TUBAN – Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar Aloon-aloon Kota Tuban mengancam akan menuntut Calon Bupati terpilih, KH Fathul Huda, jika mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Tuban itu menyalahi kontrak politiknya.
Sejumlah PKL yang ditemui di aloon-aloon Kota, Selasa (22/3) mengatakan, pasangan KH Fathul Huda-Noor Nahar Husain telah menandatangi kontrak politik dengan PKL sebelum pelaksanaan pemungutan suara Pemilukada, Maret lalu. Isi kontrak politik tersebut, pasangan Hudanoor berjanji akan memberi ijin PKL berjualan di kawasan aloon-aloon Tuban dan sekitarnya.
“Kontrak politik itu kami tandatangani diatas materai Rp 6 ribu, katanya sebagai ikatan hukum, kalau nanti Pak Hudanoor (Fathulhuda-Noornahar Husain, red) tidak penuhi janji, kami bisa nuntut di Pengadilan,” kata Ahwan, bendahara Paguyuban Pedagang Ronggolawe (PPR) Tuban.
Karena kontrak politik itulah, lanjut Ahwan, PKL memberikan suaranya pada pasangan Hudanoor pada Pemilukada lalu. Ahwan tahu kemenangan Hudanoor bukan semata-mata lantaran dukungan PKL. Jika dibanding dengan total suara yang berhasil dikumpulkan Hudanoor, suara PKL tak sampai satu persennya.
Namun, lanjutnya, bukan berarti prosentase yang kecil itu lantas diabaikan begitu saja. “Kami, para PKL, sangat berharap Pak Huda benar-benar memenuhi janjinya, tidak hanya sekedar berjanji untuk dapat dukungan agar menang,” harap Ahwan.
Ahwan mengaku yakin janji itu akan direalisasikan Fathul Huda yang sebentar lagi dipastikan mengganti Pemerintahan Dra. Hj Haeny Relawati Rini Widiastuti, MSi. Keyakinan itu didasarkan sikap Satpol PP yang berubah drastis pasca pemungutan suara Pemilukada.
Aparat ketertiban Pemkab Tuban tersebut menjadi sangat lunak menghadapi PKL. Padahal sebelumnya, kata para PKL, mereka seolah seperti hantu yang selalu membuat para PKL tidak tenang. “Sebelum Pemilukada, hampir tiap hari kami bersitegang dengan Satpol PP. Menjelang Pemilukada hingga sekarang sudah nggak pernah lagi diusir-usir,” tambah Ahwan.
Hati Ahwan dan 221 PKL anggota PPR yang mangkal di sekitar kawasan Aloon-aloon itu semakin tenang, lantaran beberapa waktu lalu, petugas Satpol PP mendata semua PKL yang berada di kawasan itu. Informasi yang sampai ke PKL, pemerintahan Huda-Noor nanti akan menata PKL, bahkan konon bakal mengijinkan mereka berjualan di dalam Aloon-aloon.
Hal itu tentunya merupakan kabar gembira bagi Ahwan dan rekan-rekan sesama PKL. Namun, Ahwan justru berpendapat sebaliknya. “Kami malah nggak setuju kalau disuruh pindah ke dalam. Yang kami harapkan, kami diijinkan berjualan di trotoar sekeliling aloon-aloon dan Jalan Sunan Bonang,” kata Ahwan.
Hal sama disampaikan sekretaris PPR, Gatik Sudarwanto. Gatik khawatir omzet PKL bakal menurun bila dipindah ke dalam Aloon-aloon. Dalihnya, pembeli akan enggan masuk. “Kalau di luar Aloon-aloon, di trotoar sepanjang Jl Sunan Bonang dan Jl. Kartini, pembeli kan nggak usah berjalan agak jauh. Juga bisa lebih tenang karena kendaraannya bisa diparkir tidak jauh,” kata Gatik.
Gatik juga berharap tidak ada penambahan PKL lagi di lokasi tersebut. Menurutnya, PKL yang ada saat ini sudah cukup banyak. Bila ditambah lagi, Gatik khawatir bakal menimbulkan masalah baru. “Kami takut kalau malah timbul konflik jika ada penambahan PKL. Makanya, menurut saya Aloon-aloon dalam nggak usah diisi PKL, biar nggak makin semrawut. Nanti kalau kelihatan nggak tertib, diusir lagi,” katanya.
Terpisah, Calon Wakil Bupati terpilih, Noor Nahar Husain mengatakan, pihaknya tidak pernah melakukan kontrak politik dengan PKL, namun tetap akan melaksanakan komitmennya membela dan melindungi kepentingan rakyat kecil, termasuk PKL.
Tak hanya PKL yang ada di Aloon-aloon kota, tapi semua PKL yang ada di Tuban. Noor Nahar tidak merinci wujud riil atas komitmennya tersebut. “Yang pasti, kami tetap akan melaksanakan komitmen itu, ada atau tidak ada kontrak politik, kami akan tetap realisasikan komitmen itu,” tegas Noor Nahar. (Jurnalberita.com - March 23, 2011)
Sejumlah PKL yang ditemui di aloon-aloon Kota, Selasa (22/3) mengatakan, pasangan KH Fathul Huda-Noor Nahar Husain telah menandatangi kontrak politik dengan PKL sebelum pelaksanaan pemungutan suara Pemilukada, Maret lalu. Isi kontrak politik tersebut, pasangan Hudanoor berjanji akan memberi ijin PKL berjualan di kawasan aloon-aloon Tuban dan sekitarnya.
“Kontrak politik itu kami tandatangani diatas materai Rp 6 ribu, katanya sebagai ikatan hukum, kalau nanti Pak Hudanoor (Fathulhuda-Noornahar Husain, red) tidak penuhi janji, kami bisa nuntut di Pengadilan,” kata Ahwan, bendahara Paguyuban Pedagang Ronggolawe (PPR) Tuban.
Karena kontrak politik itulah, lanjut Ahwan, PKL memberikan suaranya pada pasangan Hudanoor pada Pemilukada lalu. Ahwan tahu kemenangan Hudanoor bukan semata-mata lantaran dukungan PKL. Jika dibanding dengan total suara yang berhasil dikumpulkan Hudanoor, suara PKL tak sampai satu persennya.
Namun, lanjutnya, bukan berarti prosentase yang kecil itu lantas diabaikan begitu saja. “Kami, para PKL, sangat berharap Pak Huda benar-benar memenuhi janjinya, tidak hanya sekedar berjanji untuk dapat dukungan agar menang,” harap Ahwan.
Ahwan mengaku yakin janji itu akan direalisasikan Fathul Huda yang sebentar lagi dipastikan mengganti Pemerintahan Dra. Hj Haeny Relawati Rini Widiastuti, MSi. Keyakinan itu didasarkan sikap Satpol PP yang berubah drastis pasca pemungutan suara Pemilukada.
Aparat ketertiban Pemkab Tuban tersebut menjadi sangat lunak menghadapi PKL. Padahal sebelumnya, kata para PKL, mereka seolah seperti hantu yang selalu membuat para PKL tidak tenang. “Sebelum Pemilukada, hampir tiap hari kami bersitegang dengan Satpol PP. Menjelang Pemilukada hingga sekarang sudah nggak pernah lagi diusir-usir,” tambah Ahwan.
Hati Ahwan dan 221 PKL anggota PPR yang mangkal di sekitar kawasan Aloon-aloon itu semakin tenang, lantaran beberapa waktu lalu, petugas Satpol PP mendata semua PKL yang berada di kawasan itu. Informasi yang sampai ke PKL, pemerintahan Huda-Noor nanti akan menata PKL, bahkan konon bakal mengijinkan mereka berjualan di dalam Aloon-aloon.
Hal itu tentunya merupakan kabar gembira bagi Ahwan dan rekan-rekan sesama PKL. Namun, Ahwan justru berpendapat sebaliknya. “Kami malah nggak setuju kalau disuruh pindah ke dalam. Yang kami harapkan, kami diijinkan berjualan di trotoar sekeliling aloon-aloon dan Jalan Sunan Bonang,” kata Ahwan.
Hal sama disampaikan sekretaris PPR, Gatik Sudarwanto. Gatik khawatir omzet PKL bakal menurun bila dipindah ke dalam Aloon-aloon. Dalihnya, pembeli akan enggan masuk. “Kalau di luar Aloon-aloon, di trotoar sepanjang Jl Sunan Bonang dan Jl. Kartini, pembeli kan nggak usah berjalan agak jauh. Juga bisa lebih tenang karena kendaraannya bisa diparkir tidak jauh,” kata Gatik.
Gatik juga berharap tidak ada penambahan PKL lagi di lokasi tersebut. Menurutnya, PKL yang ada saat ini sudah cukup banyak. Bila ditambah lagi, Gatik khawatir bakal menimbulkan masalah baru. “Kami takut kalau malah timbul konflik jika ada penambahan PKL. Makanya, menurut saya Aloon-aloon dalam nggak usah diisi PKL, biar nggak makin semrawut. Nanti kalau kelihatan nggak tertib, diusir lagi,” katanya.
Terpisah, Calon Wakil Bupati terpilih, Noor Nahar Husain mengatakan, pihaknya tidak pernah melakukan kontrak politik dengan PKL, namun tetap akan melaksanakan komitmennya membela dan melindungi kepentingan rakyat kecil, termasuk PKL.
Tak hanya PKL yang ada di Aloon-aloon kota, tapi semua PKL yang ada di Tuban. Noor Nahar tidak merinci wujud riil atas komitmennya tersebut. “Yang pasti, kami tetap akan melaksanakan komitmen itu, ada atau tidak ada kontrak politik, kami akan tetap realisasikan komitmen itu,” tegas Noor Nahar. (Jurnalberita.com - March 23, 2011)