PERNAH menikmati perjalanan di Kota Tuban? Kalau belum, Anda perlu menyempatkannya, dari arah Surabaya - Lamongan - Tuban, kurang lebih ditempuh dalam waktu 2 sampai 3 jam.
Disepanjang jalan pantura Tuban, panorama bibir pantai yang indah diselingi dengan semilir angin yang sejuk, serta suasana kota yang membikin geregetan mata, bikin tak jemu memandang.
Dipertengahan kota, menanti aktivitas masyarakatnya yang unik, situasi beramah tamah, duduk melingkar guyub rukun, menggerombol penuh tawa sambil berulang kali nenggak minuman dalam centhak (gelas dari bambu).
Suasana yang masih sama seperti puluhan tahun lalu ketika kutinggalkan, membuat bertanya-tanya temanku yang kala itu sedang singgah ke kota tua ini. Apa itu? Inikah Tuban? daerah kekuasaan Ronggolawe yang legendaris?
"Toak Sam," jawabku. "Ada toak dimana-mana dan tak kemana-mana," kata temanku yang asli kelahiran negeri Ken Arok. Selama masih diseputaran Kota Tuban.
Singgah di salah waktu warung kopi di dekat pantai, sembari menawarkan kalau ada keinginan ikut gabung bersama mereka, pemuda-pemuda ronggolawe yang tengah asyik duduk melingkar di sebrang jalan.
"Minum toak," yang benar saja? Bisa-bisa diciduk satpol PP gara-gara sempoyongan di tengah jalan, meski konon katanya itu rangkaian dari budaya asli masyarakatnya. Kita juga tak mengharapkan Pemda dengan Perdanya mempersulit tradisi masyarakatnya, karena sebagian orang yang menganggap miring tradisi tersebut. Tradisi yang turun temurun sejak jaman mbah Ronggolawe bahkan mungkin sebelumnya. Pada jaman orde baru pernah ada kebijakan yang melarang aktivitas tersebut, dan nyatanya juga tidak menyurutkan mereka untuk tetap eksis melestarikannya, sampai hari ini.
Suatu saat kemudian, kami pun gabung di suatu tempat diantara mereka yang tengah asyik duduk bersila melingkar berceloteh ngalor ngidul penuh tawa. Ha..ha..ha, temanku pun tertawa, mengimbangi bahasa & logat pribumi yang gaya bicaranya menurutnya nampak lucu didengar, dan tak lama kemudian muncul beberapa temanku yang di pemkab juga ikut meramaikannya. "Wah ! tradisi yang unik, tak pernah kutemui di selain di kota ini. "Salam satu Jiwa", kata teman q memperkenalkan diri.
(mar)