TUBAN - Ratusan nelayan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim), sejak lima hari terakhir, tidak berani melaut, karena angin kencang dan gelombang tinggi di perairan laut di wilayah setempat. Para nelayan di sejumlah desa di Tuban, dalam mencari ikan di Perairan Tuban, biasanya wilayahnya mencapai 20 kilometer dari daratan.
"Sudah lima hari ini, nelayan di desa kami tidak melaut, sebenarnya tidak hanya angin kencang penyebabnya, tetapi juga karena ikan lagi sepi," kata seorang nelayan warga Desa Kingking, Kecamatan Kota,Sukirman (68), bersama nelayan lainnya, Sumarto (25), Rabu (25/5).
Sebagian besar nelayan di Desa Kingking, Karangsari, Njaringan, Karanganyar, Kecamatan Kota, sejak lima hari tersebut, berhenti melaut. Para nelayan, lanjutnya, memperkirakan kondisi angin kencang dan sepinya ikan laut tersebut, bisa berlangsung sekitar sebulan. "Penyebab sepinya ikan di laut, karena ada perubahan iklim, angin yang bisanya dari arah barat sekarang dari timur," katanya menjelaskan.
Menurut dia, para nelayan sebenarnya tidak terlalu terpengaruh dan takut dengan angin kencang dan gelombang tinggi. Jika ikan di laut banyak, para nelayan akan tetap berangkat ke laut, tanpa menghiraukan kondisi angin dan gelombang. "Kalau saja ikan di laut banyak, kami-kami ini tetap nekad berangkat melaut, tidak peduli angin kencang," kata Sumarto, dibenarkan sejumlah nelayan lainnya yang sedang memperbaiki jaring.
Ia menambahkan, kalau kondisi ramai ikan, sepasang nelayan dengan satu perahu bisa memperoleh penghasilan kotor berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu/hari. Karena kondisi ikan sepi, sepasang nelayan yang mencari ikan, belum tentu bisa mendapatkan penghasilan Rp100 ribu/hari. "Lebih baik kami bertahan tidak melaut, biaya solar perahu dimanfaatkan untuk makan keluarga," katanya menambahkan.
Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Tuban menyebutkan, di wilayah Tuban terdapat sedikitnya 19 ribu nelayan sejumlah desa di Kecamatan Palang, Kota, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar yang bekerja sebagai nelayan. (Okz/Van)
"Sudah lima hari ini, nelayan di desa kami tidak melaut, sebenarnya tidak hanya angin kencang penyebabnya, tetapi juga karena ikan lagi sepi," kata seorang nelayan warga Desa Kingking, Kecamatan Kota,Sukirman (68), bersama nelayan lainnya, Sumarto (25), Rabu (25/5).
Sebagian besar nelayan di Desa Kingking, Karangsari, Njaringan, Karanganyar, Kecamatan Kota, sejak lima hari tersebut, berhenti melaut. Para nelayan, lanjutnya, memperkirakan kondisi angin kencang dan sepinya ikan laut tersebut, bisa berlangsung sekitar sebulan. "Penyebab sepinya ikan di laut, karena ada perubahan iklim, angin yang bisanya dari arah barat sekarang dari timur," katanya menjelaskan.
Menurut dia, para nelayan sebenarnya tidak terlalu terpengaruh dan takut dengan angin kencang dan gelombang tinggi. Jika ikan di laut banyak, para nelayan akan tetap berangkat ke laut, tanpa menghiraukan kondisi angin dan gelombang. "Kalau saja ikan di laut banyak, kami-kami ini tetap nekad berangkat melaut, tidak peduli angin kencang," kata Sumarto, dibenarkan sejumlah nelayan lainnya yang sedang memperbaiki jaring.
Ia menambahkan, kalau kondisi ramai ikan, sepasang nelayan dengan satu perahu bisa memperoleh penghasilan kotor berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu/hari. Karena kondisi ikan sepi, sepasang nelayan yang mencari ikan, belum tentu bisa mendapatkan penghasilan Rp100 ribu/hari. "Lebih baik kami bertahan tidak melaut, biaya solar perahu dimanfaatkan untuk makan keluarga," katanya menambahkan.
Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Tuban menyebutkan, di wilayah Tuban terdapat sedikitnya 19 ribu nelayan sejumlah desa di Kecamatan Palang, Kota, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar yang bekerja sebagai nelayan. (Okz/Van)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks