![]() |
Pengasuh PP Al Maghrobi, KH Subekan. (bkti/jb) |
Ditemui di pesantrennya yang terkenal dengan sebutan Pesantren Perut Bumi, Minggu (26/12), KH Subekan melihat masih kuatnya pengaruh Haeny di masyarakat Bumi Ronggolawe. Menurutnya, istri pengusaha ternama, H Ali Hasan, yang telah dua kali menjabat bupati itu telah membuktikan dirinya mampu membangun Tuban, terutama masyarakat pedesaan.
“Orang-orang desa sekarang merasa senang karena jalan-jalannya sudah diaspal semua, malah gang-gang sempit juga sudah diaspal. Lha ini tidak terjadi pada bupati-bupati sebelumnya. Jadi wajar kalau Haeny masih punya nilai positif di mata masyarakat pedesaan,” papar KH Subekan.
Bukti riil berupa pengaspalan jalan desa itulah, lanjut KH Subekan, yang mampu menutupi hal-hal negatif selama Haeny berkuasa. “Masyarakat tidak terlalu peduli apakah Haeny itu korupsi atau tidak. Toh tidak ada jaminan kalau selain Haeny yang jadi bupati, lantas nggak korupsi,” tambahnya.
Lebih jauh Subekan mengatakan, saat ini pamor Haeny belum redup. Perhitungannya, dalam beberapa tahun ke depan Tuban masih akan diperintah keturunan Mataram. Namun untuk bisa diterima rakyat Tuban, trah mataram harus bercampur dengan trah pesisiran. Gabungan dua kultur berbeda antara mataram yang agraris dengan pesisiran yang merchantilis, hemat Subekan, merupakan perkawinan ideal yang bisa menyatukan rakyat Jawa, terutama Tuban. Sebab sejak dahulu kultur masyarakat Tuban adalah campuran agraris-merkantilis, atau pedalaman-pesisiran.
“Haeny berhasil lakukan itu, dan terbukti meski digoyang lawan-lawan politiknya, dia bukan surut pamornya, justru malah naik,” kata Subekan. Namun kendati demikian, Subekan mengaku tetap akan bersikap netral. Ia berdalih, sebagai seorang pengasuh pesantren, tidak baik apabila bersikap memihak pada satu kelompok tertentu. “Pesantren ini milik umat, tugas saya momong umat. Kalau sudah memihak pada kubu tertentu, lha umat yang nggak sepaham kan nggak mau lagi mendekat,” ujar Subekan berargumen.
Dikatakan pula, siapapun yang bakal naik memimpin Tuban nantinya, dia dan pesantren Perut Buminya tetap akan bertindak sebagai penyeimbang. Fungsi ulama dengan pesantrennya bukan untuk mendukung penguasa dan kekuasaan, tetapi sebagai pemberi nasehat.
“Kalau penguasa salah, ya tetep Kyai harus memperingatkan, tidak diam saja karena penguasanya itu rekan sendiri. Makanya saya pilih tetap netral saja,” Tegasnya. Subekan berharap, masing-masing pihak yang mengikuti Pemilukada bisa lebih dewasa bersikap, bisa ngemong roso, sehingga tidak terjadi hal-hal yang merugikan kepentingan rakyat. ‘ Harus ingat, jabatan itu amanah, maka jangan disalahgunakan kalau tidak ingin terkena balak,” pesan KH Subekan. (jb8/jb1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks