Photobucket

NEGERI MALAYU

Rabu, 20 Oktober 2010


NAMA Kerajaan Malayu mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tentang adanya Kerajaan Malayu diperoleh dari keterangan prasasti dan berita Cina. Berita Cina yang pertama kali menyebutkan tentang adanya Kerajaan Malayu adalah I-tsing. I-tsing menceritakan tentang perjalanannya dari Cina menuju India tahun 671 yang pernah singgah dan belajar bahasa Sansekerta di Kerajaan Sriwijaya. Berikut adalah terjemahan perjalanan I-tsing dari Cina/Kanton menuju India yang Singgah di Sriwijaya:

“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Beliau menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”

      Keterangan catatan yang dibuat oleh I-tsing ini menyebutkan tentang adanya negeri/Kerajaan Malayu. Penyebutan negeri Malayu mengindikasikan bahwa pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bernama negeri Malayu. Kisah perjalanan I-tsing ini memberikan sebuah pengetahuan bagi kita tentang adanya Kerajaan Malayu di nusantara. Pada tahun 685 sepulangnya dari India I-tsing membuat catatan kembali tentang negeri Malayu yang sudah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Berikut adalah terjemahan catatan I-tsing pada saat pulang dari India:

“Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Cina. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Kedah. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua .... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negeri Malayu, yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal-kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan.”

      Catatan perjalanan pulang I-tsing dari India menuju Cina menyebutkan bahwa pada tahun 685 negeri Malayu sudah berada di wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keterangan tersebut mengindikasikan bahwa semenjak kepergian I-tsing dari pulau Sumatera ke India telah terjadi perubahan politik dimana pada masa itu Sriwijaya berhasil menguasai negeri Malayu. Catatan perjalanan I-tsing tersebut telah dijadikan sebagai salah satu sumber utama dalam memahami dan menggali tentang sejarah Kerajaan Malayu. Banyak sejarawan yang menafsirkan tentang tata letak Kerajaan Malayu tersebut berdasarkan berita I-tasing. I-tsing telah memberikan sumbagsih yang cukup besar dalam mendokumentasikan sejarah nusantara.

      Berita lain mengenai Kerajaan Malayu berasal dari T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p’u pada tahun 961. Berdasarkan sumber dari dinasti Tang ditemukan sebuah keterangan yang menyebutkan tentang adanya utusan dari Mo-lo-yeu pada tahun 644/645. Nama Mo-lo-yeu ini mungkin dapat dihubungkan dengan Kerajaan Malayu yang terletak di pantai Timut Sumatera dengan pusat di sekitar Jambi. Kerajaan Malayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kalinya, namun setelah berdirinya Sriwijaya sekitar 670, Kerajaan Malayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina. Berita dari T'ang-Hui-Yaoi yang menyebutkan tentang adanya utusan dari negeri Malayu pada tahun 645 mengindikasikan bahwa sebelum adanya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan melayu sudah lebih dulu ada, karena Kerajaan Sriwijaya (Shih-li-fo-shih) baru mengirim utusan ke Tiongkok tahun 670 sampai seterusnya. Tentang tidak adanya utusan dari Kerajaan Malayu setelah berdirinya Kerajaan Sriwijaya, mungkin dapat dihubungkan dengan keterangan I-tsing yang menyebutkan bahwa negeri Malayu pada tahun 685 sudah menjadi bagian dari Kerajaan Sriwijaya, sehingga sejak saat itu Kerajaan Malayu tidak lagi mengirim utusan ke Cina.

      Mengenai letak pasti dimana pusat kerajan Malayu sampai saat ini masih banyak perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Ada yang menduga bahwa Kerajaan Malayu berada di daerah sekitar Jambi sekarang. Namun, dari sumber lain menyebutkan bahwa Kerajaan Malayu terletak di Semenanjung Tanah Malayu. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang letak Kerajaan Malayu:

1.       Moens melakukan analisis letak Kerajaan Malayu berdasarkan catatan perjalanan I-tsing. I-tsing menyatakan bahwa dari Malayu ke Kendah ia “berganti arah”, sehingga Moens berpendapat bahwa arah Malayu – Sriwijaya harus berada di barat laut – tenggara, karena arah Malayu – Kendah ialah tenggara – barat laut. Berdasarkan hal tersebut Moens menempatkan Sriwijaya sebelum pindah ke Muara Takus, terletak di daerah timur Jazirah Malaka. Pernyataan ini ia hubungkan dengan prasasti Kedukan Bukit, yang menurut anggapannya merupakan peringatan penguasaan Malayu oleh Sriwijaya. Setelah penguasaan Malayu, pusat Kerajaan Sriwijaya tidak berpindah ke Palembang tetapi ke daerah Muara Takus.

2.       Slamet Muljana menyimpulkan tentang letak Kerajaan Malayu masih berdasarkan keterangan dari berita I-tsing bahwa pada abad ke VII, Malayu terletak di Sungai Batanghari atau sama dengan kota Jambi sekarang. Slamet Muljana juga menganalisis berdasarkan nama Malayu yang berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sansekerta berate “bukit”. Pada zaman kerajaan dulu, nama sebuah kerajaan biasanya identik dengan nama ibu kotanya. Oleh karena itu Slamet Muljana berpendapat bahwa ibu kota Kerajaan Malayu tidak terletak di dataran rendah, tetapi istananya lebih ke dalam terletak di dataran agak tinggi. Menurut prasasti Tanyore yang dikeluarkan oleh Rajendra Coladewa bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit.

3.       Keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li I-Hid (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera.

4.       Berdasarkan hasil analisis Boechari terhadap catatan perjalanan I-tsing lebih cenderung menempatkan Kerajaan Malayu di pantai timur Sumatera sebab I-tsing harus mengubah arah pelayarannya untuk mencapai Kedah.


Letak Kerajaan Malayu

      Keterangan beberapa ahli yang menganalisis letak Kerajaan Malayu berdasarkan sumber keterangan I-tsing secara tidak langsung sudah menempatkan pusat Kerajaan Malayu di sekitar Jambi, walapun letak secara pastinya masih belum jelas. Sumber keterangan I-tsing telah menjadi dasar dalam menganalisis pusat Kerajaan Malayu oleh para ahli. Maksud dari pusat Kerajaan Malayu tersebut adalah pusat awal beridirinya Kerajaan Malayu.

     Sejak disebutkan oleh I-tsing bahwa negeri Malayu pada tahun 685 sudah dikuasai oleh Sriwijaya, untuk jangka waktu yang lama nama Malayu tidak terdengar sejak 685 – 1275. Nama Malayu mulai terdengar lagi pada tahun 1275 ketika raja Kertanagara melakukan pengiriman ekspedisi ke Malayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu yang tercatat dalam kitab Pararaton. Berikut adalah salinan terjemahan Pararaton yang menyebutkan adanya ekpedisi Pamalayu:
“Mpu Raganata lalu menjadi Adiyaksa di Tumapel. Sri Kertanegara pada waktu memerintah, melenyapkan seorang kelana bernama Baya. Sesudah kelana itu mati, ia memberi perintah kepada hamba rakyatnya, untuk pergi menyerang Melayu. Apanji Aragani menghantarkan, sampai di Tuban ia kembali, sedatangnya di Tumapel Sang Apanji Aragani mempersembahkan makanan tiap tiap hari, raja Kertanegara bersenang senang. Ada perselisihannya dengan raja Jaya Katong, raja di Daha, ini menjadi musuh raja Kertanegara, karena lengah terhadap usaha musuh yang sedang mencari kesempatan dan ketepatan waktu, ia tidak memikir kesalahannya”.

      Di dalam Pararaton disebutkan bahwa pada tahun 1275 raja Kertanagara mengirim utusan ke Malayu. Pengiriman utusan tersebut terkenal dengan sebutan Pamalayu. Pengiriman utusan raja Kertanagara ke Malayu tidak terlepas dari letak Malayu yang strategis untuk jalur perdagangan di nusantara, karena pada masa itu Selat Malaka memegang pranan penting dalam perdagangan antara Cina dan India dengan daerah-daerah di Indonesia. Sejak awal Masehi Selat Malaka telah menjadi sentral lalulintas perdagangan internasional antara Cina dengan India, sehingga daerah tersebut menjadi daerah rebutan kekuasaan raja-raja di nusantara. Alasan lain yang mendasari dilakukannya ekspedisi pamalayu oleh Kertanagara tidak terlepas dari usaha membendung kekuasaan Mongol yang mungkin akan menguasai nusantara, karena pada masa itu Mongol sedang berambisi untuk menguasai dunia. Pada masa itu Mongol sudah mulai melancarkan serangannya ke Asia Tenggara sehingga tahun 1287 Vietnam Utara dan Burma sudah berhasil di kuasai Mongol. Maka untuk mencegah masuknya kekuatan Mongol ke nusantara, Kertanagara lebih dulu melakukan ekspansi ke Malayu, karena Malayu merupakan salah satu tempat yang memungkinkan dijadikan sebagai pintu masuk Mongol ke nusantara.

      Ekspedisi Pamalayu tersebut akhirnya berhasil terjalin persahabatan antara Kerajaan Malayu dengan Kerajaan Singhasari. Sebagai tanda mempererat persahabatan antara Kerajaan Malayu dengan Kerajaan Singhasari, maka raja Kertanagara mengirim sebuh hadiah pada tahun 1286 berupa arca Buddha Amoghapasalokeswara. Penempatan arca ini di Dharmasraya dipimpin oleh empat orang pejabat tinggi dari Kerajaan Singhasari.


Arca Amoghapasalokeswara hadiah Kertanagara kepada Kerajaan Malayu

     Sumber keterangan lain mengenai keberadaan Kerajaan Malayu terdapat dalam kitab Nagarakretagama, yang berasal dari zaman Kerajaan Majapahit;
“Kemudian akan diperinci demi pulau negara bawahan, paling dulu Melayu: Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya. Pun ikut juga disebut Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane Kampe, Haru serta Mandailing, Tamihang, negara perlak dan padang Lawas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus. Itulah terutama negara-negara Melayu yang telah tunduk. Negara-negara di pulau Tanjungnegara : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut. Kadandangan, Landa, Samadang dan Tirem tak terlupakan. Sedu, Barune, Kalka, Saludung, Solot dan juga Pasir Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei. Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura”.

      Berdasarkan keterangan Nagarakretagama tersebut, kita mendapat gambaran bahwa Kerajaan Malayu pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit atau mungkin memiliki kedudukan sebagai negara bawahan. Penaklukan Kerajaan Malayu oleh Kerajaan Majapahit mengindikasikan bahwa Kerajaan Malayu pada masa itu telah bangkit lagi menguasai perdagangan di Selat Malaka setelah sebelumnya berhasil di kuasai oleh Kerajaan Singhasari di bawah raja Kertanagara. Sedangkan berdasarkan keterangan prasasti yang ditemukan di Minangkabau, kita dapat diketahui bahwa pada pertengahan abad ke XIV ada seorang raja yang memerintah di Kanakamedini (pulau emas) yang bernama Adityawarman, anak dari Adwayawarman. Nama ini juga dikenal dalam prasasti yang dipahatkan pada arca Manjusri di candi Jago yang berangka tahun 1341. Di dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa Adityawarman bersama Gajah Mada telah menaklukan Bali.

Adityawarman merupakan raja Kerajaan Malayu keturunan dari Majapahit, dia pernah menjabat sebagai wrddha-mantri di Majapahit. Pada tahun 1347, dia berhasil meluaskan kekuasaannya sampai ke daerah Pagaruyung (Minangkabau), dan mengangkat dirinya sebagai seorang maharajadhiraja dengan gelarnya Udayadityawarman atau Adityawarmodaya Pratapaparakramarajendra Maulimaliwarmadewa.

      Berdasarkan prasasti yang ditemukan kita dapat mengetahui bahwa Adityawarman merupakan penganut agama Buddha dan menganggap dirinya sebagai penjelmaan Lokeswara. Anggapan ini sesuai dengan sistem kalacakra seperti halnya raja-raja di Majapahit. Berdasarkan tahun akhir dari prasastinya kita dapat mengetahui bahwa Adityawarman memerintah hingga sekitar tahun 1375. Penggantinya adalah anaknya yang bernama Ananggawarman, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti kapan Ananggawarman tepatnya menggantikan ayahnya.

Kepustakaan
Muljana, Slamet. 2006. Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS
Poesponegoro, Marwati Djoenoed dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
_____ .  "Kerajaan Melayu". [Online] Terdapat di. http://wapedia.mobi/id/Kerajaan_Melayu [10/10/10].
_____ . 2009. "Kerajaan Melayu Tua di Jambi". [Online]. Terdapat di. http://www.sungaikuantan.com/2009/10/kerajaan-melayu-tua-di-jambi.html [10/10/10].

Sumber Gambar

………………… Arca Amoghapasa. [Online]. Terdapat di. http://id.wikipedia.org/wiki/Arca_Amoghapasa [10/10/10]
………………… Kerajaan Melayu. [Online]. Terdapat di. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu [10/10/10]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave Your Comment. Thanks

ARTI LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Kabupaten Tuban memiliki lambang daerah yang dijadikan identitas diri. Disetiap gambar dari lambang kabupaten Tuban memilik pengertian masing masing. Dalam satu keutuhan akan menjadi ciri khusus (identitas) maupun cita0cita luhur Kabupaten Tuban.


ARTI PADA LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Lambang kabupaten Tuban terbagi atas 8 bagian yaitu :

1. Bentuk Perisai Putih yang bersudut lima

Dengan jiwa yang suci murni dan hati yang tulus iklas masyarakat Tuban menjunjung tinggi Pancasila. Sekaligus merupakan perisai masyarakat dalam menghalau segenap rintangan dan halangan untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kuda Hitam dan Tapal Kuda Kuning

Kuda hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada negara, watak kesatriannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa. Tapal kuda Ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cermelang dari Ronggolawe.

3. Gapura Putih

Melambangkan pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh “Wali Songo” antara lain Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang, dengan itikat yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas, masyarakat Tuban melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para “Wali Songo”.

4. Bintang Kuning bersudut lima

Rasa Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memancar didada tiap-tiap insan rakyat Tuban memberikan kesegaran dan ketangguhan iman, dalam berjuang mencapai cita-cita yang luhur.

5. Batu hitam berbentuk umpak dan pancaran air berwarna biru muda

Menunjukan dongeng kuno tentang asal kata Tuban. Batu hitam berbentuk umpak ialah Batu-Tiban dari kata ini terjadilah kata Tuban. Pancaran air atau sumber air ialah Tu-Banyu (mata ir) menjadi kata Tuban.

6. Pegunungan berwarna hijau, daun jati dan kacang tanah

Tuban penuh dengan pegunungan yang berhutan jati dan tanah-tanah pertanian yang subur dengan tanaman kacang tanah. Pegunungan berwarna hijau mengandung arti masyarakat Kabupaten Tuban mempunyai harapan besar akan terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa.

7. Perahu emas, Laut biru dengan gelombang putih sebanyak tiga buah.

Sebelah utara Kabupaten Tuban adalah lautan yang kaya raya, yang merupakan potensi ekonomi Penduduk pesisir Kabupaten Tuban. Penduduk Pesisir utara adalah nelayan-nelayan yang gagah berani. Dalam kedamaian dan kerukunan masyarakat Daerah Kabupaten Tubanuntuk membangun daerahnya menghadapi tiga sasaran yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan perbaikan mental dan kerohanian.
2. Pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan Prasarana yang meliputi jalan-jalan, air dsb.

8. Keterangan angka

1. Lekuk gelombang laut sebanyak 17 melambangkan tanggal 17.
2. Lubang tapal kuda berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.
3. Daun dan biji jati melambangkan angka 45.
dengan demikian masyarakat Kabupaten Tuban menjnjung tinggi hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat Proklamasi menjiwai perjuangan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Tuban.

Di Kesempatan kali ini kami mencoba memposting tentang tempat wisata di Kabupaten Tuban

A. Goa Akbar

Goa akbar adalah salah satu tempat wisata yang cukup popouler di kabupaten tuban,tempatnya yang cukup strategis,yang tepatnya terletak di pinggir pasar baru tuban,sehingga banyak wisatawan yang berkunjung kesana,bukan hanya keelokan pemandangan(arsitektur batu,keindahan panorama dll) tapi juga karena tiket masuknya yang murah(Kurang dari 5ribu perak)

B.MAKAM SUNAN BONANG

Makam sunan adalah tempat wisata yang sangat sering di kunjungi oleh wisatawan atau warga tuban khususnya Umat islam karena selain untuk menikmati panorama yang ada di sekitarnya,juga merupakan tempat untuk berziarah,dan selain itu kita juga bisa membeli segala peralatan sholat disana

C. AIR TERJUN NGLIRIP

Tempat ini merupakan tempat wisata di tuban yang berada di kecamatan singgahan lokasinya yang dekat hutan dan memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya menjadi daya tarik tersendiri di air terjun nglirip ini,selain itu di sini juga tidak di pungut biaya alias gratisssss.

D. MASJID AGUNG TUBAN

Masjid agung merupakan masjid yang terbesar di kabupaten Tuban selain digunakan untuk tempat beribadah juga bisa di gunakan untuk tempat singgah sementara bagi wisatawan dari luar kota,masjid ini lokasinya dekat alon-alon dan berdampingan dengan Makam Sunan Bonang,sehingga sering di sebut ‘Tiga Serangakai’ wisata Tuban.

E. KLENTENG KWAN SING BIO

Di Tuban juga ada Klenteng Kwan Sing Bio,Klenteng tersebut merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara jadi tidak mengherankan jika klenteng tersebut sangat banyak di kunjungi berbagai macam wisatawan,klenteng ini mempunyai keunikan antara lain adalah simbolnya,dimana umumnya simbol klenteng itu naga tapi klenteng Kwan Sing bio justru mempunyai simbol Kepiting,lokasinya yang menhadap ke laut juga mempunyai daya tarik tersendiri.

F. PEMANDIAN BEKTIHARJO

Bektiharjo merupakan salah satu wisata yang terletak di kecamatan semanding tuban,tempat ini banyak di minati oleh para remaja yang ada di wilayah tuban bahkan sampai di luar tuban karena selain digunakan sebagai tempat refreshing juga sebagai tempat Untuk pacaran,dan bektiharjo juga memiliki tempat pemandian yang cukup besar,mulai dari anak-anak sampai orang yang udah bau tanah atau alias udah kakek-kakek bisa kesana.

G. GOA NGERONG

Goa ngerong merupakan wisata yang terletak di kecamatan rengel alias tempat yang cukup tinggi dari kabupaten tuban tapi meskipun lokasinya agak tinggi kecamatan ini sering terkena banjir(Menurut teman kami rIski Toha),kadang – kadang wista ini sepi karena terhalang banjir,meskipun begitu tempat ini masih Eksis untuk menarik para wisatawan karena pemandanganya yang sangat indah(Tapi berhati-hatilah konon kalau ada seseorang yang mengambil ikan dari sana akan terkena kutukan 100tahun atau bisa-bisa anda Turex alias tidak laku kawin.

Category List

MARDIYAN RONGGOLAWE. Diberdayakan oleh Blogger.
PEMERINTAHAN

Kabupaten Tuban terdiri dari 19 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang Sedangkan Kota Tuban sendiri terdiri dari 17 kelurahan yaitu :Doromukti, Sidorejo, Kingking, Kebonsari, Mondokan, Latsari, Sidomulyo, Karang Sari, Ronggomulyo, Baturetno, Sukolilo, Perbon, Sendangharjo, Kutorejo, Karang, Gedongombo, Panyuran

WISATA DAN CINDERAMATA

Di kota Tuban kita bisa mengunjungi beberapa obyek wisata, di antaranya Gua Akbar, Masjid Agung, Makam Sunan Bonang,Ngerong Rengel, Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan, Air Terjun Nglirip,Goa Suci,Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi dan Pantai Boom. Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang. Disamping itu ada juga cinderamata berupa miniatur tempat berjualan Legen (minuman khas tuban) yang disebut "ONGKEK". Bentuknya seperti tempat berjualan Soto tetapi terbuat dari bambu. Miniatur ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Tuban. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal). Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga sedikit memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.

ASAL-USUL

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

GEOGRAFI

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Gresik menuju Solo

SUKU BUDAYA

Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku cina, suku Kalimantan, dll. Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo.

PENDIDIKAN

Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong sangat baik. Terbukti dengan adanya 3 sekolah yang bertaraf internasional, antara lain, SMP Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban,SMP Negeri 3 Tuban serta puluhan SMP dan SMA yang bertaraf Nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari dan 2 SMP, yakni , SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba di juarai oleh pelajar Tuban. Banyak diantaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan,SMA Negeri 3 Tuban,SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, MAN TUBAN, dll. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas Ronggolawe, yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya.

DAERAH VITAL KOTA TUBAN

Sebagai Kabupaten, Tuban memiliki tempat penting seperti Kantor Bupati Tuban, Pendopo Kridho Manunggal (yang pernah dirusak dan dibakar massa), Kantor DPRD, Masjid Agung Tuban, GOR Rangga Jaya Anoraga, dll.

TUBAN TEMPOE DOELOE

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

TUBAN PADA MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto. Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayahanda Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.

TUBAN PADA MASA PENJAJAHAN

Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah.

TUBAN MASA KINI

Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

Tuban Merupakan Kota Semen pada masa sekarang, Semen Gresik yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang Oil & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antaralain PETROCHINA (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta ada juga PT. TPPI & PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu)

Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA.

H. MUSEUM KAMBANG PUTIH

Museum kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di kabupaten tuban,Lokasinya yang sangat strategis alias di tengah kota Tuban lebih tepatnya lagi bersebelahan dengan alon-alon,masjid agung,dan makam sunan bonang cukup ramai di kunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota,di museum kambang putih kita akan menemukan sejarah-sejarah jaman dahulu yang berada di Kabupaten Tuban.

Ads 468x60px

  • Code Test

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis...

Bookmark Us

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Featured Posts Coolbthemes

Search Box

 
© Copyright 2010-2011 apakabartuban All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.