TUBAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jatim, menolak hewan kurban yang berasal dari wilayah Jawa Tengah. Ini karena terjangkitnya penyakit antraks di sejumlah wilayah tersebut pada beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Tuban, Basuki Tjahyono, mengungkapkan, merebaknya penyakir antraks di sejumlah wilayah di Jateng membuat Dinas Peternakan Pemprov Jatim menginstruksikan agar menolak masuknya hewan kurban yang berasal dari wilayah tersebut.
"Kita tolak hewan ternak dari Jateng," ungkapnya, kepada Media Indonesia, Kamis (3/11).
Penolakan itu, kata dia, tidak hanya hewan kurban yang berasal dari Kabupaten Sragen. Namun, berlaku dari wilayah Jateng secara umum. Sehingga, pihaknya melakukan pengawasan secara ketat masuknya hewan ternak dari Jateng. Apalagi, wilayah Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Jateng.
"Kita perketat pemeriksaannya," tandasnya.
Basuki menambahkan, sementara untuk menjamin kesehatan hewan kurban di Tuban, instansinya juga melakukan pemeriksaan di sejumlah titik. Pemeriksaan itu, lanjut dia, dilakukan sejak Kamis (3/11) pagi hingga H-1 Idul Adha pada Sabtu lusa.
"Namun, sejauh ini kami tidak menemukan hewan yang sakit. Termasuk, virus antraks," tegasnya.
Selama ini, kebutuhan ternak kurban cukup dipasok dari peternak lokal. Sehingga, tidak membutuhkan pasokan ternak dari wilayah lainnya.
Ketersediaan ternak ini kurban ini karena program perkawinan silang yang cukup sukses. Diakuinya, pada hari raya yang sama pada tahun lalu kebutuhan hewan kurban di wilayahnya berkisar 700 ekor. Jumlah itu termasuk jenis sapi dan kambing. (mediaindonesia.com)
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Tuban, Basuki Tjahyono, mengungkapkan, merebaknya penyakir antraks di sejumlah wilayah di Jateng membuat Dinas Peternakan Pemprov Jatim menginstruksikan agar menolak masuknya hewan kurban yang berasal dari wilayah tersebut.
"Kita tolak hewan ternak dari Jateng," ungkapnya, kepada Media Indonesia, Kamis (3/11).
Penolakan itu, kata dia, tidak hanya hewan kurban yang berasal dari Kabupaten Sragen. Namun, berlaku dari wilayah Jateng secara umum. Sehingga, pihaknya melakukan pengawasan secara ketat masuknya hewan ternak dari Jateng. Apalagi, wilayah Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Jateng.
"Kita perketat pemeriksaannya," tandasnya.
Basuki menambahkan, sementara untuk menjamin kesehatan hewan kurban di Tuban, instansinya juga melakukan pemeriksaan di sejumlah titik. Pemeriksaan itu, lanjut dia, dilakukan sejak Kamis (3/11) pagi hingga H-1 Idul Adha pada Sabtu lusa.
"Namun, sejauh ini kami tidak menemukan hewan yang sakit. Termasuk, virus antraks," tegasnya.
Selama ini, kebutuhan ternak kurban cukup dipasok dari peternak lokal. Sehingga, tidak membutuhkan pasokan ternak dari wilayah lainnya.
Ketersediaan ternak ini kurban ini karena program perkawinan silang yang cukup sukses. Diakuinya, pada hari raya yang sama pada tahun lalu kebutuhan hewan kurban di wilayahnya berkisar 700 ekor. Jumlah itu termasuk jenis sapi dan kambing. (mediaindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave Your Comment. Thanks