Photobucket

Sekilas Tentang AHLI MA’RIFAT dari KITAB Al HIKAM

Selasa, 28 Desember 2010

“Tidaklah disebut sebagai orang ahli ma’rifat orang yang memberi petunjuk (isyarah sesuatu) yang menjadi rahasia Allah yang haq, ia dapat menemukan dirinya lebih dekat kepada Allah daripada isyarahnya sendiri. Akan tetapi yang disebut ahli makrifat ialah orang yang tidak melihat dirinya mempunyai isyarah tertentu, karena kesirnaannya (fana’) dalam wujudnya Allah dan terbalutnya kenyataan diri dalam menyaksikan Allah.” (Al Hikam)


Dalam hikmah tersebut diterangkan tentang bagian-bagian orang yang sudah termasuk pada maqom fana’, yang karenanya tidak dijelaskan secara gamblang, tetapi hanya istilahnya saja yang dijelaskan, karena hikmah ini berhubungan dengan rasa yang ada pada orang yang ahli makrifat, yang pada umumnya kita sendiri belum pernah merasakannya, maka untuk lebih memudahkan para murid tasawuf dibuat beberapa istilah yang berkaitan dengan hal tersebut.

1. isyarat
2. ibaroh
3. maqom fana’ atau jam’i
4. maqom baqo’ atau farqi


Isyarat.
Pengertian isyarat disini bukan seperti pengertian mengarahkan (menuding) jari telunjuk kepada sesuatu, akan tetapi makna isyarah dalam hikmah ini berati, perkataan atau ucapan yang tidak jelas (kinayah) tentang segala sesuatu yang hanya orang tertentu yang bisa faham.

Ibaroh.
Ibaroh berarti suatu perkataan atau ucapan yang jelas (gamblang) tentang sesuatu hal yang semua orang bisa memahaminya.
Jadi isyarat adalah merupakan suatu istilah yang digunakan ahli tasawuf untuk menjelaskan tentang berapa hal, yang diantaranya
a. Asror, yaitu rahasia-rahasia Allah
b. Ilmu Laduni, yaitu ilmu yang langsung dari Allah (tanpa belajar)
c. Mawajid, yaitu rasa cinta dan rindu yang teramat sangat, yang terkadang sampai membuat seseorang kehilangan akalnya dan bahkan sampai tidak sadarkan diri.
d. Dzauq, yaitu rasa yang diterima oleh hati atau bathin. Seperti rasa tenteram karena merasa nikmat (ladzat) dalam berdzikir, shalat, dan lain sebagainya.

Dzauq terbagi menjadi dua
Dzauq Bathinyyah, yaitu semua rasa yang dialami oleh hati atau bathin
Dzauq Dhohiriyyah, yaitu semua rasa yang diterima oleh panca indera, seperti bau wangi, rasa sakit, pedas, asin, pahit, asam dan lain sebagainya.

Asror, ilmu laduni, mawajid dan dzauq adalah termasuk ‘aurat yang wajib untuk ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada khalayak umum. Hal ini dapat disamakan dengan ‘aurat dhohir dari tubuh manusia, semisal orang laki-laki, maka yang wajib ditutupi adalah antara pusar dan lutut, ssedang bagi wanita adalah seluruh anggota tubuh. Dan karena asror, ilmu laduni, mawajid, dan dzauq adalah termasuk ‘aurat, maka untuk menjelasakan perkara ini, para ahli tasawuf menggunakan isyarah (kinayah).

Al Fana’ (jam’u)
Para arif billah pasti melewati maqom jam’i. istilah lain dari maqomul jam’i adalah “wahdatul wujud” (manunggaling kawulo gusti). Istilah ini bukan berarti bahwa wujudnya Allah itu bersatu dengan wujudnya atau bercampur dengan wujudnya hamba, tetapi tiu hanyalah merupakan sebuah kiyasan atau istilah dari para sufi, yang mana timbulnya istilah itu setelah adanya pengalaman di dalam mengarungi samudera tasawuf.

Arti lain dari “manunggaling kawulo gusti” adalah , apabila ada seorang hamba melihat hamba atu ciptaan Allah yang lain, maka yang ia lihat bukan wujud ciptaan itu, tetapi yang terlihat adalah Allah. Bahkan ketika melihat dirinya sendiri pun ia tidak melihatnya, dan yang terlihat hanya Allah. Semuanya telah sirna, dan yang ada hanya Allah (dihati). Tidak wujud selain-Nya.

Pada “menyaksikan” itu, segala persoalan hilang dari dirinya karena dalam ke-esaan murni (al-fardaniyyat al-mahdhah). Dalam kondisi seperti itu ia terpesona dengan keindahan penyaksian itu, sehingga hilanglah kesadaran diri dan tidak lagi memiliki kemapuan untuk mengingat selain-Nya, bahkan tidak mampu untuk melihat diri sendiri. Pada saat dalam kesaksian seperti inilah sebagian dari para sufi seperti Al Hallaj dan Abu Yazid Al Busthami mengatakan, “anal haq” (ukulah kebenaran), “subahaani maa a’dhomi sya’ni” (maha suci aku dan betapa agung keberadaanku), “maa fil jubbati illa allahu” (tidak ada dalam jubahku ini kecuali Allah).

Apabila seseorang telah mengalami hal semacam ini, dan kemudian ia tidak mampu untuk menahan diri dengan cara tidak mengatakan secara ‘ibaroh (jelas), maka hal itu dianggap sebagai suatu pelanggaran. Hal ini juga pernah dialami Syaikh Lemah Abang ketika dipanggil oleh Sunan Kudus, “wahai Syaikh Siti Jenar”, dan beliau menjawab, “Syaikh Siti Jenar tidak ada, yang ada hanya Allah” ketika mengucapkan Itu, Syaikh Siti Jenar merasakan bahwa wujudnya sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah Allah semata. Dirinya sudah tidak nampak lagi, yang nampak hanya Allah semata.

Orang yang telah mencapai maqom fana’ atau jam’i, mereka menyadari bahwa semua yang dilakukannya adalah tindakan Allah. Syaikh Yusuf Al A’jami, “ siapa yang berkata pada maqom jam’i, maka yang berkata bukanlah dirinya, akan tetapi Allah yang berkata melalui lisan hambaNya”. Dan hal itu juga sesuai dengan hadist firman dalam hadits qudsi:
“fabii yasma’u wabii yabshuru wabii yanthiqu……..” (maka dengan Aku (Allah) ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan aku pulalah ia berkata).

Setelah kaum ‘arifin melakukan pendakian mi’raj spiritual ke alam hakikat, mereka sepakat bahwa yang disaksikan oleh mereka hanyalah Allah Yang Haq. Tidak ada wujud selainNya. Dan dalam kesaksiannya ini masing-masing kaum ‘arifin memiliki memiliki dan cara kesaksian yang berbeda. Ada yang menyaksikan melalui “makrifat” dan “ilmu”, dan ada yang yang menyaksikan “dzauq” dan “al-hal”. Perumpamaan akan hal ini adalah seperti orang yang ingin mengetahui hakikat dari api. Ada yang mengetahui panas api melalui serentetan panjang imu pengetahuan dan perenungan, hingga meyakini bahwa itu panas, dan ada yang memperoleh keyakinan bahwa api itu panas karena ia sendiri sudah merasakan terbakar olehnya.

Saat menyaksikan itulah segala persoalan (syak) menjadi hilang dari diri mereka, karena tenggelam dalam keesaan murni (al-fardaniyat al-mahdhah). Mereka terpesona dengan keindahan penyaksian itu, kehilangan kesadaran diri, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengingat selainNya. Hingga terlontar ucapan-ucapan mutasyabihat.

Imam Ghazali dalam kitabnya, “Misykat al Anwar”, memberikan komentar mengenai hal itu, bahwa semestinya para perindu Allah itu “asyiqin” tidak mengungkapkannya di saat kondisi ekstase “fana’”, karena kessaksian yang dialaminya bukanlah kesatuan “ittihad” yang hakiki, melainkan hanya “ittihad” seperti yang dinyanyikan oleh orang yang rindu berat,
“Akulah yang mencintai dan yang aku cintai,
kami ini ini dua ruh yang bersemayam dalam satu raga.”

Atau ibarat orang yang melihat minuman anggur dalam gelas, dan mengira bahwa warna anggur itu adalah hiasan dari gelas itu sendiri. Sebagaimana dalam untaian syair:
“Gelas bening dan anggurpun bening,
Keduanya serupa dan menyatu.
Sekan anggur tanpa gelas,
Dan gelas pun tanpa anggur.”


Ungkapan tersebut tentu berbeda, “bahwa anggur adalah gelas”, dan “anggur seakan-akan gelas. “Bila kondisi ‘ittihad’ ini memuncak, maka disebut dengan “fana’ al fana’” seseorang yang mengalami kefana’an, tidak saja saja merasakan kehilangan dirinya, bahkan rasa kehilangan dirinya itu telah hilang dalam kesadarannya. Tidak menyadari bahwa dirinya tenggelam dalam kefana’an, dan juga tidak menyadari akan kefanaan dirinya. Sebab bila masih menyadari akan kefanaan dirinya, berarti masih dalam kondisi sadar. Para ‘arifin yang tenggelam dalam kefanaan ini dalam bahasa majaz disebut “ittihad”, dan dalam bahasa hakikat disebut “tauhid.” (misykat al-anwar).

Orang yang benar-benar mencapai maqom fana’ atau “wahdatul wujud”, akan merasakan bahwa dirinya sudah tidak ada. Juga tidak mengetahui bahwa dirinya sudah sampai maqom apa, maqom fana’kah? Atau maqom yang lainnya, seperti ‘Abid, Murid, ‘Arif. Dan juga ketika ketika menerima tajalliNya, apakah tajalli af’al, tajalli sifat, tajalli dzat. Dalam perjalanan ibadahnya semisal, shalat, puasa, dzikir, dan amal ibadah lainnya, tidak merasakan bahwa dirinya sudah melakukannya, yang melakukan adalah hanya Allah. Hal ini sebagaimana makna yang tersirat dalam kalimat “laa haula walaa quwwata illa billah.” Seperti mayit yang berada di tangan orang yang memandikannya.
Dan bahwa apa yang disebut sebagai kehilangan dirinya dalam Tuhan (fana’), yang dipandang sebagai tujuan para sufi, sesungguhnya adalah merupakan tahap awal dari perjalanan yang sesungguhnya. (Al-Ghazali)

Al Baqo’ (farqi).
Setelah melewati maqom jam’i atau maqom fana’ seseorang akan memasuki maqom farqi atau disebut juga maqom baqo’. Orang yang sudah mencapai maqom ini akan kembali normal. Apabila ia melihat Allah maka ia juga dapat melihat mahluk begitu juga sebaliknya, ketika ia melihat mahluk maka ia juga dapat menyaksikan “musyaahadah” Allah didalam hatinya.

Dalam maqom inilah orang-orang melihat Allah dengan mata hatinya “arbab al-bashaa’ir” ketika melihat sesuatu mereka menyaksikan Allah bersamanya. Sebagaimana yang telah dikatakan para ‘arifin, “tidak ada sesuatupun yang aku lihat, kecuali sebelumnya aku telah melihat Allah sebelumnya”, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firmanNya:
سَنُرِيهِمۡ ءَايَـٰتِنَا فِى ٱلۡأَفَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِہِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ‌ۗ
“Kami akan memperlihatkan kapada mereka di ufuk-ufuk dan didalam jiwa mereka sendiri bahwa Allah itu haq.” {Q.S. Al-Fushilat : 53}

Lebih jelasnya untuk lebih mudah dimengerti, seperti kisah yang tersirat dalam hadits ifqi (para pembuat berita dusta) panjang yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a. ketika beliau beliau tertinggal oleh rombongannya, hingga kemudian ditemukan oleh Sofwan bin Mu’athol yang sedang mencari sesuatu miliknya yang hilang, dalam keadaan sedang tertidur. Ketika Sofwan mengetahui bahwa orang yang tertidur itu adalah wanita istri Rosulullah saw. Ia menjadi kaget dan mengucap istirja’ (Inna Lillahi Wa inna ilahi roji’un). ‘Aisyah ra seketika terbangun ketika melihat lelaki itu dan segera menutupi wajahnya dengan cadarnya. Kemudian Sofwan merundukkan ontanya dan menyuruh ‘Aisyah ra. Menaikinya tanpa berkata sepatah katapun, hanya dengan isyarat. Setelah Sofwan melanjutkan perjalanannya dengan menuntun ontanya yang kini telah dinaiki ‘Aisyah ra. Hingga akhirnya dapat menyusul rombongan bala tentaranya.

Sejak saat itu kemudian tersebar berita dusta (gosip) yang dihembuskan oleh ahli fitnah, yang mula-mula dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay bin Sawul, yang menuduh bahwa ‘Aisyah telah berbuat tidak terpuji. Hingga sesampainya tiba di Madinah, beliau jatuh sakit selama sebulan. Keadaannya menjadi makin tertekan ketika menyadari ada sedikit perubahan sikap Rosulullah, yang pada waktu itu juga sedang gelisah menunggu datangnya wahyu dari Allah yang berkaitan dengan masalah itu. Cerita tidak kami tulis secara detail disini. Singkat cerita, ‘Aisyah ra. Meminta kepada orang tuanya seraya berkata, “jawablah Rosulullah oleh kalian berdua!.” Akan tetapi kedua orang tuanya menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahui apa yang akan kami katakan.” Mendengar itu, ‘Aisyah ra. Berkata, “Sesungguhnya aku, Demi Allah telah mengetahui bahwa engkau telah mendengar berita tersebut sehingga engkau terpengaruh olehnya dan mau mempercayainya.

Seandainya saja aku katakan kepadamu bahwa aku tidak bersalah, sehingga engkau terpengaruh dan mau mempercayaiku. Dan seandainya aku mengaku padamu, bahwa aku telah melakukan suatu perkara, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tidak bersalah, niscaya engkau (Nabi) percaya kepadaku. Demi Allah aku tidak menemukan suatu perumpamaan yang kukatakan kepada engkau kecuali sebagaimana ayah Yusuf ketika mengatakan:
فَصَبۡرٌ۬ جَمِيلٌ۬‌ۖ وَٱللَّهُ ٱلۡمُسۡتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ
“maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kalian ceritakan” (Q.S. Yusuf 18)

Kemudian ‘Aisyah ra. Beranjak dari tempatnya dan langsung merebahkan diri di peraduannya. Sejak saat itu Rosulullah tidak lagi menetapi majlisnya hingga turun kepada beliau firman Allah Q.S An-Nur : 11-21, yang menyatakan kesucian ‘Aisyah ra. Wahyu itu membuat Rosulullah sangat senang. Dengan muka berseri-seri beliau sehera menyampaikan kabar gembira itu kepada ‘Aisyah ra. Maka ‘Aisyah ra. segera ditegur ibunya, “berdirilah, dan berterimakasihlah kepada Rosulullah.” Dan ‘Aisyah ra. berkata, “Tidak. Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kepada selain Allah yang telah menurunkan wahyu tentang kebersihanku.” (ketika mengucap ini, ‘Aisyah ra. dalam kondisi fana’)

Kemudian Abu Bakar ra. menyuruh ‘Aisyah ra. untuk bersyukur kepada Rosulullah, karen dengan lantaran beliaulah wahyu itu diturunkan dan ditujukan kepada ‘Aisyah ra.
Dalam hadits tersebut terkandung makna, bahwa disaat ‘Aisyah ra. mengatakan, “Tidak, Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kepada selain Allah yang telah menurunkan wahyu tentang kebersihanku.” Beliau berada maqom fana’, karena diwaktu mendapat cobaan itu beliau hanya memohon kepada Allah, sampai akhirnya wushul kepada Allah dan beliau lihat hanya Allah semata, sedangkan Rosulullah yang hadir kala itu tidak tampak oleh beliau.

Lain halnya dengan Abu Bakar ra., disamping beliau melihat Allah, Rosulullah juga terlihat oleh beliau. Yang mana hal ini menandakan, bahwa Abu Bakar ra. telah berada dalam maqom baqo’. Dan hal itu sesuai dengan sabda Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
من لم يشكر الناس لم يشكرالله
“Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia (makhluq), maka ia tidak bisa bersyukur kepada Allah ta’ala”
Orang yang telah mencapai maqom baqo’, adalah orang yang telah bisa mencapai maqom makrifat yang hakiki. Orang yang telah mencapai maqom baqo’, dan sebelumnya didahului kondisi fana’, disebutu dengan “firoq ba’dal jam’i”. sedangkan orang yang telah mencapai maqom baqo’ tanpa pernah sama sekali fana’, disebut “firoq qoblal jam’i”. pada yang disebutu terakhir, terkadang seseorang masih tergolong “ahlul hijab”. (Iqodhul Himam).

Orang yang berada pada maqom “firoq qoblal jam’i” , kebenaran ucapannya masih harus sesuai dan didasari Al-Qur’an, Al Hadits dan pendapat-pendapat para ulama’, karena perkataannya masih dimungkinkan salah dan benar. Dan perkataan orang yang berada pada maqom “firoq ba’dal jam’i, bisa dipastikan apa yang dikatakannya adalah benar. Karena apa yang mereka katakan adalah merupakan suatu pengalaman nyata melalui “dzauq”, seperti perumpaan api di awal tulisan ini.

Wallahu A’lamu Bishshowab.
Semoga Allah memberikan kepada kita semua istiqomah dan ikhlas dalam mengabdikan diri kepadaNya.
*Disarikan dari pengajian rutin malam selasa Al-Hikam*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave Your Comment. Thanks

ARTI LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Kabupaten Tuban memiliki lambang daerah yang dijadikan identitas diri. Disetiap gambar dari lambang kabupaten Tuban memilik pengertian masing masing. Dalam satu keutuhan akan menjadi ciri khusus (identitas) maupun cita0cita luhur Kabupaten Tuban.


ARTI PADA LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Lambang kabupaten Tuban terbagi atas 8 bagian yaitu :

1. Bentuk Perisai Putih yang bersudut lima

Dengan jiwa yang suci murni dan hati yang tulus iklas masyarakat Tuban menjunjung tinggi Pancasila. Sekaligus merupakan perisai masyarakat dalam menghalau segenap rintangan dan halangan untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kuda Hitam dan Tapal Kuda Kuning

Kuda hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada negara, watak kesatriannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa. Tapal kuda Ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cermelang dari Ronggolawe.

3. Gapura Putih

Melambangkan pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh “Wali Songo” antara lain Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang, dengan itikat yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas, masyarakat Tuban melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para “Wali Songo”.

4. Bintang Kuning bersudut lima

Rasa Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memancar didada tiap-tiap insan rakyat Tuban memberikan kesegaran dan ketangguhan iman, dalam berjuang mencapai cita-cita yang luhur.

5. Batu hitam berbentuk umpak dan pancaran air berwarna biru muda

Menunjukan dongeng kuno tentang asal kata Tuban. Batu hitam berbentuk umpak ialah Batu-Tiban dari kata ini terjadilah kata Tuban. Pancaran air atau sumber air ialah Tu-Banyu (mata ir) menjadi kata Tuban.

6. Pegunungan berwarna hijau, daun jati dan kacang tanah

Tuban penuh dengan pegunungan yang berhutan jati dan tanah-tanah pertanian yang subur dengan tanaman kacang tanah. Pegunungan berwarna hijau mengandung arti masyarakat Kabupaten Tuban mempunyai harapan besar akan terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa.

7. Perahu emas, Laut biru dengan gelombang putih sebanyak tiga buah.

Sebelah utara Kabupaten Tuban adalah lautan yang kaya raya, yang merupakan potensi ekonomi Penduduk pesisir Kabupaten Tuban. Penduduk Pesisir utara adalah nelayan-nelayan yang gagah berani. Dalam kedamaian dan kerukunan masyarakat Daerah Kabupaten Tubanuntuk membangun daerahnya menghadapi tiga sasaran yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan perbaikan mental dan kerohanian.
2. Pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan Prasarana yang meliputi jalan-jalan, air dsb.

8. Keterangan angka

1. Lekuk gelombang laut sebanyak 17 melambangkan tanggal 17.
2. Lubang tapal kuda berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.
3. Daun dan biji jati melambangkan angka 45.
dengan demikian masyarakat Kabupaten Tuban menjnjung tinggi hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat Proklamasi menjiwai perjuangan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Tuban.

Di Kesempatan kali ini kami mencoba memposting tentang tempat wisata di Kabupaten Tuban

A. Goa Akbar

Goa akbar adalah salah satu tempat wisata yang cukup popouler di kabupaten tuban,tempatnya yang cukup strategis,yang tepatnya terletak di pinggir pasar baru tuban,sehingga banyak wisatawan yang berkunjung kesana,bukan hanya keelokan pemandangan(arsitektur batu,keindahan panorama dll) tapi juga karena tiket masuknya yang murah(Kurang dari 5ribu perak)

B.MAKAM SUNAN BONANG

Makam sunan adalah tempat wisata yang sangat sering di kunjungi oleh wisatawan atau warga tuban khususnya Umat islam karena selain untuk menikmati panorama yang ada di sekitarnya,juga merupakan tempat untuk berziarah,dan selain itu kita juga bisa membeli segala peralatan sholat disana

C. AIR TERJUN NGLIRIP

Tempat ini merupakan tempat wisata di tuban yang berada di kecamatan singgahan lokasinya yang dekat hutan dan memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya menjadi daya tarik tersendiri di air terjun nglirip ini,selain itu di sini juga tidak di pungut biaya alias gratisssss.

D. MASJID AGUNG TUBAN

Masjid agung merupakan masjid yang terbesar di kabupaten Tuban selain digunakan untuk tempat beribadah juga bisa di gunakan untuk tempat singgah sementara bagi wisatawan dari luar kota,masjid ini lokasinya dekat alon-alon dan berdampingan dengan Makam Sunan Bonang,sehingga sering di sebut ‘Tiga Serangakai’ wisata Tuban.

E. KLENTENG KWAN SING BIO

Di Tuban juga ada Klenteng Kwan Sing Bio,Klenteng tersebut merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara jadi tidak mengherankan jika klenteng tersebut sangat banyak di kunjungi berbagai macam wisatawan,klenteng ini mempunyai keunikan antara lain adalah simbolnya,dimana umumnya simbol klenteng itu naga tapi klenteng Kwan Sing bio justru mempunyai simbol Kepiting,lokasinya yang menhadap ke laut juga mempunyai daya tarik tersendiri.

F. PEMANDIAN BEKTIHARJO

Bektiharjo merupakan salah satu wisata yang terletak di kecamatan semanding tuban,tempat ini banyak di minati oleh para remaja yang ada di wilayah tuban bahkan sampai di luar tuban karena selain digunakan sebagai tempat refreshing juga sebagai tempat Untuk pacaran,dan bektiharjo juga memiliki tempat pemandian yang cukup besar,mulai dari anak-anak sampai orang yang udah bau tanah atau alias udah kakek-kakek bisa kesana.

G. GOA NGERONG

Goa ngerong merupakan wisata yang terletak di kecamatan rengel alias tempat yang cukup tinggi dari kabupaten tuban tapi meskipun lokasinya agak tinggi kecamatan ini sering terkena banjir(Menurut teman kami rIski Toha),kadang – kadang wista ini sepi karena terhalang banjir,meskipun begitu tempat ini masih Eksis untuk menarik para wisatawan karena pemandanganya yang sangat indah(Tapi berhati-hatilah konon kalau ada seseorang yang mengambil ikan dari sana akan terkena kutukan 100tahun atau bisa-bisa anda Turex alias tidak laku kawin.

Category List

MARDIYAN RONGGOLAWE. Diberdayakan oleh Blogger.
PEMERINTAHAN

Kabupaten Tuban terdiri dari 19 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang Sedangkan Kota Tuban sendiri terdiri dari 17 kelurahan yaitu :Doromukti, Sidorejo, Kingking, Kebonsari, Mondokan, Latsari, Sidomulyo, Karang Sari, Ronggomulyo, Baturetno, Sukolilo, Perbon, Sendangharjo, Kutorejo, Karang, Gedongombo, Panyuran

WISATA DAN CINDERAMATA

Di kota Tuban kita bisa mengunjungi beberapa obyek wisata, di antaranya Gua Akbar, Masjid Agung, Makam Sunan Bonang,Ngerong Rengel, Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan, Air Terjun Nglirip,Goa Suci,Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi dan Pantai Boom. Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang. Disamping itu ada juga cinderamata berupa miniatur tempat berjualan Legen (minuman khas tuban) yang disebut "ONGKEK". Bentuknya seperti tempat berjualan Soto tetapi terbuat dari bambu. Miniatur ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Tuban. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal). Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga sedikit memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.

ASAL-USUL

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

GEOGRAFI

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Gresik menuju Solo

SUKU BUDAYA

Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku cina, suku Kalimantan, dll. Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo.

PENDIDIKAN

Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong sangat baik. Terbukti dengan adanya 3 sekolah yang bertaraf internasional, antara lain, SMP Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban,SMP Negeri 3 Tuban serta puluhan SMP dan SMA yang bertaraf Nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari dan 2 SMP, yakni , SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba di juarai oleh pelajar Tuban. Banyak diantaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan,SMA Negeri 3 Tuban,SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, MAN TUBAN, dll. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas Ronggolawe, yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya.

DAERAH VITAL KOTA TUBAN

Sebagai Kabupaten, Tuban memiliki tempat penting seperti Kantor Bupati Tuban, Pendopo Kridho Manunggal (yang pernah dirusak dan dibakar massa), Kantor DPRD, Masjid Agung Tuban, GOR Rangga Jaya Anoraga, dll.

TUBAN TEMPOE DOELOE

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

TUBAN PADA MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto. Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayahanda Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.

TUBAN PADA MASA PENJAJAHAN

Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah.

TUBAN MASA KINI

Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

Tuban Merupakan Kota Semen pada masa sekarang, Semen Gresik yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang Oil & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antaralain PETROCHINA (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta ada juga PT. TPPI & PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu)

Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA.

H. MUSEUM KAMBANG PUTIH

Museum kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di kabupaten tuban,Lokasinya yang sangat strategis alias di tengah kota Tuban lebih tepatnya lagi bersebelahan dengan alon-alon,masjid agung,dan makam sunan bonang cukup ramai di kunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota,di museum kambang putih kita akan menemukan sejarah-sejarah jaman dahulu yang berada di Kabupaten Tuban.

Ads 468x60px

  • Code Test

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis...

Bookmark Us

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Featured Posts Coolbthemes

Search Box

 
© Copyright 2010-2011 apakabartuban All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.