Pages

Pages

Pages

Sabtu, 29 Oktober 2011

Paceklik Ikan, Nelayan Pantura Tuban Andalkan Tangkap Terinasi

Nelayan Tuban.
TUBAN -- Menangkap ikan jenis terinasi, saat ini menjadi andalan nelayan di perairan utara Kabupaten Tuban. Meski hasilnya tidak banyak, namun hasil tangkapan ini berupakan ‘’obat’’ seiring dengan makin tingginya tingkat kerusakan dasar perairan aktivitas persiapan industrialisasi ekslporasi minyak, maupun penggunaan jarring trawl dari kalangan sendiri. ‘’Alhamdulillah, sekarang sudah mulai musim (terinasi,red),’’ tutur kardi, nelayan Kelurahan Panyuran Kecamatan Palang.

Terinasi, atau yang ngepop dinamakan Indonasi bagi warga Tuban, adalah sejenis ikan berukuran sangat kecil dan berwarna putih. Sampai hari ini harga dari kalangan nelayan berkisar paling tinggi Rp 25 ribu tiap kilogram. Bandingkan dengan harga yang disetor ke pabrikan untuk ekspor yang mencapai tak kurang dari Rp 50 ribu. Sayangnya, tambah nelayan, menangkap ikan jenis ini sulit-sulit gampang. ‘’Kalau pas gerombolan datang kita bisa dapat banyak,‘’ tutur nelayan.

Seperti yang dikatakan Martono, sehari sebelumnya dia bersama lima orang kawannya berhasil membawa pulang tak kurang dari 20 kg, namun keesokan harinya hanya mendapat 15 kilo. Meski begitu, melihat kondisi cuaca saat ini, peluang panen terinasi dimungkinkan masih ada waktu cukup panjang. ‘’Mudah-mudahan dengan ombak yang mulai agak membesar ini ikan mudah kita cari,’’ tutur Martono.(lensaindonesia.com)

Jumat, 28 Oktober 2011

Aktivis PMII akan menyerahkan uang receh ke DPRD

Para aktivis PMII akan menyerahkan uang receh ke DPRD.
TUBAN -- Anggaran untuk mobil dinas (mobdin) bagi wakil rakyat yang diambilkan dari APBD tahun 2011 terus menjadi sorotan. Ditengah keseharian warga yang terus dihimpit berbagai persoalan memenuhi kebutuhan sehari-hari, pengadaan mobil dinas menggunakan APBD jelas melukai perasaan warga Tuban. Mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tuban pun bergerak. Mereka ramai-ramai mendatangi wakil rakyat dikantornya, Jl Teuku Umar Tuban.

Mereka mengingatkan agar DPRD Tuban ‘’ingat’’ ada kebutuhan rakyat lain yang lebih mendesak dibandingkan dengan mencukupi fasilitas mobil dinas para wakil rakyat. Hal itu disampaikan kepada Wakil Ketua DPRD Tuban Sadun Naim. Para mahasiswa tidak hanya menyampaikan pesan moral lewat kata-kata, tetapi juga menyerahkan kotak berisi uang receh. ‘’Ini tanda dari  kami,’’ tutur Hendi dan Ghufron, sambil menyerahkan kotak tersebut. (lensaindonesia.com)

Kamis, 27 Oktober 2011

Konser Five Minute dan Saint Loco di Tuban Ricuh


Tuban -- Konser grup band Five Minute dan Saint Loco di Kota Tuban, Jawa Timur, Rabu (26/10), berlangsung ricuh. Petugas bertindak represif dengan menangkap tujuh penonton yang diduga sebagai pemicu keributan.

Kericuhan konser musik grup band Five Minute dan Saint Loco itu terjadi di Lapangan Kompi 521 C. Keributan antarpenonton terjadi saat Five Minute dan Saint Loco menyanyikan lagu pertamanya.

Para penonton yang diduga terpengaruh minuman keras terlibat baku pukul dan saling kejar di tengah-tengah arena konser. Terjadi sembilan kali kericuhan dan melibatkan puluhan penonton lain.

Polisi terpaksa bertindak represif untuk meredam kericuhan yang terjadi dengan mengejar dan memukul para pelaku. petugas berhasil menangkap tujuh pelaku yang diduga sebagai pemicu keributan Meski berkali-kali diwarnai tawuran, konser musik tetap berlangsung hingga akhir acara.(Metrotvnews.com)

Sabtu, 15 Oktober 2011

Toak Dimana-mana & Tak Kemana-mana

PERNAH menikmati perjalanan di Kota Tuban? Kalau belum, Anda perlu menyempatkannya, dari arah Surabaya - Lamongan - Tuban, kurang lebih ditempuh dalam waktu 2 sampai 3 jam.

Disepanjang jalan pantura Tuban, panorama bibir pantai yang indah diselingi dengan semilir angin yang sejuk, serta suasana kota yang membikin geregetan mata, bikin tak jemu memandang.

Dipertengahan kota, menanti aktivitas masyarakatnya yang unik, situasi beramah tamah, duduk melingkar guyub rukun, menggerombol penuh tawa sambil berulang kali nenggak minuman dalam centhak (gelas dari bambu).

Suasana yang masih sama seperti puluhan tahun lalu ketika kutinggalkan, membuat bertanya-tanya temanku yang kala itu sedang singgah ke kota tua ini. Apa itu? Inikah Tuban? daerah kekuasaan Ronggolawe yang legendaris?

"Toak Sam," jawabku. "Ada toak dimana-mana dan tak kemana-mana," kata temanku yang asli kelahiran negeri Ken Arok. Selama masih diseputaran Kota Tuban.

Singgah di salah waktu warung kopi di dekat pantai, sembari menawarkan kalau ada keinginan ikut gabung bersama mereka, pemuda-pemuda ronggolawe yang tengah asyik duduk melingkar di sebrang jalan.

"Minum toak," yang benar saja? Bisa-bisa diciduk satpol PP gara-gara sempoyongan di tengah jalan, meski konon katanya itu rangkaian dari budaya asli masyarakatnya. Kita juga tak mengharapkan Pemda dengan Perdanya mempersulit tradisi masyarakatnya, karena sebagian orang yang menganggap miring tradisi tersebut. Tradisi yang turun temurun sejak jaman mbah Ronggolawe bahkan mungkin sebelumnya. Pada jaman orde baru pernah ada kebijakan yang melarang aktivitas tersebut, dan nyatanya juga tidak menyurutkan mereka untuk tetap eksis melestarikannya, sampai hari ini.

Suatu saat kemudian, kami pun gabung di suatu tempat diantara mereka yang tengah asyik duduk bersila melingkar berceloteh ngalor ngidul penuh tawa. Ha..ha..ha, temanku pun tertawa, mengimbangi bahasa & logat pribumi yang gaya bicaranya menurutnya nampak lucu didengar, dan tak lama kemudian muncul beberapa temanku yang di pemkab juga ikut meramaikannya. "Wah ! tradisi yang unik, tak pernah kutemui di selain di kota ini. "Salam satu Jiwa", kata teman q memperkenalkan diri. (mar)

Kamis, 13 Oktober 2011

Seniman dan Penari Tayub Ikuti Ritual Siraman

Prosesi dan ritual siraman di Sendang Bektiharjo.
Tuban – Ratusan seniman dan penari tayub se-Kabupaten Tuban mengikuti prosesi dan ritual siraman yang sudah dilakukan secara turun temurun di Sendang Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding, Tuban, Rabu (12/10/11).

Ritual siraman yang menjadi agenda tahunan Dinas Perokonomian dan Pariwisata ini dibuka Wakil Bupati Tuban Ir Noor Nahar Husein diikuti 232 peserta yang terdiri dari 58 orang penabuh gamelan, 94 waranggono (perempuan penari tayub) serta 80 orang pria yang berkecimpung dalam dunia seni tradisioanal di Kabupaten Tuban.

Dalam sambutannya, Wabup Tuban menyampaikan, bahwa tradisi khas Tuban harus dipertahankan hingga tidak akan tergerus dengan budaya yang bisa merusak khas budaya tuban.

“Ini adalah seni budaya khas Tuban dan harus kita pertahankan. Kami atas nama pemerintah daerah akan berusaha melakukan pembinaan, sehingga keberadaan budaya Tuban akan tetap berjalan dan tidak akan hilang sepanjang sejarah,” ujarnya.

Hal yang sama dikatakan Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban, Ir Budi Wiyana. Ia mengatakan, inti prosesi merupakan sebuah penyucian diri para seniman dan penari tayub.

“Agar selama menjalankan profesinya, mereka tidak banyak godaan, jadi ya harus diikuti karena prosesi siraman ini sudah menjadi adat,” kata Budi di lokasi acara.

Salah satu peserta prosesi siraman, Indra Rukmana kepada wartawan mengaku senang adanya kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk kepedulian atas budaya di Kabupaten Tuban.

“Saya sangat senang karena untuk melesatarikan budaya seni Tayub.  Percaya tidak percaya, bahwa air di sendang ini adalah air yang sakral, yang bisa mensucikan diri kita hingga seperti bayi yang baru lahir. Kalau soal penglarisan, itu tergantung kepercayaan pribadi masing–masing,” ujarnya. (jbc11/jbc2/jurnalberita.com)