![]() |
Suasana saat warga berebut tumpeng. |
Meski tak sampai menimbulkan korban, namun dalam acara rebutan 1.500 tumpeng yang berisi nasi, roti, serta mie instan serta kecap sempat terjadi suasana tak tertib dan kegaduhan. Warga histeris saat berebut tumpeng diiringi teriakan dan tangis anak-anak kecil yang ikut pula berebut tumpeng.
Sembahyang arwah merupakan ritual berdoa untuk mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal. Warga sudah mulai berkumpul sejak jam 09.00 pagi tadi, meski acara rebutan tumpeng baru dilakukan setelah kegiatan Sembahyang Arwah atau sekitar jam 11.20 WIB siang.
Meski cuaca sangat panas, mereka rela mengantri dan berdesak-desakan dengan warga lain demi mendapatkan tumpeng yang disediakan panitia. Mereka rela menunggu hingga tumpeng boleh di ambil usai ritual dilakukan. Tak hanya orang dewasa, baik pria maupun wanita, Nampak pula anak-anak ikut berdesakan dan berebut.
Begitu suara bedug sebagai tanda ditabuh, spontan warga berdesakan dan saling berebut tumpeng. Hal itu membuat panitia kuwalahan hingga terjadi kegaduhan. Terdengar pula jeritan dan tangisan anak-anak yang masih dibawah umur dan balita lantaran terjepit ratusan orang yang merebut isi tumpeng.
Suasana kisruh akhirnya bisa dikendalikan setelah jajaran Satuan Dalmas Polres Tuban secara cepat melakukan pengamanan agar tidak sampai menimbulkan korban. “Kalau ikut merebut isi tumpeng, biasanya bisa mendapatkan berkah. Makanya, meskipun panas seperti ini, saya ikut acara rebutan tumpeng di klenteng ini,” kata Kastini (31), warga Desa Semanding ini.
Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio, Gunawan kepada wartawan mengatakan, sebenarnya acara rebutan tumpeng merupakan bagian dari ritual Sembahyang Arwah atau Sembahyang dan menjadi kegiatan rutin setiap tahun.
“Kegiatan bertujuan untuk mendoakan para leluhur yang telah wafat, dan tahun ini kita menyiapkan 1500 tumpeng bunceng,” kata Gunawan. (jurnalberita.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks