![]() |
Sungai Bengawan Solo |
TUBAN - Kabupaten Tuban merupakan daerah langganan bencana. Terutama, bencana banjir yang datang setiap kali musim hujan tiba. Termasuk banjir luapan sungai Bengawan Solo maupun banjir bandang yang kerap melanda sejumlah daerah. Kendati demikian, Tuban belum memiliki perangkat daerah yang kusus bertugas untuk menangani bencana yang terjadi.
Daerah yang menjadi langganan banjir luapan Bengawan Solo di Tuban antara lain, Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang dan Kecamatan Widang. Hampir bisa dipastikan, setiap kali musim hujan tiba dan volume air Bengawan Solo meluap, sejumlah permukiman penduduk dan area pertanian di empat Kecamatan tersebut selalu terendam banjir. Saking seringnya, masyarakat di sana sudah tidak kaget lagi ketika tempat tinggalnya terendam air luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
“Hampir setiap tahun terjadi banjir di sini. Biasanya, kalau air bengawan sudah penuh karena mendapat kiriman dari daerah hulu dan akibat hujan deras yang mengguyur dalam waktu yang lama,” kata Takim, warga Kecamatan Rengel yang rumahnya kerap menjadi langganan banjir.
“Harapan kami, pemerintah membangun tanggul yang mumpuni supaya tidak ada lagi air bengawan yang meluber ke kampong,” imbuhnya.
Sedangkan banjir bandang, biasanya menerjang kawasan Kecamatan Kota, Meraurak, Palang, dan Kecamatan Parengan. Daerah ini kerap dilanda banjir bandang lantaran lokasinya berada di bawah kawasan perbukitan. Biasanya, permukiman penduduk dan area persawahan di empat wilayah itu diterjang banjir setelah hujan deras mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Dan salah satu penyebab utamanya adalah banyaknya hutan gundul akibat pembalakan liar.
“Banjir yang terjadi di Palang biasanya setelah hujan mengguyur deras dan sungai tidak mampu menampung air. Bahkan, sering sekali sungai yang ada tersebut jebol dan airnya meluber ke permukiman penduduk,” kata Imam, warga Kecamatan Palang. "Penyebabnya, hutan di perbukitan dan gunung-gunung sudah banyak yang gundul sehingga tidak mampu lagi menahan air,” tambahnya.
Dikonfirmasi mengenai kondisi ini, Wakil Bupati (Wabup) Tuban Noor Nahar Hussein menyatakan bahwa selama ini penanganan bencana di Tuban hanya dilakukan oleh Satkorlak yang berada di bawah naungan Bakesbang Linmas. Dan diakui bahwa penanganan oleh Satkorlak tersebut belum bisa maksimal. “Memang, Tuban belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seperti yang ada di daerah-daerah lain. Untuk membentuk itu, harus ada Perda (peraturan daerahnya), dan Tuban belum memiliki Perdanya,” jawab Noor Nahar.
Dengan tidak adanya badan yang kusus menangani bencana, Pemkab Tuban juga tidak memiliki dana kusus untuk penanggulangan bencana. “Karena tidak ada badan yang kusus menangani, anggaran untuk penanggulangan bencana juga tidak ada secara kusus. Hanya saja, selama ini untuk penanganan bencana diambilkan dari anggaran tak terduga,” ungkap politisi PKB ini.
Untuk tahun 2012, dana tak terduga Pemkab Tuban mencapai Rp 20 miliar. Meski tidak sepenuhnya untuk penanganan bencana, namun Wabup menyampaikan bahwa semua penanganan bencana yang terjadi di Tuban bakal diambilkan dari anggaran tak terduga tersebut.
Memasuki musim penghujan kali ini, Wabup mengaku bahwa pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya untuk penanganan jika sewaktu-waktu banjir datang. Diantaranya adalah dengan mempersiapkan semua puskesmas di daerah rawan banjir sebagai posko penanganan. Selain itu, juga telah disiapkan sejumlah peralatan penanganan banjir seperti perahu karet, pompa penyedot air dan sebagainya. Bahkan, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan 100 ton beras untuk warga jika sewaktu-waktu terjadi bencana. (tribunjatim.com)
Daerah yang menjadi langganan banjir luapan Bengawan Solo di Tuban antara lain, Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang dan Kecamatan Widang. Hampir bisa dipastikan, setiap kali musim hujan tiba dan volume air Bengawan Solo meluap, sejumlah permukiman penduduk dan area pertanian di empat Kecamatan tersebut selalu terendam banjir. Saking seringnya, masyarakat di sana sudah tidak kaget lagi ketika tempat tinggalnya terendam air luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
“Hampir setiap tahun terjadi banjir di sini. Biasanya, kalau air bengawan sudah penuh karena mendapat kiriman dari daerah hulu dan akibat hujan deras yang mengguyur dalam waktu yang lama,” kata Takim, warga Kecamatan Rengel yang rumahnya kerap menjadi langganan banjir.
“Harapan kami, pemerintah membangun tanggul yang mumpuni supaya tidak ada lagi air bengawan yang meluber ke kampong,” imbuhnya.
Sedangkan banjir bandang, biasanya menerjang kawasan Kecamatan Kota, Meraurak, Palang, dan Kecamatan Parengan. Daerah ini kerap dilanda banjir bandang lantaran lokasinya berada di bawah kawasan perbukitan. Biasanya, permukiman penduduk dan area persawahan di empat wilayah itu diterjang banjir setelah hujan deras mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Dan salah satu penyebab utamanya adalah banyaknya hutan gundul akibat pembalakan liar.
“Banjir yang terjadi di Palang biasanya setelah hujan mengguyur deras dan sungai tidak mampu menampung air. Bahkan, sering sekali sungai yang ada tersebut jebol dan airnya meluber ke permukiman penduduk,” kata Imam, warga Kecamatan Palang. "Penyebabnya, hutan di perbukitan dan gunung-gunung sudah banyak yang gundul sehingga tidak mampu lagi menahan air,” tambahnya.
Dikonfirmasi mengenai kondisi ini, Wakil Bupati (Wabup) Tuban Noor Nahar Hussein menyatakan bahwa selama ini penanganan bencana di Tuban hanya dilakukan oleh Satkorlak yang berada di bawah naungan Bakesbang Linmas. Dan diakui bahwa penanganan oleh Satkorlak tersebut belum bisa maksimal. “Memang, Tuban belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seperti yang ada di daerah-daerah lain. Untuk membentuk itu, harus ada Perda (peraturan daerahnya), dan Tuban belum memiliki Perdanya,” jawab Noor Nahar.
Dengan tidak adanya badan yang kusus menangani bencana, Pemkab Tuban juga tidak memiliki dana kusus untuk penanggulangan bencana. “Karena tidak ada badan yang kusus menangani, anggaran untuk penanggulangan bencana juga tidak ada secara kusus. Hanya saja, selama ini untuk penanganan bencana diambilkan dari anggaran tak terduga,” ungkap politisi PKB ini.
Untuk tahun 2012, dana tak terduga Pemkab Tuban mencapai Rp 20 miliar. Meski tidak sepenuhnya untuk penanganan bencana, namun Wabup menyampaikan bahwa semua penanganan bencana yang terjadi di Tuban bakal diambilkan dari anggaran tak terduga tersebut.
Memasuki musim penghujan kali ini, Wabup mengaku bahwa pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya untuk penanganan jika sewaktu-waktu banjir datang. Diantaranya adalah dengan mempersiapkan semua puskesmas di daerah rawan banjir sebagai posko penanganan. Selain itu, juga telah disiapkan sejumlah peralatan penanganan banjir seperti perahu karet, pompa penyedot air dan sebagainya. Bahkan, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan 100 ton beras untuk warga jika sewaktu-waktu terjadi bencana. (tribunjatim.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks