SEBAGIAN besar masyarakat Jawa meyakini bahwa bulan Suro merupakan bulan paling keramat sepanjang tahun. Karena itu, Suro diyakini menjadi waktu yang tepat untuk lelaku atau melakukan ritual mengasah ilmu supranatural.
.
Sejumlah lokasi keramat di Kabupaten Tuban, yang menjadi langganan warga untuk melakukan ritual tahunan mulai tampak kesibukanya menjelang datangnya 1 Suro. Salah satunya adalah Goa Gembul yang berada di Dusun Gembul, Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
.
Meski awal Suro baru jatuh pada Selasa (7/12) ini, tempat keramat itu sudah mulai menunjukkan aktivitas yang meningkat sejak beberapa hari terakhir. Sejumlah warga mulai mendatangi goa di pinggir tebing perbukitan batu kapur –yang konon merupakan tempat rapat Walisongo pada zaman dulu– untuk menyiapkan ritual pada bulan Suro ini.
.
Juru kunci Gembul, Samidin, 50, membenarkan bahwa aktivitas paling banyak di petilasan Walisongo tersebut adalah saat bulan Suro. “Setiap tahun selalu kita adakan ritual rutin. Waktunya, pada Kamis Pon malam Jumat Wage pada bulan Suro. Atau kalau tidak ada, maka dilaksanakan pada Kamis Kliwon, Malam Jumat Wage. Jadi bukan setiap tanggal satu Suro,” katanya.
.
Diungkapkan bapak empat anak yang sudah 11 tahun menjadi juru kunci Gembul tersebut, Suro-an di Gembul tidak pernah dipersiapkan sedemikian rupa. Hanya saja, ketika pas jadwalnya, banyak sekali warga yang datang dengan sendirinya dengan membawa ayam, kambing atau sapi untuk disembelih di halaman goa dan kemudian dimakan bersama-sama.
.
“Tidak ada undangan atau persiapan resmi. Mereka biasanya yang sedang melaksanakan nadzar,” ujarnya. “Seperti yang dulu pernah bertapa di sini kemudian bernadzar akan menyembelih sapi atau kambing ketika maksudnya itu terwujud. Kemudian nadzar itu dilaksanakan pada saat Suro-an seperti ini,” tambahnya mencontohkan.
.
Sejumlah warga yang biasa bertapa atau melakukan ritual di Gembul berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Mulai dari Jawa Timur sendiri, Jawa Tengah, Jawa Barat hingga Sulawesi dan Kalimantan.
.
Tujuannya bermacam-macam. Mulai dari yang sekedar lelakon ilmu kanuragan, mencari kesembuhan penyakit sampai yang ingin mendapatkan jabatan.
.
Bahkan, menurut Samidin, Bupati Tuban Haeny Relawati bersama suami juga pernah berkunjung ke Gembul. “Banyak yang ke sini, mulai pejabat, aparat atau orang-orang yang memang gemar bertapa di tempat-tempat seperti ini.
.
Gembul sendiri kuranglebih sejak 2 tahun lalu sudah direnovasi sedemikian rupa dengan tembok yang ditutup mori dan beralas keramik. Dana renovasi dari sumbangan para pengunjungnya. Konon, dahulu kala Gembul adalah tempat berkumpulnya para Wali Songo untuk mengadakan rapat sebelum membagi wilayah perjuangan di tanah Jawa.
.
Goa di perbukitan batu kapur ini terbagi menjadi tiga ruang yang dulunya hanya disekat dengan kayu dan kain mori. Ruang pertama untuk mengaji, ruang tengah untuk bertapa dan ruang paling ujung terdapat ranjang peninggalan para wali yang sampai sekarang masih ada.
“Ruang itulah konon tempat berkumpulnya sembilan wali,” kisahnya.
.
Termasuk tangga dari kayu yang terpasang disana juga masih asli peninggalan sejak zaman dulu. Selain itu, juga ada batu besar berbentuk bulat panjang di depan goa yang dinamakan Batu Gajah. Konon, batu tersebut dulunya untuk tempat menali gajahnya para wali yang sedang rapat. “Tapi bukan gajah seperti pada umumnya,” kata Samidin.
.
Warga yang ingin berkunjung ke Gembul, syaratnya tidak boleh sombong. Wanita yang sedang datang bulan juga tidak diperkenankan meski hanya menginjak tangga. “Pernah ada pertapa dari Jawa Tengah yang sombong. Saat pertama masuk dia mengaku sudah terbiasa bertapa dan lokasi seperti ini dianggap enteng. Tapi, ketika masuk di ruang tengah tubuhnya langsung berputar-putar sambil berteriak-teriak histeris,” ungkap juru kunci ini.
.
Sedangkan untuk wanita, pernah juga ada segerombol siswi yang sedang berkemah nekat masuk dalam keadaan datang bulan. Beberapa jam kemudian mereka kesurupan sampai menggelepar-gelepar.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks