TUBAN - Bengawan Solo kembali mengancam warga. Ketinggian air sungai terpanjang di pulau Jawa itu terus naik tiga hari terakhir. Bahkan di sejumlah tempat, air sudah merembes masuk ke pemukiman warga. Di Desa Kedungharjo, Kecamatan Widang, air bengawan Solo melibas tanggul Bronjong sepanjang 30 meter.
Akibatnya, air merembes ke luar tanggul meski tanggul di lokasi tersebut telah diperkuat dengan parapet. Kepala Desa (kades) Kedungharjo, Simanjaya, saat dihubungi, Kamis (9/12) membenarkan amblasnya tanggul Bronjong tersebut. Namun sejauh ini, katanya, keadaan masih aman. “Masih aman, mas. Rembesan air belum seberapa sehingga warga belum perlu mengungsi,” kata Simanjaya.
Kendati demikian, lanjut Simanjaya, pihaknya terus memperingatkan warga agar selalu siaga. Sebab diperkirakan ketinggian air Bengawan Solo akan terus naik lantaran tingginya curah hujan menjelang 2011 ini.
Hal sama disampaikan Joni Martoyo, Kabag Humas Pemkab Tuban. Ia mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan Bengawan Solo, terutama tiga hari terakhir.
Status siaga tiga pun ditetapkannya melihat kondisi Bengawan Solo yang semakin mengkhawatirkan. “Kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Satkorlak Penanggulangan Bencana (PBP) telah siaga di titik-titik rawan. Sehingga sewaktu-waktu bila keadaan semakin memburuk, kita sudah tanggap,” jelas Joni.
Lebih lanjut Joni mengatakan, seluruh daerah sepanjang aliran Bengawan Solo merupakan titik rawan. Tetapi ada sejumlah titik paling rawan yang mendapat perhatian ekstra, seperti di Desa Kedungrejo, Kecamatan Widang dan Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang. Dua lokasi itu tercatat tanggulnya sering amblas karena berada di titik tikungan aliran Bengawan Solo.
Sementara itu sejumlah warga di sejumlah desa sepanjang aliran Bengawan Solo mengaku belum terlalu cemas meski status Bengawan Solo ditingkatkan menjadi Siaga Tiga. Wasis (37), warga Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang, mengatakan, keadaan Bengawan Solo yang turun naik seperti itu merupakan hal biasa. “Awal tahun 2010 lalu keadaan Bengawan Solo juga begini, toh nggak jadi banjir. Malah air datang dari avour (saluran pembuangan air, red) karena tidak mampu menampung air dari bukit-bukit yang gundul itu,” kata wasis. (jb8/jb1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks