengharamkan tanpa dalil, maka dia telah membuat kedustaan tentang Allah.
Memang pada awal munculnya, kopi banyak diperdebatkan oleh ulama, bahkan banyak tu­lisan tentangnya. Ada yang mengharamkannya karena dianggap memabukkan dan ada yang menghalalkan karena asal minuman adalah ha­lal[2]. Namun, dengan berjalannya waktu, pen­dapat yang mengharamkan itu hilang dan para ulama-pun bersepakat tentang halalnya kopi[3]. Sampai-sampai al-Halawi mengatakan setelah menyebutkan perselisihan ulama tentang hukum kopi : “Orang yang mengharamkan kopi tidaklah memiliki alasan yang ilmiah sama sekali.”[4]

HARAMKAH LUWAK?
Luwak adalah binatang sejenis musang. la adalah binatang pengecut dan sangat licik. De­ngan kelicikannya dia bisa bersama para bi­natang buas menyeramkan lainnya. Di, antara kelicikannya dalam mencari makanan dia bisa berpura-pura mati dan melembungkan perut­nya serta mengangkat keempat kakinya agar di­sangka mati. Kalau ada hewan yang mendekat­inya, seketika itu dia langsung menerkamnya.[5]
Tentang hukum memakannya, para ulama ber­selisih pendapat :
Pendapat pertama : Boleh, Ini adalah madzhab Syafi’i dan salah satu riwayat dari Imam Ah­mad. Alasannya, karena ia bukan termasuk binatang buas yang menyerang dengan taring­nya.
Pendapat kedua : Haram, Ini adalah pendapat Abu Hanifah dan pendapat yang populer dalam madzhab Ahmad. Alasannya karena musang termasuk binatang buas yang diharamkan dalam hadits.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap binatang buas yang bertaring maka memakannya adalah haram.”[6]
Pendapat yang kuat bahwa musang hukum­nya haram, karena musang termasuk binatang buas yang dilarang dalam hadits. Wallahu A’lam.[7]



NAJISKAH KOTORAN LUWAK ?
Masalah ini merupakan cabang dari permasa­lahan sebelumnya, karena para ulama menjelaskan bahwa kotoran binatang menjadi dua :
1.      Kotoran binatang yang dagingnya haram hukumnya najis dengan kesepakatan ulama.[8]
2.      Kotoran binatang yang dagingnya halal dimakan. Hukumnya diperselisihkan ulama. Sebagian ulama berpendapat najis, sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat tidak najis dan inilah pendapat yang kami pilih karena kuatnya dalil-dalil mereka serta sesuai dengan kaidah asal. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata : “Adapun kencing dan kotoran binatang yang dagingnya dimakan, maka mayoritas salaf berpendapat bahwa hal itu tidaklah najis. Ini merupakan madzhab Malik, Ahmad dan selainnya. Dan bahkan dikatakan : tidak ada seorang pun sahabat yang berpendapat najis. Kami telah memaparkan masalah ini secara panjang lebar dalam kitab khusus dengan memaparkan belasan dalil bahwa hal itu (kencing dan kotoran hewan yang dagingnya dimakan) tidak termasuk najis.”[9]



HUKUM KOPI LUWAK
kopi luwak

Hukum Kopi Luwak
Setelah melalui beberapa pembahasan diatas, sekarang kita akan membahas pokok permasalahan kita yaitu tentang status hukum kopi luwak.
1. Gambaran Masalah
Sebelum melangkah lebih lanjut, kita perlu mengetahui gambaran permasalahan yang  sedang kita bicarakan ini, sebab sebagaimana kata para ulama kita :
Mengukumi sesuatu itu adalah cabang dari gambarannya.”[10]
Kopi luwak yaitu buah kopi matang yang dimakan oleh luwak, kemudian dikeluarkan sebagai kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi, di dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan kotoran luwak. Selanjutnya, biji kopi luwak dibersihkan dan diproses seperti kopi biasa.
2. Kaidah-Kaidah Fiqih Seputar Masalah
Ada beberapa kaidah fiqih yang dapat kita terapkan dalam masalah ini :
a. Asal makanan adalah halal
Kaidah ini sudah kita sebutkan di atas, bahwa :
“Asal hukum segala jenis makanan adalah halal (sampai ada dalil yang mengharamkannya).”[11]
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Asal hukum makan­an dan minuman adalah halal kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dalam al-Qur’an-Nya atau melalui lisan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena apa yang diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sama hal­nya dengan pengharaman Allah.”[12]
Demikianlah, dalam masalah ini hukum asal­nya adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Kita tetap dalam keyakinan ini sampai datang bukti dan dalil kuat yang dapat memalingkan kita dari kaidah asal ini, adapun sekadar keraguan maka tidak bisa.
b. Hukum itu berputar bersama sebabnya
Termasuk kaidah fiqih yang berkaitan dengan masalah ini adalah :
“Hukum itu berputar bersama sebabnya, ada dan tidaknya.”[13]
Dalam masalah kopi luwak, alasan bagi yang melarangnya adalah adanya najis. Namun, tat­kala najis tersebut sudah hilang dan dibersih­kan maka hukumnya pun menjadi suci.
c. Istihalah [14]
Termasuk kaidah yang sangat berkaitan erat dengan masalah ini adalah kaidah istihalah dan membersihkan benda yang terkena najis :
“Benda najis apabila dibersihkan dengan pembersih apa pun maka menjadi suci.”[15]
Nah, tatkala biji kopi luwak yang bercampur kotoran tersebut memang sudah dibersihkan, lantas kenapa masih dipermasalahkan lagi?!
3. Masalah-Masalah Serupa Dalam Fiqih
Sebenarnya masalah kopi luwak ini dapat kita kaji melalui pendekatan masalah-masalah yang mirip dengannya yang biasa dikenal dengan is­tilah Asybah wa Nazho’ir. Ada beberapa masalah yang dapat kita jadikan sebagai pendekatan de­ngan masalah ini, yaitu :
a. Bila hewan mengeluarkan biji
Pendekatan yang paling mirip adalah apa yang dikatakan oleh para ulama fiqih yang mene­rangkan jika ada hewan memakan biji tumbuh­an kemudian dapat dikeluarkan dari perut, jika kondisinya tetap—sehingga sekiranya dita­nam dapat tumbuh[16]—maka tetap suci. Imam Nawawi rahimahullah berkata :
“Para sahabat kami (ulama madzhab Syafi’i)— semoga Allah merahmati mereka— mengatakan : ‘jika ada hewan memakan biji tumbuhan kemu­dian dapat dikeluarkan dari perut, jika kekerasan­nya tetap, dalam kondisi semula, yang sekiranya jika ditanam dapat tumbuh maka tetap suci tetapi harus disucikan bagian luarnya karena terkena najis…’ “[17]
b. Telur yang masih dalam bangkai
Masalah lain yang mirip dengan permasalahan ini adalah masalah telur yang berada di bangkai ayam, apakah najis ataukah tidak, pendapat yang kuat bahwa apabila telur sudah berkulit dan terpisah maka hukumnya suci. Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
“Apabila ada ayam mati (bangkai) dan di perut­nya ada telur yang sudah mengeras kulitnya maka (telur tersebut) hukumnya suci. Inilah pendapat Abu Hanifah dan sebagian Syafi’iyyah dan Ibnu Mundzir. Alasan kami karena telur yang sudah berkulit keras tadi terkena najis, mirip kalau sean­dainya ia jatuh pada air yang najis (lalu dibersih­kan maka jadi bersih).”[18]
c. Emas yang ditelan orang
Masalah yang mirip juga dengan masalah ini adalah kalau seandainya ada seorang menelan emas atau uang logam kemudian keluar bersama kotoran. Bukankah emas atau uang logam tadi sudah dibersihkan maka ia suci wahai saudaraku ?!! Pikirkanlah !!
KESIMPULAN
Terlepas dari perselisihan ulama tentang musang apakah haram ataukah tidak, dan terlepas dari perselisihan ulama apakah kotoran hewan itu najis ataukah tidak, kami berpendapat bahwa biji kopi luwak yang bercampur dengan kotoran kalau memang sudah dibersihkan maka hukumnya adalah suci dan halal. Barang siapa yang mengharamkan maka dia dituntut untuk mendatangkan dalil yang akurat. Wallahu A’lam

Daftar Referensi
1.      Al-Mughni. Ibnu Qudamah rahimahullah. Tahqiq Abdullah at-Turki dan Abdul Fattah al-Hulw. Dar Alamil Kutub. KSA. Cet kelima 1419 H.
2.      Al-Majmu’ Syarh Muhadzab. An-Nawawi rahimahullah. Tahqi Muhammad Najib al-Muthi’i. Dar Alamil Kutub. KSA. Cet kedua 1427 H.
3.      Al-Ath’imah. Syaikh Salih bin Fauzan Al-Fauzan hafizahullah. Maktabah Ma’arif. KSA. Cet kedua 1419 H.
4.      As-Sa’yul Hamid fi Masyru’iyyatil Mas’a al-jadid. Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizahullah. Dar al-Atsariyyah  Yordania. Cet pertama 1428 H.
5.      CD Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta 2010.
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Sumber: Majalah AL FURQON no. 107, edisi 04, thn ke-10, 1431.H /2010.M

*)    Diberitakan bahwa harga kopi luwak ini secangkirnya 100 ribu rupiah. Bahkan di Amerika bisa dijual dengan harga kurang lebih 300 ribu rupiah. Mirip hal ini adalah liur bu­rung walet. Demikianlah kehendak dan keajaiban Alloh pada sebagian makhluk-Nya. Hal ini mengingatkan pe­nulis pada apa yang disebutkan oleh ulama bahwa darah kijang bisa menjadi minyak kesturi yang sangat harum!!! (Lihat Diwan al-Mutanabbi 2/21 dan asy-Syarh al-Mumthi’ 1/98 oleh Ibnu Utsaimin rahimahullah)
**)  Teks fatwa MUI tersebut sebagai berikut:
a.   Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam keten­tuan umum adalah mutanajjis (barang terkena najis), bukan najis.
b.   Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam keten­tuan umum adalah halal setelah disucikan.
c.   Mengonsumsi Kopi Luwak sebagaimana dimaksud angka 2 hukumnya boleh.
d.   Memproduksi dan memperjualbelikan Kopi Luwak hukumnya boleh.
[1] Lihat al-Qowa’id an-Nuroniyyah hlm. 112 Ibnu Taimiyyah dan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21/542
[2] Syaikh Abdul Qadir bin Muhammad al-jazuri menulis se­buah kitab berjudul Umdah Shofwah fi Hilli Qohwah. Dalam kitab tersebut beliau menjelaskan secara detail tentang ha­lalnya kopi.
[3] Sebagaimana dikatakan oleh Mari’I al-Karmi dalam Thaqiq Burhan fi Sya’ni Dukhon hlm. 154
[4] Ghomzu “Uyunil Basho’ir 4/355. Lihat pula Muqoddimah Syaikhuna Mansyur bin Hasan Alu Salman hafizahullah terhadap risalah Tausi’ah
Mas’a hlm. 17-21
[5] Miftah Dar Sa’adah 2/153 Ibnul Qoyyim rahimahullah
[6] HR. Muslim : 1993
[7] Diringkas dari al-Ath’imah hlm. 62-63 oleh Syaikh Sholih bin Fauzan al-Fauzan hafizahullah.
[8] Al-Mabsuth 1/60 as-Sarokhsi, al-Qawanin al-Fiqhiyyah hlm. 27 Ibnu Juzai, al-Kafi 1/97 Ibnu Qudamah rahimahullah
[9] Majmu’ Fatawa 21/613-615
[10] Lihat al-Ushul al-Amah wal Qowa’id  al-Jami’ah lil Fatawa Syar’iyyah hlm. 18 Dr. Husain bin Abdul Azis Alu Syaikh hafizahullah
[11] Lihat al-Qowa’id an-Nuroniyyah hlm. 112 Ibnu Taimiyyah rahimahullah dan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21/542.
[12] Al-Umm 2/213
[13] Lihat Mughni Dzawil Afham hlm. 174 oleh Ibnu Abdil Hadi, I’lamul Muwaqqi’in 4/135 oleh Ibnu Qoyyim rahimahullah
[14] Lihat masalah ini dalam kitab al-Istihalah wa Ahkamuha fil Fiqh Islami oleh Dr. Qodhafi Azzat al-Ghonanim hafizahullah.
[15] Lihat Majmu’ Fatawa 21/474, Hasyiyah Ibni Abidin 1/311, asy-Syarh al-Mumthi’ 1/424.
[16] Dan penelitian LP POM MUI membuktikan bahwa secara umum biji kopi yang keluar dari kotoran luwak tidak berubah serta dapat
tumbuh jika ditanam
[17] Al-Majmu’ Syarh Mahadzab 2/409. Lihat pula al-Mughni 13/347 karya Ibnu Qudamah rahimahullah dan al-Mantsur fil Qowa’id 2/333-334 karya
az-Zarkarsyi, Roudhoh Tholibin 1/18 karya an-Nawawi rahimahullah.
[18] Al-Mughni 1/101.Dan  ini juga dikuatkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Majmu’ Sayrh Muhadzab 1/132

NEGERI MALAYU

Rabu, 20 Oktober 2010 | 0 komentar


NAMA Kerajaan Malayu mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tentang adanya Kerajaan Malayu diperoleh dari keterangan prasasti dan berita Cina. Berita Cina yang pertama kali menyebutkan tentang adanya Kerajaan Malayu adalah I-tsing. I-tsing menceritakan tentang perjalanannya dari Cina menuju India tahun 671 yang pernah singgah dan belajar bahasa Sansekerta di Kerajaan Sriwijaya. Berikut adalah terjemahan perjalanan I-tsing dari Cina/Kanton menuju India yang Singgah di Sriwijaya:

“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Beliau menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”

      Keterangan catatan yang dibuat oleh I-tsing ini menyebutkan tentang adanya negeri/Kerajaan Malayu. Penyebutan negeri Malayu mengindikasikan bahwa pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bernama negeri Malayu. Kisah perjalanan I-tsing ini memberikan sebuah pengetahuan bagi kita tentang adanya Kerajaan Malayu di nusantara. Pada tahun 685 sepulangnya dari India I-tsing membuat catatan kembali tentang negeri Malayu yang sudah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Berikut adalah terjemahan catatan I-tsing pada saat pulang dari India:

“Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Cina. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Kedah. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua .... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negeri Malayu, yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal-kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan.”

      Catatan perjalanan pulang I-tsing dari India menuju Cina menyebutkan bahwa pada tahun 685 negeri Malayu sudah berada di wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keterangan tersebut mengindikasikan bahwa semenjak kepergian I-tsing dari pulau Sumatera ke India telah terjadi perubahan politik dimana pada masa itu Sriwijaya berhasil menguasai negeri Malayu. Catatan perjalanan I-tsing tersebut telah dijadikan sebagai salah satu sumber utama dalam memahami dan menggali tentang sejarah Kerajaan Malayu. Banyak sejarawan yang menafsirkan tentang tata letak Kerajaan Malayu tersebut berdasarkan berita I-tasing. I-tsing telah memberikan sumbagsih yang cukup besar dalam mendokumentasikan sejarah nusantara.

      Berita lain mengenai Kerajaan Malayu berasal dari T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p’u pada tahun 961. Berdasarkan sumber dari dinasti Tang ditemukan sebuah keterangan yang menyebutkan tentang adanya utusan dari Mo-lo-yeu pada tahun 644/645. Nama Mo-lo-yeu ini mungkin dapat dihubungkan dengan Kerajaan Malayu yang terletak di pantai Timut Sumatera dengan pusat di sekitar Jambi. Kerajaan Malayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kalinya, namun setelah berdirinya Sriwijaya sekitar 670, Kerajaan Malayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina. Berita dari T'ang-Hui-Yaoi yang menyebutkan tentang adanya utusan dari negeri Malayu pada tahun 645 mengindikasikan bahwa sebelum adanya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan melayu sudah lebih dulu ada, karena Kerajaan Sriwijaya (Shih-li-fo-shih) baru mengirim utusan ke Tiongkok tahun 670 sampai seterusnya. Tentang tidak adanya utusan dari Kerajaan Malayu setelah berdirinya Kerajaan Sriwijaya, mungkin dapat dihubungkan dengan keterangan I-tsing yang menyebutkan bahwa negeri Malayu pada tahun 685 sudah menjadi bagian dari Kerajaan Sriwijaya, sehingga sejak saat itu Kerajaan Malayu tidak lagi mengirim utusan ke Cina.

      Mengenai letak pasti dimana pusat kerajan Malayu sampai saat ini masih banyak perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Ada yang menduga bahwa Kerajaan Malayu berada di daerah sekitar Jambi sekarang. Namun, dari sumber lain menyebutkan bahwa Kerajaan Malayu terletak di Semenanjung Tanah Malayu. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang letak Kerajaan Malayu:

1.       Moens melakukan analisis letak Kerajaan Malayu berdasarkan catatan perjalanan I-tsing. I-tsing menyatakan bahwa dari Malayu ke Kendah ia “berganti arah”, sehingga Moens berpendapat bahwa arah Malayu – Sriwijaya harus berada di barat laut – tenggara, karena arah Malayu – Kendah ialah tenggara – barat laut. Berdasarkan hal tersebut Moens menempatkan Sriwijaya sebelum pindah ke Muara Takus, terletak di daerah timur Jazirah Malaka. Pernyataan ini ia hubungkan dengan prasasti Kedukan Bukit, yang menurut anggapannya merupakan peringatan penguasaan Malayu oleh Sriwijaya. Setelah penguasaan Malayu, pusat Kerajaan Sriwijaya tidak berpindah ke Palembang tetapi ke daerah Muara Takus.

2.       Slamet Muljana menyimpulkan tentang letak Kerajaan Malayu masih berdasarkan keterangan dari berita I-tsing bahwa pada abad ke VII, Malayu terletak di Sungai Batanghari atau sama dengan kota Jambi sekarang. Slamet Muljana juga menganalisis berdasarkan nama Malayu yang berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sansekerta berate “bukit”. Pada zaman kerajaan dulu, nama sebuah kerajaan biasanya identik dengan nama ibu kotanya. Oleh karena itu Slamet Muljana berpendapat bahwa ibu kota Kerajaan Malayu tidak terletak di dataran rendah, tetapi istananya lebih ke dalam terletak di dataran agak tinggi. Menurut prasasti Tanyore yang dikeluarkan oleh Rajendra Coladewa bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit.

3.       Keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li I-Hid (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera.

4.       Berdasarkan hasil analisis Boechari terhadap catatan perjalanan I-tsing lebih cenderung menempatkan Kerajaan Malayu di pantai timur Sumatera sebab I-tsing harus mengubah arah pelayarannya untuk mencapai Kedah.


Letak Kerajaan Malayu

      Keterangan beberapa ahli yang menganalisis letak Kerajaan Malayu berdasarkan sumber keterangan I-tsing secara tidak langsung sudah menempatkan pusat Kerajaan Malayu di sekitar Jambi, walapun letak secara pastinya masih belum jelas. Sumber keterangan I-tsing telah menjadi dasar dalam menganalisis pusat Kerajaan Malayu oleh para ahli. Maksud dari pusat Kerajaan Malayu tersebut adalah pusat awal beridirinya Kerajaan Malayu.

     Sejak disebutkan oleh I-tsing bahwa negeri Malayu pada tahun 685 sudah dikuasai oleh Sriwijaya, untuk jangka waktu yang lama nama Malayu tidak terdengar sejak 685 – 1275. Nama Malayu mulai terdengar lagi pada tahun 1275 ketika raja Kertanagara melakukan pengiriman ekspedisi ke Malayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu yang tercatat dalam kitab Pararaton. Berikut adalah salinan terjemahan Pararaton yang menyebutkan adanya ekpedisi Pamalayu:
“Mpu Raganata lalu menjadi Adiyaksa di Tumapel. Sri Kertanegara pada waktu memerintah, melenyapkan seorang kelana bernama Baya. Sesudah kelana itu mati, ia memberi perintah kepada hamba rakyatnya, untuk pergi menyerang Melayu. Apanji Aragani menghantarkan, sampai di Tuban ia kembali, sedatangnya di Tumapel Sang Apanji Aragani mempersembahkan makanan tiap tiap hari, raja Kertanegara bersenang senang. Ada perselisihannya dengan raja Jaya Katong, raja di Daha, ini menjadi musuh raja Kertanegara, karena lengah terhadap usaha musuh yang sedang mencari kesempatan dan ketepatan waktu, ia tidak memikir kesalahannya”.

      Di dalam Pararaton disebutkan bahwa pada tahun 1275 raja Kertanagara mengirim utusan ke Malayu. Pengiriman utusan tersebut terkenal dengan sebutan Pamalayu. Pengiriman utusan raja Kertanagara ke Malayu tidak terlepas dari letak Malayu yang strategis untuk jalur perdagangan di nusantara, karena pada masa itu Selat Malaka memegang pranan penting dalam perdagangan antara Cina dan India dengan daerah-daerah di Indonesia. Sejak awal Masehi Selat Malaka telah menjadi sentral lalulintas perdagangan internasional antara Cina dengan India, sehingga daerah tersebut menjadi daerah rebutan kekuasaan raja-raja di nusantara. Alasan lain yang mendasari dilakukannya ekspedisi pamalayu oleh Kertanagara tidak terlepas dari usaha membendung kekuasaan Mongol yang mungkin akan menguasai nusantara, karena pada masa itu Mongol sedang berambisi untuk menguasai dunia. Pada masa itu Mongol sudah mulai melancarkan serangannya ke Asia Tenggara sehingga tahun 1287 Vietnam Utara dan Burma sudah berhasil di kuasai Mongol. Maka untuk mencegah masuknya kekuatan Mongol ke nusantara, Kertanagara lebih dulu melakukan ekspansi ke Malayu, karena Malayu merupakan salah satu tempat yang memungkinkan dijadikan sebagai pintu masuk Mongol ke nusantara.

      Ekspedisi Pamalayu tersebut akhirnya berhasil terjalin persahabatan antara Kerajaan Malayu dengan Kerajaan Singhasari. Sebagai tanda mempererat persahabatan antara Kerajaan Malayu dengan Kerajaan Singhasari, maka raja Kertanagara mengirim sebuh hadiah pada tahun 1286 berupa arca Buddha Amoghapasalokeswara. Penempatan arca ini di Dharmasraya dipimpin oleh empat orang pejabat tinggi dari Kerajaan Singhasari.


Arca Amoghapasalokeswara hadiah Kertanagara kepada Kerajaan Malayu

     Sumber keterangan lain mengenai keberadaan Kerajaan Malayu terdapat dalam kitab Nagarakretagama, yang berasal dari zaman Kerajaan Majapahit;
“Kemudian akan diperinci demi pulau negara bawahan, paling dulu Melayu: Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya. Pun ikut juga disebut Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane Kampe, Haru serta Mandailing, Tamihang, negara perlak dan padang Lawas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus. Itulah terutama negara-negara Melayu yang telah tunduk. Negara-negara di pulau Tanjungnegara : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut. Kadandangan, Landa, Samadang dan Tirem tak terlupakan. Sedu, Barune, Kalka, Saludung, Solot dan juga Pasir Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei. Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura”.

      Berdasarkan keterangan Nagarakretagama tersebut, kita mendapat gambaran bahwa Kerajaan Malayu pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit atau mungkin memiliki kedudukan sebagai negara bawahan. Penaklukan Kerajaan Malayu oleh Kerajaan Majapahit mengindikasikan bahwa Kerajaan Malayu pada masa itu telah bangkit lagi menguasai perdagangan di Selat Malaka setelah sebelumnya berhasil di kuasai oleh Kerajaan Singhasari di bawah raja Kertanagara. Sedangkan berdasarkan keterangan prasasti yang ditemukan di Minangkabau, kita dapat diketahui bahwa pada pertengahan abad ke XIV ada seorang raja yang memerintah di Kanakamedini (pulau emas) yang bernama Adityawarman, anak dari Adwayawarman. Nama ini juga dikenal dalam prasasti yang dipahatkan pada arca Manjusri di candi Jago yang berangka tahun 1341. Di dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa Adityawarman bersama Gajah Mada telah menaklukan Bali.

Adityawarman merupakan raja Kerajaan Malayu keturunan dari Majapahit, dia pernah menjabat sebagai wrddha-mantri di Majapahit. Pada tahun 1347, dia berhasil meluaskan kekuasaannya sampai ke daerah Pagaruyung (Minangkabau), dan mengangkat dirinya sebagai seorang maharajadhiraja dengan gelarnya Udayadityawarman atau Adityawarmodaya Pratapaparakramarajendra Maulimaliwarmadewa.

      Berdasarkan prasasti yang ditemukan kita dapat mengetahui bahwa Adityawarman merupakan penganut agama Buddha dan menganggap dirinya sebagai penjelmaan Lokeswara. Anggapan ini sesuai dengan sistem kalacakra seperti halnya raja-raja di Majapahit. Berdasarkan tahun akhir dari prasastinya kita dapat mengetahui bahwa Adityawarman memerintah hingga sekitar tahun 1375. Penggantinya adalah anaknya yang bernama Ananggawarman, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti kapan Ananggawarman tepatnya menggantikan ayahnya.

Kepustakaan
Muljana, Slamet. 2006. Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS
Poesponegoro, Marwati Djoenoed dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
_____ .  "Kerajaan Melayu". [Online] Terdapat di. http://wapedia.mobi/id/Kerajaan_Melayu [10/10/10].
_____ . 2009. "Kerajaan Melayu Tua di Jambi". [Online]. Terdapat di. http://www.sungaikuantan.com/2009/10/kerajaan-melayu-tua-di-jambi.html [10/10/10].

Sumber Gambar

………………… Arca Amoghapasa. [Online]. Terdapat di. http://id.wikipedia.org/wiki/Arca_Amoghapasa [10/10/10]
………………… Kerajaan Melayu. [Online]. Terdapat di. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu [10/10/10]


WAYANG, Budaya Seni yang ADILUHUNG

| 0 komentar

PADA tanggal 7 November 2003, UNESCO memberikan peng hargaan pada kesenian wayang Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Hal ini karena wayang memiliki kelebihan sebagai seni budaya Indonesia yang kaya akan karya seni, seperti seni peran, seni suara, seni music, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.
 
Para pecinta wayang tentu mengenal tokoh-tokoh pewayangan seperti Pandawa Lima, Punakawan, Astina, Amarta, Bima, dan lain sebagainya. Wayang adalah pagelaran seni tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat Jawa dan sekitarnya. Bahkan kesenian ini memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah.

Adalah para sunan Walisongo yang telah memberikan makna menarik untuk kesenian wayang. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh Walisongo yang mengatur sedemikian rupa kesenian ini menjadi tiga bagian. Pertama, Wayang Kulit di Jawa Timur, member isyarat dan makna kepada masyarakat, mana yang hanya kulit (Wayang Kulit). Kedua, Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, member isyarat pada masyarakat, mana yang berisi (Wayang Wong). Ketiga adalah Wayang Golek di Jawa Barat, yang member isyarat, mana yang harus dicari (Golek).

Di tangan Walisongo, wayang bisa dijadikan sebagai alat da’wah yang sarat makna. Kendari masyarakat Jawa pada waktu itu masih banyak yang menganut kepercayaan animism dan dinamisme, namun para pentebar ajaran Islam di tanah Jawa tidak kurang akal untuk mendekatkan ajaran-ajaran Islam melalui kesenian yang digandrungi oleh masyarakat Jawa pada waktu itu.

Sunan Kalijaga atau Raden Said misalnya. yang tak lain adalah putera dari Adipati Tuban, selalu memilih tempat yang tidak jauh dari masjid ketika menggelar pagelaran wayang. Di sekeliling tempat pagelaran wayang itu ia lalu  membuat parit yang mengalir di dalamnya air yang jernih. Parit ini dibuat untuk melatih para penonton wayang agar mencuci kaki sebelum masuk masjid. Sebuah makna simbolis tentang widhu yang disampaikan dengan bijak.

Dengan kehadiran para Walisongo ini, wayang yang dulunya masih menggambar wujud manusia utuh diubah polanya agar tidak menyerupai manusia lagi. Para wali kemudian membuat wayang yang dibuat dari kulit kambing sednga kedua tangan sejajar kedua kakinya. Maka wayang juga diubah sehingga tak menyerupai manusia.

Penggunaan Istilah Arab

Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, wayang merupakan budaya asli Indonesia. Meski cerita wayang populer saat ini banyak diadaptasi dari karya-karya sastra Insia, namun induk ceritanya banyak  mengalami perubahan ketika bertemu dengan da’wah Islam di Jawa.

Perubahan ini terlihat pada kehadiran sosok Punakawan. Punakawan adalah konsep filsafat yang memperkuat bahwa di dunia ini tak ada makhluk yang benar-benar baik, dan tak ada yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan sesuai sifat dan tabiatnya masing-masing.

Figur Punakawan dalam tokoh pewayangan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) memiliki makna yang berbeda-beda dan mendalam, Bahkan jika nama-nama Punakawan itu dirangkai dalam satu kalimat akan menjadi sebuah kalimat yang cukup bermakna “Sammir Ilal Khairi Fatruk Minal Bagho”

Ketika ditelusuri dan diteliti, nama-nama Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong,  sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Semar/Sammir berarti siap sedia. Gareng/Khair berarti kebaikan/kebagusan, Petruk/Fatruk berarti meninggalkan, sedangkan Bagong/Bagho artinya lalim atau kejelekan.

Secara tak langsung ini adalah ajakan (da’wah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam. Maka wajar jika Punakawan ini disusun secara berurutan, Semar, Gareng Petruk, dan Bagong, akan terbaca arti maknanya : “Berangkatlah menuju kebaikan maka kamu akan meninggalkan kejelekan.

Selain Punakawan, istilah-istilah lain dalam pewayangan juga banyak berasal dari istilah Arab. Misalnya, kata Astina yang diistilahkan sebagai nama kerajaan para penguasa yang lalim, lebih dekat dengan kata Asy-Syaithan. Rajanya, Duryudana, lebih dekat dengan kata Durjana. Setiap orang jahat (durjana), pasti akan menemukan kekalahan dan menjadi teman setan di neraka.

Ketika seorang dalang memerankan Bala Astina dalam pentas wayang, tentu merek adi sebelah kiri bergabung dengan para raksasa. Sedangkan Pandawa selalu di sebelah kanan. Hal ini menggambarkan bahwa yang baik dan yang buruk itu berbeda.
Karena itu, dalam cerita wayang, Kurawa dan Astina selalu berbuat jahat pada Pandawa Lima. Astina merampas semua hak Pandawa, dan mencoba menghabisi nyawa para Pandawa dengan berbagai cara.
Sementara itu, tokoh pewayangan yang dikenal kuat, perkasa, dan berjiwa ksatria adalah, Bima atau Werkudara. Ia memiliki kekuatan yang disebut Dodot Bangbang Tulu Aji dan Kuku Pancanaka. Maksud ajian itu adalah Bima diselimuti tiga ilmu, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. (kata Tulu aji bermakna tiga aji, atau tiga kekuatan.red)

Sedangkan Kuku Pancanaka merupakan kekuatan untuk melengkapi Dodot Bangbang Tulu Aji. Kuku Pancanaka memiliki arti kekuatan Lima Waktu. Apabila kedua kekuatan itu digunakan, maka itu merupakan simbolisasi yang berarti apabila telah memiliki Iman, Islam, dan Ihsan, maka tak akan pernah meninggalkan shalat lima waktu.

Kata dalang sendiri diambil dari kata dalla’ yang berarti menunjukkan jalan yang benar. Wayang-wayang ini akan digerakkan dalam beberapa cerita islami karya walisongo, seperti cerita Jimat Kalisada (Kalimat Syahadat), Dewa Ruci, Petruk jadi Raja, dan Wahyu Hidayat (Wahyu petunjuk).

Peranan wayang ini bergantung pada kemahiran seseorang dalang dalam menyuguhkan pagelaran wayang yang  sarat muatan moral. Ia memiliki amanat sebagai juru bicara dalam menyampaikan kritik, saran, pendidikan agama, dan lain sebagainya. Karena itu, seorang dalang hendaknya tak hanya pandai memainkan tokoh wayang dan senda gurau saja, tetapi harus menguasai ilmu, khususnya ilmu agama.

Jika seorang dalang tidak menguasai ilmu tersebut, maka tak heran jika dalam pegelaran wayang tak ditemukan lagi muatan moral, kejujuran, akhlak, dan nilai-nilai Islam sesuai dengan harapan Sunan Kalijaga dulu. (rm.com)

TELPON Teman, GRATIS Lewat FACEBOOK

Selasa, 19 Oktober 2010 | 0 komentar

Kerjasama integrasi antara Facebook dan Skype baru saja disepakati. Kerjasama integrasi kedua layanan ini untuk mempermudah komunikasi telepon lewat internet di antara pengguna kedua layanan tersebut. Dalam kerjasama ini disepakati, pengguna Skype dapat mengintegrasikan profil Facebook miliknya sehingga bisa menelepon temannya di Facebook hanya dengan menekan satu tombol saja.

Pada menu software desktop Skype kini ditambahkan tab Facebook yang menyajikan artikel dan status serta nomor kontak telepon. Jika teman di Facebook menampilkan akun Skype, pengguna dapat langsung menelepon gratis. Jika teman di Facebook tak memiliki akun Skype, pengguna tetap dapat menelepon namun ke nomor ponsel atau nomor lainnya yang terncantum dengan tarif normal.

Kerja sama ini di luar prediksi beberapa sumber bulan lalu yang menyatakan bahwa pengguna Facebook akan dapat menelepon teman dan mengirim SMS lewat halaman profilnya. Meski demikian seperti dilansir kompas.com, Direktur Manajemen Produk Skype Mike Bartlett mengatakan bahwa integrasi kali ini baru tahap awal kerja sama kedua belah pihak. Di masa depan, bukan tidak mungkin hal tersebut terwujud.

Perjanjian bagi hasil tidak disebutkan dalam kerja sama ini. Skype hanya melakukan bentuk integrasi biasa menggunakan platform Connect yang sudah disediakan Facebook dalam API (application programming interface). Dan, Facebook mengizinkan Skype mengakses data kontak telepon pengguna. Fitur ini tersedia di software Skype versi 5.0. (kmp/jb1)

RENUNGAN buat FACEBOOKer

Kamis, 14 Oktober 2010 | 0 komentar

KETIKA perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari. Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.

Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasei yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’

Ada khabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebrities yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.

Wuiih……mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi.Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

    Wuiiih……ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf ….’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

Fenomena itu bernama facebook, setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :

    Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?”——kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”

    Seorang wanita lainnya menuliskan “ Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…:” kemudian komen2 nakal bermunculan…

Ada yang menulis

    “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi….”,

—-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

Ada pula yang komen di wall temannya

    “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.

Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya

    “habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ?’

—-langsung berpuluh2 komen datang.

Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”

Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih” .

Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

    Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…..padahal sebagian besar yg didalam foto tersebut sudah berjilbab

    Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….

    Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah Radiyallahu Anha

    “ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….

Ingatlah Abdurahman bin Auf Radiyallahu Anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda,

    “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita

    “Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

catatan
***”Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.” (FTJAI)

Makam SUNAN BONANG Dipugar

Rabu, 13 Oktober 2010 | 0 komentar

 

Makam Sunan Bonang di desa Kutorejo/Kauman Tuban saat ini dipugar dengan biaya Rp 1 milyar untuk tahap pertama. Tiga bagian makam yang menjadi situs purbakala dan dilindungi keberadaannya ini akan dibangun cungkup permanen tepat di atas makam Sunan Bonang.


Pemugaran makam ini dimulai bulan Ramadhan lalu dan diharapkan selesai Desember 2010 untuk bagian Jeroan (bagian dalamnya) seluas 513 meterpersegi. Nantinya dilanjutkan bagian Tengahan (tengah) seluas 1408 meterpersegi dan bagian Jaban (di luar makam) seluas 1.905 meterpersegi. Luas total area makam Sunan Bonang ini 3.826 m2.


Ketua Pengawas Yayasan Mabarot Makam Sunan Bonan sekaligus ketua Pembangunan , HM Hamdani, mengatakan saat ini pihaknya diberi amanah memugar makam salah satu aulia Islam yang dihormati. Sudah puluhan tahun area makam tidak dipugar sementara pengunjung setiap tahunnya meningkat terus.


“Bila hujan atau panas peziarah kehujanan dan kepanasan, sementara area yang penuh sesak jadi kurang nyaman untuk dikunjungi. Sedang jangka panjangnya kami memugar lingkungan makam ini agar terjamin kelestariannya,” kata Hamdani sambil menyebut pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Badan Pelestarian Purbakala sebagai penanggung jawab suaka purbakalan di Jatim.


Menurut salah seorang pengurus Yayasan, Ihwan Hadi yang akrab dipanggil Gus Mbeling, situs purbakala ini bentuknya seperti joglo/pendopo khas Jawa. Kuncup yang menaungi makam Sunan Bonang akan dibuat sirap seperti atap masji-masjid yang dibangun Wali Songo di Jawa. Nantinya tahap pertama dimulai dari makam kemudian dilanjutkan dengan membuat selasar (jalan penghubung) dari makam utama sampai pintu gerbang di depan makam.



“Konsepnya (master plannya) dipadukan antara makam utama Sunan Bonang dan makam Adipati Tuban Wilwatikta (ayahanda Sunan Kalijaga alias Raden Sahid), masjid dan halaman peziarah,” kata Gus Mbeling yang juga abdi dalem Makam Sunan Bonang Tuban ini.

Peziarah yang datang rata-rata setiap harinya mencapai 1000 sampai 3000 orang, apalagi pada musim haji sampai menjelang Lebaran. Di sisi lain, pemugaran makam ini juga menempuh resiko memindahkan sekitar12 makam sehingga lingkungan makam yang terdiri dari makam penduduk asli Kauman atau desa Kutorejo ini akan lebih lapang diziarahi dan tingkat kenyamanan pengunjung lebih diutamakan.

Dari mana dana sebesar itu diperoleh oleh panitia, Hamdani menyebut sumbangan dari para dermawan, pengunjung sampai donatur dari dalam negeri maupun luar negeri. “Sumbangan atau amal jariah ini bisa disalurkan ke panitia lewat rekenig BCA Tuban nomor. 8240340047 atas nama H.Hamdani sebagai pengawas,” kata pengusaha media radio, pompa bensin serta kontraktor ini.(as)

Air Terjun Nglirip & Legenda Putri Nglirip

Selasa, 12 Oktober 2010 | 0 komentar

KABUPATEN Tuban, Jawa Timur memiliki banyak potensi wisata alam yang tersebar hampir di seluruh penjuru daerahnya. Salah satunya adalah Air Terjun Nglirip yang merupakan obyek wisata primadona di Bumi Ronggolawe tersebut.

Air terjun Nglirip yang akrab disebut masyarakat sekitar Grajagan Nglirip, berlokasi di Desa Mulyo Agung Kecamatan Singgahan atau sekitar 38 km ke arah barat dari kota Tuban. Letaknya pun tak jauh dari jalan raya yang sudah beraspal sehingga tidak sulit menuju ke
lokasinya baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum jenis colt.

Bila menggunakan kendaraan pribadi bisa menempuh rute Tuban-Montong-
Singgahan atau Tuban-Kerek-Singgahan yang melewati lokasi Pabrik
Semen Gresik di Tuban. Bisa juga ditempuh dari arah Kota Bojonegoro
melewati Parengan-Singgahan. Sedangkan bila menggunakan angkutan umum
bisa menempuh rute perjalanan yang sama, dengan catatan harap mau
bersabar menunggu mobil colt yang lewat atau harus berganti mobil colt di setiap pangkalannya.

Masih Alami

Mendatangi Air Terjun Nglirip akan dijumpai suasana dan lingkungan
yang sangat alami dengan pepohonan yang besar dan rindang. Pada hari
biasa, memasuki wisata Nglirip ini tidak ditarik karcis masuk. Tetapi
pada hari Minggu atau hari libur lainnya, pengunjung akan dikenakan
karcis masuk Rp 500 per orangnya.

Berada disana, dianjurkan untuk beristirahat sebentar di kedai-kedai
makanan yang ada disekitar lokasi wisata sambil menikmati aneka menu
makanan yang ditawarkan atau menikmati pesona alam Nglirip melalui
"shelter" (gardu pandang) yang berada di bagian atas lokasi. Bisa
juga langsung menuju ke bagian bawah untuk menikmati dan merasakan
kesegaran Air Terjun Nglirip. Tetapi untuk hal ini membutuhkan sikap
waspada dan hati-hati mengingat medannya yang terus menurun dan
berbatu terjal.

Terlebih bila pada musim penghujan disarankan untuk menikmati Air
Terjun Nglirip dari "shelter" saja. Hal ini rasanya lebih aman,
mengingat tanah yang ada di sekitar lokasi berjenis tanah "lempung"
atau tanah liat yang menjadi sangat licin bila terkena air dan sering
terjadinya luapan air mendadak dari hulu air terjun. Pendeknya, dalam
kondisi hujan sangat riskan dan rawan sekali untuk mendekati Air
Terjun Nglirip.

Tetapi pada musin kemarau tidak menjadi masalah bila kita ingin
mendekati air terjun. Selain karena situasi dan keadaan arus airnya
yang tenang, juga karena tanahnya menjadi kering dan tidak licin.
Tentu saja sepanjang tidak bertindak ceroboh atau sembrono.

Pada saat seperti itu kita bisa meraup kesegaran dengan mandi di
dekat air terjun, berendam kaki atau tangan atau sekadar merasakan
serpihan butiran air terjun yang menghempas bak rinai gerimis yang
tiada henti. Air di Air Terjun Nglirip ini sendiri berasal dari
beberapa sumber air di daerah Hutan Krawak yang berjarak sekitar 3 km
dari lokasi dan menyatu di sebuah bangunan dam yang berada di atas
air terjun.

Legenda Putri Nglirip

Air terjun Nglirip setiap hari banyak dikunjungi oleh wisatawan yang
tertarik dengan keindahan dan panorama alamnya yang menawan. Selain
itu juga karena tertarik dengan adanya legenda Putri Nglirip yang
begitu kuat melekat dengan keberadaan wisata ini.

Konon menurut legenda itu, pada hari-hari tertentu di salah satu Air
Terjun dapat menyerupai relung batu-batu besar sehingga tampak
seorang putri nan cantik jelita sedang membatik. Ada pula versi yang
lain yang bercerita tentang seorang putri yang berparas menawan
sedang bermain air di bawah air terjun dengan diiringi beberapa putri-
putri pengawalnya yang lain.

Para putri gaib itulah yang dikenal dengan sebutan Putri Nglirip yang
dipercaya oleh warga setempat sebagai "dayang" penghuni lokasi air
terjun. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, yang
jelas di lokasi Air Terjun Nglirip ini memang dapat dirasakan pesona
dan aura misterinya. Terlebih dengan adanya makam seorang aulia
bersama Syech Jabbar yang dikenal dengan nama lain Mbah Jabbar yang
dikeramatkan warga setempat.

Karena itu kepada pengunjung diharapkan untuk tidak berucap dan
berbuat di luar batas kesusilaan. Pasalnya, selama ini menurut -
penjelasan beberapa warga sekitar lokasi- sering terjadi pengunjung
yang kerasukan setan karena mencoba melanggar pantangan-pantangan
tersebut.

Di satu sisi, keberadaan wisata Air Terjun Nglirip memiliki prospek
yang sangat potensial untuk dikembangkan secara lebih lanjut. Tetapi
sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan keseriusan Pemda Tuban
dalam membangun sarana dan prasarana penunjang wisatanya.

Hal itu tampak dari tidak dibangunnya toilet, mushola atau
dibenahinya kembali "shelter" pada beberapa bagian yang telah rusak,
tidak adanya pagar pengaman dan pagar pembatas, tidak adanya petugas
yang mengawasi atau memberikan pertolongan bila sewaktu-waktu terjadi
musibah tak terduga. Belum lagi kurang gencarnya pihak Pemda Tuban
dalam mempromosikannya keindahan air mancur Nglirip tersebut.
(Erleyana)

KERIS & MAKNANYA

Selasa, 05 Oktober 2010 | 0 komentar

KERIS ialah sejenis senjata pendek kebangsaan Melayu yang digunakan sejak melebihi 600 tahun dahulu. Senjata ini memang unik di dunia Melayu dan boleh didapati di kawasan berpenduduk Melayu seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan(Mindanao), dan Brunei.

Keris digunakan untuk mempertahankan diri (misalnya sewaktu bersilat) dan sebagai alat kebesaran diraja. Senjata ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling masyhur ialah keris Taming Sari yang merupakan senjata Hang Tuah, seorang pahlawan Melayu yang terkenal.

Keris berasal dari Kepulauan Jawa dan keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan abad ke-14. Senjata ini terbahagi kepada tiga bahagian, yaitu mata, hulu dan sarung. Keris sering dikaitkan dengan kuasa mistik oleh orang Melayu pada zaman dahulu. Antara lain, terdapat kepercayaan bahawa keris mempunyai semangatnya yang tersendiri.

Keris menurut amalan Melayu tradisional perlu dijaga dengan cara diperasapkan pada masa-masa tertentu, malam Jumat misalnya. Ada juga amalan mengasamlimaukan keris sebagai cara untuk menjaga logam keris dan juga untuk menambah bisanya.

Ada pepatah yang menyatakan : "Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu.Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).

Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris?

Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol "kejantanan." Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.

Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa awal mula eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia ini Allah , menciptakan makhluk dalam dua jenis seks yaitu lelaki dan perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di Jawa, seperti Karaton Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan lain-lain. Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh masyarakat di Jawa. Lalu muncul pula kepercayaan tentang bapa angkasa dan ibu bumi/pertiwi. Yang juga dekat dengan kepercayaan filsafat agraris di masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada menjelang satu Sura dalam kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Karaton yang terdiri dari senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho).

Arak-arakan pengirab senjata pusaka unggulan Karaton berjalan mengelilingi komplek Karaton sambil memusatkan pikiran, perasaan, memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, untuk beroleh perlindungan, kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin. Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan intan atau berlian pada pangkal hulu keris.

Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan sebagaikebanggaan pemakainya. Lalu, tak urung keris itu menjadi komoditi bisnis yang tinggi nilainya.

Tosan Aji atau senjata pusaka itu bukan hanya keris dan tombak khas Jawa saja, melainkan hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki senjata tajam pusaka andalan, seperti rencong di Aceh, badik di Makasar, pedang, tombak berujung tig (trisula), keris bali, dan lain-lain.

Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha Nglayang, Supit Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang mendampingi menggunakan senjata tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra.

Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan pusaka unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsur batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam (Allah SWT) dengan suatu upaya spiritual oleh Sang Empu. Sehingga kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.

Pernah ada suatu pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah terhadap keris pusaka dan dinyatakan bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang tidak kasat mata (tak tampak dengan mata biasa).

Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa. Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri seperti watak Harya Penangsang.

Kaitannya dengan Harya Penangsang ialah saat Harya Penangsang berperang melawan Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri, perutnya tertusuk tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus keluar dari perutnya yang robek. Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh kemarahan Penangsang yang sudah kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya. Pada suatu saat Penangsang akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian pinggang, begitu keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati dalam perang dahsyat yang menelan banyak korban. Dari peristiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan melati.

Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel, penambah kepercayaan diri, bahkan keris pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja terhadap bangsawan Karaton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan itu. Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang adipati yang diberi keristersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan ditarik/diminta kembali oleh sang raja.

Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara ilosoi sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi "manunggaling kawula – Gusti", bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan Penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera. Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk berkaryasesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya,kini terancam perkembangannya karena aspek teknologi sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang aspek legenda dan magisnya.

EMPU Dari ZAMAN Ke ZAMAN
Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah ‘Ahli’ dalam pembuatan ‘Keris’.

Dalam kesempatan ini, Empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama ‘keris’ pastilah ada yang membuat.

Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman terlahirnya ‘keris’ itu, kemudian meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan ‘Tangguh’. Dengan ilmu tangguh itu, kita dapat mengenali nama-nama para Empu dan hasil karyanya yang berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya.

Adapun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:
1. Kuno (Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, medang Kamulan,
Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan dan Kediri.
2. Madyo Kuno (Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.
3. Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan
Blambangan.
4. Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
5. Nom (Muda) tahun 1614 M. Sampai sekarang Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.

Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman Kerajaan yang mempunyai hubungan langsung dengan tahapan zaman Perkerisan, dengan demikian pada setiap zaman kerajaan itu terdapat beberapa orang Eyang yang bertugas untuk menciptakan keris.

Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Sehingga para Pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak pada segi garap dan kwalitas besinya. Kwalitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan besi pada zaman itu, juga penggunaan bahan ‘Pamor’ yang mempunyai tahapan-tahapan pula. Bahan pamor yang mula-mula dipergunakan batu ‘meteor atau batu bintang’ yang dihancurkan dengan menumbuknya hingga seperti tepung kemudian kita mengenali titanium semacam besi warnanya keputihan seperti perak, besi titanium dipergunakan pula sebagai bahan pamor.

Titanium mempunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat, sehingga baik sekali untuk bahan pamor. Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena diketemukannya bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744). Bila kita telah mengetahui tangguhnya suatu keris maka kita lanjutkan dengan menelusuri Empu-Empu penciptanya.

1. Zaman Tangguh Budho (Kuno) :
a. Zaman Kerajaan Purwacarita, Empunya adalah: Mpu Hyang Ramadi, Mpu Iskadi, Mpu Sugati, Mpu Mayang, danMpu Sarpadewa.
b. Zaman Kerajaan Tulis, Empunya adalah: Mpu Sukmahadi.
c. Zaman Kerajaan Medang Kamulan, Empunya adalah: Mpu Bramakedali.
d. Zaman Kerajaan Giling Wesi, Empunya adalah: MpuSaptagati dan Mpu Janggita.
e. Zaman Kerajaan Wirotho, Empunya adalah Mpu Dewayasa I.
f. Zaman Kerajaan Mamenang, Empunya adalah: Mpu Ramayadi.
g. Zaman Kerajaan Pengging Wiraradya, Empunya adalah Mpu Gandawisesa, Mpu wareng dan Mpu Gandawijaya.
h. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah: Mpu Widusarpa dan Mpu Windudibya.
2. Tangguh Madya Kuno (Kuno Pertengahan)
a. Zaman Kerajaan Pajajaran Makukuhan, Empunya adalah: Mpu Srikanekaputra, Mpu Welang, Mpu Cindeamoh, Mpu Handayasangkala, Mpu Dewayani, Mpu Anjani, Mpu Marcu kunda, Mpu Gobang, Mpu
Kuwung, Mpu Bayuaji, Mpu Damar jati, Mpuni Sumbro, dan Mpu Anjani.
3. Tangguh Sepuh Tengahan (Tua Pertengahan)
a. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah Mpu Sutapasana.
b. Zaman Kerajaan Kediri, Empunya adalah :
c. Zaman Kerajaan Majapahit, Empunya adalah:
d. Zaman Tuban/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah: Mpu Kuwung, Mpu
Salahito, Mpu Patuguluh, Mpu Demangan, Mpu Dewarasajati, dan Mpu Bekeljati.
e. Zaman Madura/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah: Mpu Sriloka, Mpu
Kaloka, Mpu Kisa, Mpu Akasa, Mpu Lunglungan dan Mpu Kebolungan.
f. Zaman Blambangan/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah: Mpu
Bromokendali, Mpu Luwuk, Mpu Kekep, dam Mpu Pitrang.
4. Tangguh Tengahan (Pertengahan)
a. Zaman Kerajaan Demak, Empunya adalah: Mpu Joko Supo.
b. Zaman Kerajaan Pajang, Empunya adalah Mpu Omyang, Mpu Loo Bang, Mpu Loo Ning, Mpu Cantoka, dan Japan.
c. Zaman Kerajaan Mataram, Empunya adalah: Mpu Tundung, Mpu Setrobanyu, Mpu Loo Ning, Mpu Tunggulmaya, Mpu Teposono, Mpu Kithing, Mpu Warih Anom dan Mpu Madrim
5. Tangguh Nom (Muda)
a. Zaman Kerajaan Kartasura, Empunya adalah: Mpu Luyung I, Mpu Kasub, Mpu Luyung II, Mpu Hastronoyo, Mpu Sendang Warih, Mpu Truwongso, Mpu Luluguno, Mpu Brojoguno I, dan Mpu Brojoguno II.
b. Zaman Kerajaan/Kasunanan Surakarta, Empunya : Mpu Brojosentiko, Mpu Mangunmalelo, Mpu R.Ng. Karyosukadgo, Mpu Brojokaryo, Mpu Brojoguno III, Mpu Tirtodongso, Mpu Sutowongso, Mpu Japan I, Mpu Japan II, Mpu Singosijoyo, Mpu Jopomontro, Mpu Joyosukadgo, Mpu Montrowijoyo, Mpu Karyosukadgo I, Mpu Wirosukadgo, Mpu Karyosukadgo II, dan Mpu Karyosukadgo III.

Keberadaan empu sudah tentu menyemarakkan dunia perkerisan selalu sarat dengan karya-karya baru yang terus berkembang dari zaman ke zaman. Dari keris-keris lurus hingga keris-keris yang ber luk. Ditambah dengan beraneka macam ragam hias pada bilahannya. Semua menuju ke arah maju, tetapi tidak meninggalkan pakem (standar).

Ragam hias itu berupa kepala hewan yang diletakkan pada gadik misalnya kepala naga, anjing, singabarong, garuda, bahkan puthut. Dengan ditambahkannya bentuk-bentuk itu, sekaligus nama keris itupun berubah, naga siluman, naga kembar, naga sosro, naga temanten, manglar monga, naga tampar, singa barong, nogo kikik, puthut dan lainlainnya.

Bahkan zaman Kasultanan Mataram sejak masa Pemerintahan Sultan Panembahan Senopati, dunia Perkerisan tampak makmur lagi, lesan mewah tampak pada bilahan keris yang diserasah emas. Sultan yang arif dan bijaksana itu membagi-bagikan keris sebagai tanda jasa kepada mereka yang berjasa kepada pribadi Sultan maupun kepada Negara dan Bangsa.

Tentu saja ragam hiasannya satu dengan lain berbeda walaupun demikian tidak meninggalkan motif aslinya. Hiasan yang terasah emas itu terletak pada gonjo atau wadhidhang dengan bentuk bunga anggrek atau lung-lungan dari emas. Atau sebantang lidi yang ditempelkan pada gonjo atau dibawah gonjo terdapat Gajah dan Singa terbuat dari emas juga. Tentu saja penciptanya adalah para pakar perkerisan yang kita kenal dengan sebutan Empu Keris Diakui Dunia.

Setelah wayang dua tahun silam, kini giliran keris Indonesia diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia yang mesti dilestarikan. Pengakuan UNESCO di Paris 25 November 2005 itu tentu merupakan percikan berita segar di tengah serba keterpurukan Indonesia akhir-akhir ini.

Keris, seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India— Ramlila yang mengetengahkan epik Ramayana—Samba dari Brasil, Mak Yong dari Melayu, ”Masih hidup dan dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati,” ungkap Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, yang ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.

Sebenarnya ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah melalui penilaian para juri yang bersidang pada 20-24 November 2005 dengan ketua Putri Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang diakui sebagai warisan budaya oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity).

Sementara mahakarya (masterpiece) yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun 2003, termasuk wayang, jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia yang diakui 90.

”Proklamasi yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang terakhir. Konvensi akan segera dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki instrumen ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah dilakukan 26 negara sebelumnya,” ungkap Matsuura.
Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan mengalir guna melestarikan keris Indonesia dan juga wayang. ”Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang keris,” ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim riset pustaka dan lapangan juga diskusi selama setahun sejak Agustus 2004.

LAPORAN KERIS
Setelah mendatangi komunitas perkerisan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, dan Lombok, Haryono yang dibantu Waluyo Wijayatno dari perkumpulan penggemar keris Damartaji dan warga negara Indonesia asal Australia, Gaura Mancacaritadipura, merangkumnya dalam sebuah laporan tebal untuk UNESCO. Juga diserahkan film budaya perkerisan yang berdurasi 10 menit serta 120 menit.

Kalau selama ini banyak media cetak maupun elektronik lebih sering mengekspos ”pandangan-pandangan miring” yang dihubungkan dengan mistik buruk keris (dalam sinetron-sinetron perdukunan), maka menurut Haryono, semestinya kini Indonesia juga menyadari betapa dunia ternyata menghargai warisan budaya nenek moyang yang dalam beberapa kesempatan sering disingkirkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
”Keris, selama ini sering digambarkan di (sinetron-sinetron) televisi, bisa terbang, atau bersinar-sinar, dan lekat dengan dunia dukun,” kata Waluyo. Atau kalangan awam, yang selalu menghubungkan sosok keris dengan Empu Gandring serta dongeng Ken Arok, yang membunuh empu pembikinnya tersebut dengan keris yang dipesannya. Sang empu mengutuk, keris yang sebenarnya belum selesai dibikin itu akan makan korban tujuh turunan, termasuk Ken Arok sendiri.

KARYA AGUNG
UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia. Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Jika usulan wayang sampai empat kali dikembalikan laporannya—sebelum diakui sebagai warisan dunia 2003—usulan keris langsung diterima.

”Indonesia perlu bangga,” ungkap Matsuura, yang sempat mengoreksi cara seorang pejabat Indonesia menarik sebilah keris dari warangkanya itu. Meski orang Jepang, Matsuura lebih berminat terhadap produk budaya asal Indonesia ini.

ANATOMI KERIS
Anatomi keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan diuraikan anatorni keris satu persatu :
1. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.
2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.
3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ga~qa.
4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.
5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.
6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.
7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.
8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.
9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang berderet.
10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.
11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.
12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.
13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.
14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.
15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.
16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.
17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.
18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.
19. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.
20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.

Kekuatan Simbolik Keris Terletak pada "Pamor" Keris tidak dapat terpisahkan dengan peradaban Jawa. Dalam pandangan masyarakat Jawa, keris atau curiga merupakan salah satu pusaka kelengkapan budaya. Kekuatan simbolik keris dipercayai masyarakat Jawa terletak pada pamor, yaitu bahan campuran pembuatan keris berupa besi meteor. Jenis bahan ini mengandung unsur besi dan nikel.

Berdasarkan bahan pembuatan keris, proses pembuatan keris peradaban Jawa secara simbolik identik dengan konsep persatuan "bapa akasa-ibu pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu Pertiwi) dan bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (bapa akasa). Keduanya kemudian disatukan menjadi senjata keris.
Makna Desain Keris

PULANG GENI
Merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak dikenal karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna. Pulang Geni bermakna Ratus atau Dupa atau juga Kemenyan. Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi hidupnya dengan hal-hal atau aktifitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan berkelakuan yang baik dan selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu namanya akan selalu dikenang walaupun orang tersebut sudah meninggal. Oleh karena itu, Keris dapur Pulang Geni umumnya banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.

KIDANG SOKA
Memiliki makna Kijang yang berduka. Bahwa hidup manusia akan selalu ada Duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut dalam duka yang dialaminya. Kehidupan masih terus berjalan dan harus terus dilalui dengan semangat hidup yang tinggi. Keris ini memang memiliki ciri garap sebagaimana keris tangguh Majapahit. Tetapi melihat pada penerapan pamor serta besinya, tidak masuk dikategorikan sebagai keris yang dibuat pada jaman Majapahit. Oleh karena itu, dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran atau Yasan yang diperkirakan dibuat pada jaman Mataram. Kembang Kacang Pogog semacam ini umumnya disebut

NGIRUNG BUTO SABUK INTEN
Merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha atau pedagang pada jaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal, selain karena legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat populer berjudul Naga Sasra Sabuk Inten karangan Sabuk Inten karangan S.H. Mintardja pada tahun 1970-an.

NAGA SASRA
Adalah salah satu nama Dapur Keris Luk 13 dengan Gandik berbentuk kepala Naga yang badannya menjulur mengikuti sampai ke hampir pucuk bilah. Salah satu Dapur Keris yang paling terkenal walaupun jarang sekali dijumpai adanya keris Naga Sasra Tangguh tua. Umumnya keris dapur Naga Sasra dihiasi dengan kinatah emas sehingga penampilannya terkesan indah dan lebih berwibawa.

Keris ini memiliki gaya seperti umumnya keris Mataram Senopaten yang bentuk bilahnya ramping seperti keris Majapahit, tetapi besi dan penerapan pamor serta gaya pada wadidhangnya menunjukkan ciri Mataram Senopaten. Sepertinya berasal dari era Majapahit akhir atau bisa juga awal era Mataram Senopaten (akhir abad ke 15 sampai awal abad ke 16). Keris ini dulunya memiliki kinatah Kamarogan yang karena perjalanan waktu, akhirnya kinatah emas tersebut hilang terkelupas. Tetapi secara keseluruhan, terutama bilah masih bisa dikatakan utuh. Keris Dapur Naga Sasra berarti Ular yang jumlahnya seribu (beribu-ribu) dan juga dikenal sebagai keris dapur Sisik Sewu.

Dalam budaya Jawa, Naga diibaratkan sebagai Penjaga. Oleh karena itu banyak kita temui pada pintu sebuah Candi ataupun hiasan lainnya yang dibuat pada jaman dahulu. Selain Penjaga, Naga juga diibaratkan memiliki wibawa yang tinggi. Oleh karena itu, Keris dengan dapur Naga Sasra memiliki nilai yang lebih tinggi daripada keris lainnya.

SENGKELAT
Adalah salah satu keris dari jaman Mataram Sultan Agung (sekitar awal abad ke 17). Dapur Keris ini adalah Sengkelat. Pamor keris sangat rapat, padat dan halus. Ukuran lebar bilah lebih lebar dari keris Majapahit, tetapi lebih ramping daripada keris Mataram era Sultan Agung pada umumnya. Panjang bilah 38 Cm, yang berarti lebih panjang dari Keris Sengkelat Tangguh Mataram Sultan Agung umumnya. Bentuk Luk nya lebih rengkol dan dalam dari pada keris era Sultan Agung pada umumnya. Gonjo yang digunakan adalah Gonjo Wulung (tanpa pamor) dengan bentuk Sirah Cecak runcing dan panjang dengan buntut urang yang nguceng mati.

KEMBANG KACANG NGGELUNG WAYANG
Jalennya pendek dengan Lambe Gajah yang lebih panjang dari Jalen. Sogokan tidak terlalu dalam dengan Janur yang tipis tetapi tegas sampai ke pangkal bilah. Wrangka keris ini menggunakan gaya Surakarta yang terbuat dari Kayu Cendana.

RAGA PASUNG / Rangga Pasung
Memiliki makna sesuatu yang dijadikan sebagai Upeti. Dalam hidup di dunia, sesungguhnya hidup dan diri manusia ini telah diupetikan kepada Tuhan YME. Dalam arti bahwa hidup manusia ini sesungguhnya telah diperuntukkan untuk beribadah, menyembah kepada Tuhan YME. Dan karena itu kita manusia harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini sesungguhnya semu dan kesemuanya adalah milik Tuhan YME.

BETHOK BROJOL
Adalah keris dari tangguh Tua juga. Keris semacam ini umumnya ditemui pada tangguh Tua seperti Kediri/Singosari atau Majapahit. Dikatakan Bethok Brojol karena bentuknya yang pendek dan sederhana tanpa ricikan kecuali Pijetan sepeti keris dapur Brojol.

PUTHUT KEMBAR
Oleh banyak kalangan awam disebut sebagai Keris Umphyang. Padahal sesungguhnya Umphyang adalah nama seorang mPu, bukan nama dapur keris. Juga ada keris dapur Puthut Kembar yang pada bilahnya terdapat rajah dalam aksara Jawa kuno yang tertulis “Umpyang Jimbe”. Ini juga merupakan keris buatan baru, mengingat tidak ada sama sekali dalam sejarah perkerisan dimana sang mPu menuliskan namanya pada bilah keris sebagai Label atau “trade mark” dirinya. Ini merupakan kekeliruan yang bisa merusak pemahaman terhadap budaya perkerisan.

Puthut, dalam terminologi Jawa bermakna Cantrik, atau orang yang membantu atau menjadi murid dari seorang Pandhita / mPu pada jaman dahulu. Bentuk Puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik atau santri yang diminta untuk menjaga sebilah pusaka oleh sang Pandhita. Juga diminta untuk terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bentuk orang menggunakan Gelungan di atas kepala, menunjukkan adat menyanggul rambut pada jaman dahulu. Bentuk wajah, walau samar tetapi masih terlihat jelas guratannya. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa dapur Puthut mulanya dibuat oleh mPu Umpyang yang hidup pada era Pajang awal. Tetapi inipun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah.

PAJANG
Dalam buku Negara Kertagama yang ditulis pada jaman Majapahit, disebutkan adanya Pajang pada jaman tersebut. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengidentifikasi, apakah keris dengan besi Majapahit tetapi juga ada ciri keris Pajang bisa dikatakan tangguh Pajang – Majapahit, yang berarti keris buatan Pajang pada era Majapahit akhir (?).

Keris LURUS SUMELANG
Dalam bahasa Jawa bermakna kekhawatiran atau kecemasan terhadap sesuatu. Sedangkan Gandring memiliki arti setia atau kesetiaan yang juga bermakna pengabdian. Dengan demikian, Sumelang Gandring memiliki makna sebagai bentuk dari sebuah kecemasan atas ketidaksetiaan akibat adanya perubahan.
Ricikan keris ini antara lain : gandik polos, sogokan satu di bagian depan dan umumnya dangkal dan sempit, serta sraweyan dan tingil. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa keris dapur Sumelang Gandring termasuk keris dapur yang langka atau jarang ditemui walau banyak dikenal di masyarakat perkerisan. (Ensiklopedia Keris : 445-446).

Konon salah satu pusaka kerajaan Majapahit ada yang bernama Kanjeng Kyai Sumelang Gandring. Pusaka ini hilang dari Gedhong Pusaka Keraton. Lalu Raja menugaskan mPu Supo Mandangi untuk mencari kembali pusaka yang hilang tersebut. Dari sinilah berawal tutur mengenai nama mPu Pitrang yang tidak lain juga adalah mPu Supo Mandrangi. (baca : Ensiklopedia Keris : 343-345).

TILAM UPIH
Dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur. Diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga. Oleh karena itu banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam dapur tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

UDAN MAS TIBAN
Ini karena terlihat dari penerapan pamor yang seperti tidak direncanakan sebelumnya oleh si mPu. Berbeda dengan kebanyakan Udan Mas Rekan yang bulatannya sangat rapi dan teratur, Udan Mas Tiban ini bulatannya kurang begitu teratur tetapi masih tersusun dalam pola 2-1-2. Pada tahun 1930-an, yang dimaksud dengan pamor Udan Mas adalah Pamor Udan Mas Tiban yang pembuatannya tidak direncanakan oleh sang mPu (bukan pamor rekan). Ini dikarenakan pamor Udan Mas yang rekan dicurigai sebagai pamor buatan (rekan). Tetapi toh juga banyak keris pamor udan mas rekan yang juga merupakan pembawaan dari jaman dahulu.

Oleh banyak kalangan, keris dengan Pamor Udan Mas dianggap memiliki tuah untuk memudahkan pemiliknya mendapatkan rejeki. Dengan rejeki yang cukup, diharapkan seseorang bisa membina rumah tangga dan keluarga lebih baik dan sejahtera.

LAR GANGSIR
Konon merupakan kepanjangan dari GeLAR AgeMan SIRo yang memiliki makna bahwa Gelar atau jabatan dan pangkat di dunia ini hanyalah sebuah ageman atau pakaian. Suatu saat tentu akan ditanggalkan. Karena itu jika kita memiliki jabatan/pangkat atau kekayaan, maka janganlah kita SOMBONG dan TAKABUR (Jawa = Ojo Dumeh). Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan, pangkat dan jabatan atau kekayaan maka kita bisa seenaknya sendiri sesuai keinginan kita tanpa memikirkan kepentingan orang lain. (*)

ARTI LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Kabupaten Tuban memiliki lambang daerah yang dijadikan identitas diri. Disetiap gambar dari lambang kabupaten Tuban memilik pengertian masing masing. Dalam satu keutuhan akan menjadi ciri khusus (identitas) maupun cita0cita luhur Kabupaten Tuban.


ARTI PADA LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Lambang kabupaten Tuban terbagi atas 8 bagian yaitu :

1. Bentuk Perisai Putih yang bersudut lima

Dengan jiwa yang suci murni dan hati yang tulus iklas masyarakat Tuban menjunjung tinggi Pancasila. Sekaligus merupakan perisai masyarakat dalam menghalau segenap rintangan dan halangan untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kuda Hitam dan Tapal Kuda Kuning

Kuda hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada negara, watak kesatriannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa. Tapal kuda Ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cermelang dari Ronggolawe.

3. Gapura Putih

Melambangkan pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh “Wali Songo” antara lain Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang, dengan itikat yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas, masyarakat Tuban melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para “Wali Songo”.

4. Bintang Kuning bersudut lima

Rasa Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memancar didada tiap-tiap insan rakyat Tuban memberikan kesegaran dan ketangguhan iman, dalam berjuang mencapai cita-cita yang luhur.

5. Batu hitam berbentuk umpak dan pancaran air berwarna biru muda

Menunjukan dongeng kuno tentang asal kata Tuban. Batu hitam berbentuk umpak ialah Batu-Tiban dari kata ini terjadilah kata Tuban. Pancaran air atau sumber air ialah Tu-Banyu (mata ir) menjadi kata Tuban.

6. Pegunungan berwarna hijau, daun jati dan kacang tanah

Tuban penuh dengan pegunungan yang berhutan jati dan tanah-tanah pertanian yang subur dengan tanaman kacang tanah. Pegunungan berwarna hijau mengandung arti masyarakat Kabupaten Tuban mempunyai harapan besar akan terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa.

7. Perahu emas, Laut biru dengan gelombang putih sebanyak tiga buah.

Sebelah utara Kabupaten Tuban adalah lautan yang kaya raya, yang merupakan potensi ekonomi Penduduk pesisir Kabupaten Tuban. Penduduk Pesisir utara adalah nelayan-nelayan yang gagah berani. Dalam kedamaian dan kerukunan masyarakat Daerah Kabupaten Tubanuntuk membangun daerahnya menghadapi tiga sasaran yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan perbaikan mental dan kerohanian.
2. Pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan Prasarana yang meliputi jalan-jalan, air dsb.

8. Keterangan angka

1. Lekuk gelombang laut sebanyak 17 melambangkan tanggal 17.
2. Lubang tapal kuda berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.
3. Daun dan biji jati melambangkan angka 45.
dengan demikian masyarakat Kabupaten Tuban menjnjung tinggi hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat Proklamasi menjiwai perjuangan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Tuban.

Di Kesempatan kali ini kami mencoba memposting tentang tempat wisata di Kabupaten Tuban

A. Goa Akbar

Goa akbar adalah salah satu tempat wisata yang cukup popouler di kabupaten tuban,tempatnya yang cukup strategis,yang tepatnya terletak di pinggir pasar baru tuban,sehingga banyak wisatawan yang berkunjung kesana,bukan hanya keelokan pemandangan(arsitektur batu,keindahan panorama dll) tapi juga karena tiket masuknya yang murah(Kurang dari 5ribu perak)

B.MAKAM SUNAN BONANG

Makam sunan adalah tempat wisata yang sangat sering di kunjungi oleh wisatawan atau warga tuban khususnya Umat islam karena selain untuk menikmati panorama yang ada di sekitarnya,juga merupakan tempat untuk berziarah,dan selain itu kita juga bisa membeli segala peralatan sholat disana

C. AIR TERJUN NGLIRIP

Tempat ini merupakan tempat wisata di tuban yang berada di kecamatan singgahan lokasinya yang dekat hutan dan memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya menjadi daya tarik tersendiri di air terjun nglirip ini,selain itu di sini juga tidak di pungut biaya alias gratisssss.

D. MASJID AGUNG TUBAN

Masjid agung merupakan masjid yang terbesar di kabupaten Tuban selain digunakan untuk tempat beribadah juga bisa di gunakan untuk tempat singgah sementara bagi wisatawan dari luar kota,masjid ini lokasinya dekat alon-alon dan berdampingan dengan Makam Sunan Bonang,sehingga sering di sebut ‘Tiga Serangakai’ wisata Tuban.

E. KLENTENG KWAN SING BIO

Di Tuban juga ada Klenteng Kwan Sing Bio,Klenteng tersebut merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara jadi tidak mengherankan jika klenteng tersebut sangat banyak di kunjungi berbagai macam wisatawan,klenteng ini mempunyai keunikan antara lain adalah simbolnya,dimana umumnya simbol klenteng itu naga tapi klenteng Kwan Sing bio justru mempunyai simbol Kepiting,lokasinya yang menhadap ke laut juga mempunyai daya tarik tersendiri.

F. PEMANDIAN BEKTIHARJO

Bektiharjo merupakan salah satu wisata yang terletak di kecamatan semanding tuban,tempat ini banyak di minati oleh para remaja yang ada di wilayah tuban bahkan sampai di luar tuban karena selain digunakan sebagai tempat refreshing juga sebagai tempat Untuk pacaran,dan bektiharjo juga memiliki tempat pemandian yang cukup besar,mulai dari anak-anak sampai orang yang udah bau tanah atau alias udah kakek-kakek bisa kesana.

G. GOA NGERONG

Goa ngerong merupakan wisata yang terletak di kecamatan rengel alias tempat yang cukup tinggi dari kabupaten tuban tapi meskipun lokasinya agak tinggi kecamatan ini sering terkena banjir(Menurut teman kami rIski Toha),kadang – kadang wista ini sepi karena terhalang banjir,meskipun begitu tempat ini masih Eksis untuk menarik para wisatawan karena pemandanganya yang sangat indah(Tapi berhati-hatilah konon kalau ada seseorang yang mengambil ikan dari sana akan terkena kutukan 100tahun atau bisa-bisa anda Turex alias tidak laku kawin.

Category List

MARDIYAN RONGGOLAWE. Diberdayakan oleh Blogger.
PEMERINTAHAN

Kabupaten Tuban terdiri dari 19 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang Sedangkan Kota Tuban sendiri terdiri dari 17 kelurahan yaitu :Doromukti, Sidorejo, Kingking, Kebonsari, Mondokan, Latsari, Sidomulyo, Karang Sari, Ronggomulyo, Baturetno, Sukolilo, Perbon, Sendangharjo, Kutorejo, Karang, Gedongombo, Panyuran

WISATA DAN CINDERAMATA

Di kota Tuban kita bisa mengunjungi beberapa obyek wisata, di antaranya Gua Akbar, Masjid Agung, Makam Sunan Bonang,Ngerong Rengel, Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan, Air Terjun Nglirip,Goa Suci,Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi dan Pantai Boom. Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang. Disamping itu ada juga cinderamata berupa miniatur tempat berjualan Legen (minuman khas tuban) yang disebut "ONGKEK". Bentuknya seperti tempat berjualan Soto tetapi terbuat dari bambu. Miniatur ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Tuban. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal). Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga sedikit memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.

ASAL-USUL

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

GEOGRAFI

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Gresik menuju Solo

SUKU BUDAYA

Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku cina, suku Kalimantan, dll. Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo.

PENDIDIKAN

Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong sangat baik. Terbukti dengan adanya 3 sekolah yang bertaraf internasional, antara lain, SMP Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban,SMP Negeri 3 Tuban serta puluhan SMP dan SMA yang bertaraf Nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari dan 2 SMP, yakni , SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba di juarai oleh pelajar Tuban. Banyak diantaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan,SMA Negeri 3 Tuban,SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, MAN TUBAN, dll. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas Ronggolawe, yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya.

DAERAH VITAL KOTA TUBAN

Sebagai Kabupaten, Tuban memiliki tempat penting seperti Kantor Bupati Tuban, Pendopo Kridho Manunggal (yang pernah dirusak dan dibakar massa), Kantor DPRD, Masjid Agung Tuban, GOR Rangga Jaya Anoraga, dll.

TUBAN TEMPOE DOELOE

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

TUBAN PADA MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto. Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayahanda Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.

TUBAN PADA MASA PENJAJAHAN

Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah.

TUBAN MASA KINI

Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

Tuban Merupakan Kota Semen pada masa sekarang, Semen Gresik yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang Oil & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antaralain PETROCHINA (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta ada juga PT. TPPI & PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu)

Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA.

H. MUSEUM KAMBANG PUTIH

Museum kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di kabupaten tuban,Lokasinya yang sangat strategis alias di tengah kota Tuban lebih tepatnya lagi bersebelahan dengan alon-alon,masjid agung,dan makam sunan bonang cukup ramai di kunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota,di museum kambang putih kita akan menemukan sejarah-sejarah jaman dahulu yang berada di Kabupaten Tuban.

Ads 468x60px

  • Code Test

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis...

Bookmark Us

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Featured Posts Coolbthemes

Search Box

 
© Copyright 2010-2011 apakabartuban All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.