Photobucket

Bangun pabrik di Tuban, Holcim sediakan US$200 juta

Selasa, 29 November 2011 | 0 komentar

Jakarta --  PT Holcim Indonesia Tbk, produsen semen terbesar ketiga nasional, mengalokasikan dana belanja modal US$200 juta atau setara Rp1,74 triliun (asumsi Rp 8.700 per dollar AS) guna pembangunan pabrik semen baru di Tuban Jawa Timur.

Presiden Direktur Holcim Indonesia Eamon Ginley mengatakan sebenarnya total investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik semen berkapasitas 1,7 juta ton itu mencapai US$400 juta.

"Pembangunan pabrik Tuban butuh waktu 3 tahun, di mana untuk tahun depan kami alokasikan capex US$200 juta," katanya saat ditemui usai acara Holcim Award, hari ini.

Selain dari kas internal, jelasnya, kebutuhan pendanaan tersebut akan dipenuhi dari fasilitas kredit ekspor dari pihak suplier peralatan asal Jerman. "Nilai pinjamannya tergantung kesepakatan tapi porsi pinjaman terhadap total capex kami perkirakan sekitar 50%," jelasnya.

Eamon berharap pembangunan pabrik modern berteknologi tinggi tersebut dapat rampung pada 2013 sehingga bisa menambah kapasitas produksi perseroan menjadi 10 juta ton dari posisi saat ini 8,3 juta ton per tahun. "Pembangunannya bisa lebih cepat, bisa juga mundur tergantung kondisi," ujarnya.

Menurutnya, pembangunan pabrik Tuban merupakan proyek terbesar yang sedang dijalankan oleh Holcim saat ini disamping proyek-proyek lainnya seperti peningkatan kapasitas produksi dari aset-aset yang dimiliki saat ini.

Sampai dengan 30 September 2011, perseroan membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp740,22 miliar atau naik 19,50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp619,41 miliar.

Sejalan dengan itu, laba bersih per saham dasar naik 19,75% menjadi Rp 97 per saham dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu Rp 81 per saham.

Kenaikan laba bersih tersebut seiring dengan kenaikan penjualan sebesar 26,15% menjadi Rp 5,41 triliun dibandingkan dengan kinerja pada periode yang sama tahun lalu Rp 4,29 triliun.

Eamon optimistis sampai dengan akhir tahun ini kinerja pendapatan perseroan akan tetap tumbuh minimal sama dengan pertumbuhan pada periode sembilan bulan pertama. "Kami tidak melihat ada gangguan besar di akhir kuartal tahun ini," ujarnya.

Menurutnya, fundasi ekonomi Indonesia yang tumbuh dengan kuat, permintaan terhadap hunian yang tumbuh pesat, dan semakin banyak proyek infrastruktur dari pemerintah, akan mendorong peningkatan permintaan atas semen di dalam negeri ke depannya. (bisnisindonesia.com)

Gedung Dibongkar, Siswi SMAN 3 Kesurupan

| 0 komentar

TUBAN – Suasana upacara bendera di halaman sekolah SMA Negeri 3 Tuban, Senin (28/11/11) berubah menjadi gaduh. 11 Siswi yang tengah mengikuti upacara mengalami kesurupan, saat upacara bendera hampir saja selesai dilakukan. Diduga, penyebab terjadinya kesurupan massal setelah dua bangunan sekolah dibongkar.

Belasan siswi langsung kejang-kejang dan tiba-tiba saja menjerit histeris. Kejadian ini diawali dengan siswi bernama Laily yang tiba-tiba terjatuh pingsan, disusul kemudian siswi yang lain, saat akhir upacara.

Peristiwa itu membuat sejumlah guru langsung panik dan memberikan pertolongan kepada siswi yang mengalami kesurupan. Mereka langsung dibopong menuju musholla sekolah. Namun, bukannya sadar, para siswi yang mengalami keserupan malah memberontak dan melakukan perlawanan.

Salah satu siswi justru mengomel diluar kesadarannya. “Kenapa rumah saya dirusak,” ucap salah satu siswi yang mengalami kesurupan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, peristiwa dan keanehan serupa yang menimpa siswa SMA Negeri 3 Tuban sudah terjadi sejak hari Sabtu lalu. Sekitar 12 siswi mengalami hal yang sama.

Sayangnya, sejumlah wartawan yang akan meliput dan mengambil gambar peristiwa kesurupan massal dilarang oleh pihak sekolah. (jurnalberita.com)

Jadwal Layanan SIM Keliling Jawa Timur

Senin, 28 November 2011 | 0 komentar

Bagi Anda yang ingin memperpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya, bisa mendatangi layanan SIM keliling.

Jadwal SIM Keliling hari Senin, 28 Nopember 2011 :
1. Polres Tuban di Supermarket Bravo jam 08.00 s/d 12.00 WIB
2. Polres Nganjuk di Alun-alun Kota jam 16.00 s/d selesai
3. Polres Situbondo di Pasar Besuki jam 15.00 WIB
4. Polres Sidoarjo di Halaman Ramayana Krian jam 08.30 s/d 18.00 WIB
5. Polres Bojonegoro di Kec. Sumberrejo jam 08.00 s/d selesai
6. Polres Gresik di Simpang 3 Munggugianti Benjeng jam 08.00 s/d selesai
7. Polrestabes Surabaya di Taman Bungkul dan Pasar Tambakrejo jam 10.00 s/d 17.00 WIB.

Khusus melayani perpanjangan SIM A dan SIM C dengan syarat jika SIM mati, maksimal 1 tahun.
Sumber : RTMC Polda Jatim

Bulan Suro Tahun Baru Jawa, Esensi dan Awal Mulanya

Minggu, 27 November 2011 | 1 komentar

UMUMNYA masyarakat menjelang tahun baru, misalnya Tahun Baru Masehi,banyak melakukan kegiatan  untuk menyambutnya. Kegiatan tersebut biasanya tidak terlepas dari upaya introspeksi dan harapan-harapan.

Begitu juga ketika menjelang Tahun Baru Jawa yang jatuh pada bulan Suro, tentunya masyarakat Jawa pun ingin mempunyai harapan-harapan yang lebih baik di tahun baru dan tentunya juga melakukan introspeksi terhadap tindakan di masa lalu.

Esensi Bulan Suro pada Masyarakat Jawa


Bulan Suro sebagai awal tahun, bagi masyarakat Jawa dianggap bulan yang sakral, karena dianggap bulan
yang suci, bulan untuk melakukan perenungan, bertafakur, berintrospeksi, mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Cara yang dilakukan biasanya disebut dengan laku, yaitu mengendalikan hawa nafsu dengan hati yang ikhlas untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

Namun kalau dicermati, esensi tradisi di bulan Suro yang dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah sebagai upaya untuk menemukan jati dirinya agar selalu tetap eling lan waspada. Eling artinya harus tetap ingat siapa dirinya dan dari mana sangkan paraning dumadi 'asal mulanya', kedudukannya sebagai makhluk Tuhan, tugasnya sebagai khalifah manusia di bumi baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Waspada, artinya harus tetap cermat, terjaga, dan waspada terhadap segala godaan yang sifatnya menyesatkan. Karena sebenarnya godaan itu bisa menjauhkan diri dari sang Pencipta, sehingga dapat menjauhkan diri mencapai manunggaling kawula gusti 'bersatunya makhluk dan Khalik'.

Keyakinan semacam ini masih banyak diyakini dan dianut oleh sebagian masyarakat Jawa. Namun masyarakat modern sering memandang secara negatif. Suro dikaitkan dengan paham syirik dan kemusrikan. Anggapan seperti itu timbul karena disebabkan kurangnya pemahaman sebagian masyarakat akan makna yang mendalam di baliknya.

Memang menjadi persoalan ketika melihat manifestasi dari perbuatan. Pada bulan Sura banyak orang melakukan ritual-ritual tertentu sebagai media introspeksi biasanya banyak caranya. Ada yang melakukan laku dengan cara nenepi 'meditasi untuk merenung diri' di tempat-tempat sakral  seperti di puncak gunung, tepi laut, makam, gua, pohon tua, dan ada juga yang melakukan dengan cara lek-lekan 'berjaga hingga pagi hari'.

Dari sudut pandang agama, ritual ini jelas sebentuk sinkretisme. Namun, apakah kita pernah melihat ritual-ritual ini dalam makna yang terkandung di dalamnya?

Masyarakat Jawa mempunyai kesadaran makrokosmos. Dalam kesadaran ini diamini bahwa Tuhan menciptakan kehidupan di alam semesta ini mencakup berbagai dimensi yang fisik (wadag) maupun metafisik (gaib). Kedua dunia ini saling berinteraksi. Interaksi antara dimensi alam fisik dengan dimensi metafisik merupakan interaksi yang saling mengisi mewujudkan keselarasan dan keharmonisan alam semesta.

Selain kesadaran makrokosmos ada kesadaran lain, yaitu kesadaran mikrokosmos. Manusia merupakan bagian dari mikrokosmos itu. Manusia sebagai bagian dari mikrokosmos memiliki peranan besar dalam menjaga keseimbangan makrokosmos karena manusia dikarunia akal budi.

Kesadaran akan makrokosmos membawa kesadaran lain bahwa manusia bukanlah segalanya di hadapan Yang Maha Tinggi, dan dibanding mahluk lainnya. Manusia tidak seyogyanya mentang-mentang mengklaim dirinya sendiri sebagai mahluk paling sempurna dan mulia, hanya karena akal-budinya. Akal budi adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, manusia dapat mencapai kepenuhan karena akal budinya. Di sisi lain, manusia bisa tersesat juga karena akal budinya.

Berdasarkan dua dimensi kesadaran itu, tradisi Jawa memiliki prinsip hidup yakni pentingnya untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian alam semesta agar supaya kelestarian alam tetap terjaga sepanjang masa. Menjaga kelestarian alam merupakan perwujudan syukur tertinggi umat manusia kepada Sang Hyang Murbeng Dumadi.

Cara pandang tersebut membuat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebagai bagian makrokosmos, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan kosmos.

Keseimbangan kosmos itu tidak hanya sebatas apa yang dapat dilihat dilihat menurut mata telanjang manusia.
Kosmos memiliki dua dimensi, yakni fana/wadag atau fisik, dan lingkungan dimensi gaib atau metafisik.
Kepekaan batin adalah kunci untuk mengerti dan memahami dimensi metafisik.

Harmoni alam merupakan cita-cita manusia. Untuk menggapai harmoni alam itulah, sebagian masyarakat Jawa
melakukan ritual-ritual tertentu. Seringkali orang salah memberikan penilaian karena hanya melihat sebatas yang terlihat dan memberikan penilaian seturut norma atau nilai yang dianutnya. Padahal jika kita mau masuk ke dalamnya, kita akan menemukan nilai yang melebihi dan melampaui keimanan kita sendiri. Ritual yang dibuat merupakan kristalisasi dari kesadaran manusia akan keseimbangan kosmos. Dalam ritual-ritual yang dibuat, terkandung nilai-nilai yang luar biasa mendalam.

Pertama, keyakinan dasar akan Sang Hyang Murbeng Jagad. Dalam melaksanakan ritual, hati manusia tetap teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani bahwa Tuhan Maha Kuasa menjadi satu-satunya penentu kodrat.  Masyarakat Jawa kuno yang mewariskan nilai-nilai itu hingga sekarang tentu memiliki kosakata tersendiri untuk menyebut Tuhan. Meskipun masyarakat Jawa kuno tidak memiliki kata Tuhan, namun mereka memiliki keyakinan akan kekuatan dari luar diri mereka yang memiliki kuasa mutlak atas hidup manusia.

Kedua, nilai filosofi. Ritual-ritual yang dibuat selama bulan Sura merupakan simbol kesadaran makrokosmos yang bersifat horisontal, yakni penghargaan manusia terhadap alam. Disadari bahwa alam semesta merupakan sumber penghidupan manusia. Oleh karena itu, kosmos harus dijaga demi kelangsungan kehidupan generasi penerus atau anak turun kita. Kelestarian alam merupakan warisan paling berharga untuk generasi penerus. Nilai inilah yang makin hari makin luntur. Alam dieksploitasi sedemikian rupa sehingga kesimbangan alam terganggu: banjir bandang, tanah longsor, dan aneka peristiwa alam yang menunjukkan terganggunya harmoni kosmos.

Aneka ritual bulan Sura merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula bahwa manusia hidup di dunia berada di tengah-tengah lingkungan jagad fisik maupun jagad metafisik.

Kedua dimensi jagad tersebut saling bertetanggaan, dan keadaannya pun sangat kompleks. Manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan seyogyanya menjaga keharmonisan dalam bertetangga, sama-sama menjalani kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya, bilamana dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.

Ada nilai luhur dan agung dalam aneka bentuk ritual yang dibuat selama bulan Sura. Tahun baru Jawa mengajak kita bermenung tentang peran manusia mengemban titah Sang Hyang Murbeng Jagad untuk menjaga keseimbangan alam. Tatanan alam perlu dijaga demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

Asal Mula Tahun Baru 1 Suro

Tahun Jawa memiliki kesamaan dengan Tahun Hijriyah terutama mengawali tanggal dan bulannya. Perbedaannya terletak pada istilah penyebutan nama bulan. Tahun Hijriyah menyebut bulan Muharram atau Asyuro, sementara Tahun Jawa menyebut bulan Suro.

Kesamaan keduanya ternyata dapat ditelusuri dari sejarah kerajaan Mataram Islam di bawah kekuasaan pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Ketika itu di masyarakat Jawa, tahun yang menjadi pegangan masyarakat pada zamannya adalah Tahun Saka yang berdasarkan peredaran matahari. Sementara bagi umat Islam sendiri menggunakan Tahun Hijriyah.

Pada waktu Sultan Agung berkuasa, Islam telah diakui menjadi agama di lingkungan istana Mataram Islam.
Maka untuk tetap meneruskan penanggalan Tahun Saka yang berasal dari leluhurnya, dan ingin mengikuti penanggalan Tahun Hijriyah, maka Sultan Agung membuat kebijakan mengubah Tahun Saka menjadi Tahun Jawa.

Maka ketika tahun 1555 Saka, oleh Sultan Agung diganti menjadi tahun 1555 Jawa dan berlaku untuk masyarakat pengikutnya. Sementara penetapan tanggal dan bulannya disamakan dengan tanggal dan bulan Tahun Hijriyah. Berarti tanggal 1 Suro 1555 Tahun Jawa sama dengan tanggal 1 Muharram 1043 Hijriyah dan bertepatan pula dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi.

Nama-nama bulan pada Tahun Jawa pun dibuat lain dan berbeda dengan nama-nama Tahun Hijriyah. Tentu saja disesuaikan dengan ucapan masyarakat Jawa. Seperti bulan Muharram (Tahun Hijriyah) = bulan Suro (Tahun Jawa), bulan Shafar = Sapar, bulan Rabi'ul Awal = Maulud, bulan Rabi'ul Tsani = Bakda Maulud, bulan Jumadil Ula = Jumadil Awal, bulan Jumadil Tsaniyah = Jumadil Akir, bulan Rajab = Rejeb, bulan Sya'ban = Ruwah, bulan Ramadhan = Pasa, bulan Syawwal = Sawal, bulan Dzulqa'dah = Dulkaidah, dan bulan Dzulhijjah = Besar.

Bulan Sepi Hajatan Pernikahan

Ternyata kesakralan bulan Suro membuat masyarakat Jawa sendiri enggan untuk melakukan kegiatan
yang bersifat sakral, misalnya hajatan pernikahan. Hajatan pernikahan di bulan Suro sangat mereka hindari.
Entah kepercayaan ini muncul sejak kapan, kita tidak tahu. Namun yang jelas, sampai sekarang pun mayoritas
masyarakat Jawa tidak berani menikahkan anak di bulan Suro.

Ada sebagian masyarakat Jawa yang percaya dengan cerita Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan (Samodra Hindia). Konon, ceritanya, setiap bulan Suro, Nyi Roro Kidul selalu punya hajatan atau mungkin menikahkan anaknya.

Setiap masyarakat Jawa yang punya gawe di bulan Suro ini, diyakini penganten atau keluarganya tidak akan mengalami kebahagiaan atau selalu mengalami kesengsaraan, baik tragedi cerai, gantung diri, meninggal, mengalami kecelakaan, atau lainnya. Entah kebenaran itu ada atau tidak, yang jelas masyarakat Jawa secara turun-temurun menghindari bulan Suro untuk menikahkan anak.(dari berbagai sumber/fri)

Dari Hobi Menjadi Kerajinan Tangan Siap Ekspor

Jumat, 25 November 2011 | 0 komentar

Salah satu kegiatan dalam pembuatan kerajinan.
Tuban - Hobi adalah suatu hal yang sering di lakukan baik anak-anak ataupun orang dewasa, dan disitu pula terletak kesenangan di dalam melakukan kegiatan yang sudah di jadikan sebagai hobi. Sama halnya yang  dilakukan oleh anak-anak yang memulai berkumpul dan membuat kerajinan tangan di Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban ini, dengan alasan yang di lakukannya ini adalah sekedar hobi dan ingin mandiri dari orang tua.

Memang pertama kali mereka membuat produk yang bisa di katakan sepele tapi bagi mereka adalah yang penting berkarya, toh mereka melakukannya dengan senang hati, mereka memulai dengan membuat kerajinan gantungan kunci dari batok kelapa yang di jual dengan eceran sendiri dan belum berpikiran punya agen yang bisa menampung karya tersebut, untuk mendongkrak produk mereka, mereka menamai perkumpulannya yaitu “NGETHEL MANIA 1921” yang beranggotakan, Abdi (25) Tuban, Amir (19) Jombang, Riko (19) Tuban, Hery (19) Tuban, Taufik(20) Tuban, Sanowo(18) Bojonegoro. Mereka memang masih muda- muda dan berjiwa yang keras dan ngotot, tapi demi kebaikan bersama itu tekad mereka, “1921” yang mereka tulis di nama perkumpulannya bukanlah berdirinya perkumpulannya tapi itu salah satu trik untuk membesarkan nama dengan merk yang di miliki.

Dengan berjalannya waktu mereka mulai punya ide yang dianggapnya akan menjadikan produk yang mereka produksi lebih berkembang, sebut saja Riko ingin berkarya dengan membuat lampu lampion dari kayu, karena dia sudah banyak makan garam tentang dunia kerajinan lampu, pernah bekerja di pabrik kerajinan di Yogjakarta dan sudah di bilang lama dia di situ itu penyebannya dia cukup menguasai bidang kerajinan lampion, setelah sudah mulai pembuatan produk yang tidak memakan biaya yang sedikit ini mereka mulai memasarkannya di daerah Bojonegoro, Ponorogo, Jombang, Malang, dan di daerah Jawa Timur lainnya, serta mengikutkan produknya di berbagai pameran di daerah Jawa Timur, di antaranya pernah di ikutkan pameran barang kerajinan di Malang, yang setelah itu ada seseorang, Acan(26) yang tertarik untuk bekerjasama  mengekspor barang kerajinan lampu lampion yang bisa di katakan klasik modern, yaitu dengan bentuk yang klasik tapi dengan sentuhan efek yg modern, biar tidak kalah saing dengan produk dari bahan plastik yang umumnya lebih murah.

Konsumen di Luar Negeri mungkin akan lebih menggemari produk yang berciri khas tersebut, kata Acan seorang yang tertarik dengan kerajinan anak-anak Nghetel 1921”, dan kini mereka masih terus bekerja keras untuk memperbaiki terus Produk mereka sehingga benar-benar bisa di Ekspor, karena di ketentuan barang yang akan di Ekspor harus memiliki keunggulan kompetitif yang jauh lebih baik. Kehalusan finishing dan detail produk yang jauh lebih baik, telah memberikan daya tarik yang luar biasa bagi peminat produk di berbagai belahan Dunia.

Di dalam Negeri-pun karya-karya ini sudah mulai membanjiri pasar-pasar lokal terutama di Kab. Tuban sendiri.

“Alhamdulillah karya-karya kami sekarang sudah mulai di kenal masyarakat, khususnya di Kab. Tuban, karena kami rajin mempromosikannya baik secara off line maupun on line yaitu melalui media facebook sampai media cetak” tutur saudara Abdi. (beritajawa.com)

Uyun Muzizah: Hidupku Sepedaku

Rabu, 23 November 2011 | 0 komentar

Uyun Muzizah.
Di SEA Games Thailand 2007, Uyun Muzizah turun berlomba di disiplin trek cabang balap sepeda dan pulang dengan tiga emas. Dalam SEA Games XXVI/2011 Indonesia, Uyun turun gunung dan menambah pundi-pundi emas Indonesia dengan tiga emas dan satu perunggu.

Apabila pada SEA Games 2007 tiga medali (nomor 200 meter sprint, 500 meter time trial, dan tim sprint) direbut dalam beberapa hari lomba, pada SEA Games kali ini dua dari tiga medali itu direbut Uyun langsung dalam satu hari lomba. Apabila pada SEA Games 2007 ia merebut tiga emas pada usia 27 tahun, dalam SEA Games 2011 ini Uyun merebutnya pada usia 31 tahun.

”Rupanya saya masih saja dipercaya untuk mengemban tugas. Saya selesaikan dengan baik,” ujar Uyun Muzizah seusai upacara penghormatan pemenang di velodrom Rawamangun, Jakarta, Senin (21/11).

Maka, di lintasan velodrom lawas— diresmikan penggunaannya tahun 1973—itu, Uyun menunjukkan kebolehannya di atas sadel. Pencinta balap sepeda Indonesia dibuai dengan aksi Uyun memperebutkan poin sprint di nomor points race. Uyun berpartner dengan pebalap senior Nurhayati di nomor omnium yang melombakan enam jenis nomor trek.

Di awal balapan, Uyun akan mengumbar senyum sambil melambai- lambaikan tangan ke arah tribune. Lalu, setiap kali berputar di depan penonton Indonesia, Uyun tak pernah absen tersenyum menyambut sorakan penonton yang meneriakkan yel yel ”In-do- ne-sia !”

Mulai bersepeda

Mulai mengenal sepeda pada tahun terakhir ia duduk di SD, saat berusia 13 tahun. Anak keempat dari lima bersaudara ini awalnya terjun di dunia persepedaan setelah mengenal sepeda ria alias fun bike. Acara sepeda santai itu yang banyak digelar di kota kelahirannya, Tuban, Jawa Timur.

”Saya getol ikut sepeda santai gara-gara acara itu menawarkan banyak hadiah. Juara 1-10, kan, mendapat hadiah. Makanya, tiap kali ikut fun bike, saya selalu ngebut supaya dapat hadiahnya,” ujar Uyun, yang selain bersepeda juga terjun di cabang lari.

Upaya itu tak lepas dari kondisi ekonomi keluarganya. Ayah Uyun, Samiran, adalah tukang batu. Dengan penghasilan pas-pasan, ayah Uyun harus menghidupi lima anaknya.

Situasi itu membuat Uyun terbiasa hidup mandiri sejak kecil. ”Apalagi sejak ibu (Kasiyem) meninggal saat saya kelas II SD, saya makin harus terbiasa mandiri,” ujarnya.

Bagi Uyun, lomba-lomba fun bike yang menawarkan hadiah itu amat membantu dia dan keluarganya. Hingga, di sebuah fun bike, ia mendapat hadiah sepeda gunung. ”Sepeda itu yang terus saya pakai untuk ikut lomba,” ujarnya.

Potensi Uyun itu rupanya menarik perhatian seorang dokter gigi di kota Tuban. Dokter yang juga pengurus cabang balap sepeda di Tuban, drg Cipto Supiarso, itu memiliki klub balap sepeda Ronggolawe Cycling Club.

Bersama klub balap sepeda itu, Uyun mengasah potensinya. Ia terus mengikuti lomba-lomba balap sepeda. Saking getolnya berlatih, Uyun sampai mengabaikan sekolahnya. ”Saya tidak mendaftar ke SMP. Untuk apa saya sekolah dan hanya buang-buang duit? Mending saya jadi atlet, malah bisa menghasilkan duit,” ujar Uyun yang memang berniat menjadi atlet sejak kecil.

Secara resmi, Uyun mulai terjun di kejuaraan resmi balap sepeda setelah empat tahun bergabung dengan Ronggolawe Cycling Club. Kejuaraan Daerah Jawa Timur menjadi debut Uyun saat ia berusia 17 tahun.

Ketika itulah, Uyun dihadapkan pada pilihan, untuk terus fokus di balap sepeda atau memilih atletik. ”Saya, selain bersepeda, juga ikut lomba- lomba lari. Namun, saya pikir balap sepeda lebih sesuai untuk saya. Apalagi, pebalap putri itu sedikit sekali jumlahnya,” papar Uyun, yang memilih menekuni adu cepat di lintasan jalan raya itu setelah melihat kesuksesan Nurhayati di SEA Games 1997 Indonesia.

Sepedaku hidupku

Kurun waktu 1997-2000 menjadi periode Uyun aktif mengikuti sejumlah kejuaraan daerah, juga berbagai kejuaraan balap sepeda lainnya. Hingga tahun 2000, ia dipanggil mengikuti pelatnas balap sepeda serta persiapan menghadapi SEA Games 2001 Kuala Lumpur.

Di bawah bimbingan Theo Gunawan dan Ronny Yahya, Uyun mempersiapkan diri. Melihat potensinya, Uyun dipersiapkan turun di nomor- nomor jalan raya, individual time trial, dan mass start road race. Polesan itu membuahkan hasil. Satu perak dan satu perunggu direbut Uyun.

Kiprahnya di dunia balap sepeda kian dalam. Uyun terus diandalkan. Ia lalu diproyeksikan turun di Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan. Di bawah pengawasan langsung pelatih Endang Subagio, Uyun menempa diri untuk bertarung di nomor road race dan nomor track 3.000 meter individual pursuit.

Bagi pebalap yang selalu ceplas- ceplos bila berbicara ini, berlomba di dua disiplin lomba secara langsung tidak membebaninya. Daya tahan yang diperoleh saat menyiapkan diri di nomor jalan raya menguntungkan Uyun saat turun di lintasan trek velodrom.

Sepedaku, hidupku. Betapa ungkapan itu menggambarkan jalan hidup Uyun. Balap sepeda, bagi Uyun, tak hanya sarana mendapatkan penghasilan. Balap sepeda juga mengantarkan ia bertemu pasangan jiwanya.

Uyun bertemu sang suami, Muhamad Yusuf Kusumanegara, saat pelatnas balap sepeda SEA Games 2003 berpindah dari Yogyakarta ke Subang, Jawa Barat. Uyun yang baru pindah bersama anggota pelatnas yang ditempatkan di mes rumah makan Abah di Subang rupanya menarik perhatian Yusuf yang tinggal di dekat situ.

”Dari sepeda, kami jatuh cinta. Kami menikah setelah 15 bulan pacaran,” ujar Uyun.

Beruntungnya Uyun. Sang suami sangat mendukung kariernya. Begitu mendukungnya, hingga keduanya sepakat menunda punya momongan demi kemajuan Uyun di balap sepeda.

Uyun mampu mengobati dahaga tim Merah Putih akan medali emas. Dalam bilangan umur yang tak lagi muda, tiga keping emas ia rebut dalam sehari, pada hari ketiga lomba SEA Games tahun ini.

Bagi penyuka madu dengan campuran gula merah itu, umur tidak masalah. Selama masih memiliki kekuatan, energi, dan kemampuan, ia akan terus ikut balap sepeda.

”Mental berjuang ini juga harus dimiliki pebalap putri Indonesia,” ujar Uyun yang mengaku prihatin karena regenerasi pebalap putri di Indonesia masih saja lambat. *

UYUN MUZIZAH
  • Lahir: 7 Desember 1979
  • Lahir: Tuban, Jawa Timur
  • Suami: Muhamad Yusuf Kusumanegara
  • Pendidikan: - SDN Sukolilo, Tuban, Jawa Timur, SMP Kejar Paket C, Subang, Jawa Barat
  • Prestasi : SEA Games 2001: perak (31 kilometer individual time trial) dan perunggu (mass start road race 172,4 kilometer), Asian Games 2002: perak (road race) dan perak (3.000 meter individual pursuit, SEA Games 2007: emas (200 meter sprint), emas (500 meter time trial), dan emas (tim sprint, SEA Games 2011; emas (omnium putri), emas (scratch race 5 kilometer putri), emas (point race putri), dan perunggu (500 meter time trial). (Sumber : Kompas Cetak)

Musim Tanam Tiba, Petani Tuban Kesulitan Pupuk

| 0 komentar


Tuban -- Memasuki musim tanam padi, para petani di Tuban, Jawa Timur, kini dibuat resah akibat minimnya pasokan pupuk ke petani sejak sepekan lalu. Kondisi ini mengakibatkan harga pupuk naik hingga Rp 6.000 per-karung.

Keluhan soal kelangkaan pupuk disampaikan para petani di Desa Sendang Haji, Kecamatan Merak Urak, Tuban. Menurut petani, pasokan pupuk, khususnya jenis urea dan SP 36 sudah terlambat sejak sepekan silam. Selain terpaksa mengurangi jumlah pemupukan, sejumlah petani bahkan terpaksa menunda penanaman padi demi menghindari kerugian lebih besar.

Minimnya pasokan pupuk itu, di antaranya akibat meningkatnya permintaan pupuk dari petani. Akibat minimnya stok pupuk, harga pupuk di tingkat pengecer kini mulai merangkak naik. Harga pupuk urea bersubsidi semula Rp 81 ribu, kini mencapai Rp 87 ribu perkarung. Sementara harga pupuk jenis SP 36 kini dijual Rp110 ribu per-karung.(Metrotvnews.com)

Uyun Superwomen dari Tuban, Sehari Rebut 3 Emas

Selasa, 22 November 2011 | 0 komentar

Jakarta: Uyun Mauzizah benar-benar hebat.  Dia merupakan superwomen di cabang balap sepeda SEA Gemes XXVI yang mampu merebut 3 emas dalam satu hari.

Tadinya, dia tak mengira akan meraih prestasi sehebat itu. Tapi itulah kenyataan. Bayangkan dalam satu hari dia harus mengikuti tiga nomor omnium, scratch race, dan point race di Arena balap sepeda di Velodrome Rawamangun, Jakarta, Senin (21/11).

Dia mengaku, kondisinya fisik dalam keadaan kelelahan. Apalagi tiga nomor yang diikuti merupakan nomor marathon. Menurut Uyun, seandainya pertandingan hari Minggu (20/11) tak ditunda akibat hujan dia tak akan mengikuti lomba tiga nomor dalam sehari.

''Ya karena hujan, lintasan balapan menjadi licin. Panitia kemudian memutuskan lomba ditunda,'' kata Uyun.

Pebalap sepeda asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur, meraih medali emas dari nomor omnium, scratch race, dan point race. Emas yang diraih pebalap kelahiran 7 Desember 1979 itu menjadi emas pertama di kategori trek karena dalam dua hari pelaksanaan kategori tersebut, Indonesia baru meraih medali perak dan perunggu.

"Tetapi saya merasa bersyukur bisa mendapat tiga medali emas," kata Uyun yang kini tinggal di Kabupaten Subang, Jawa Barat, bersama suaminya.

Mengenai persaingan untuk nomor yang diikutinya tidak banyak mengalami perubahan sejak SEA Games 2007 di Thailand. Uyun mengatakan, pesaingnya hanya Fatehah Mustapa (Malaysia), Jutatip Maneephan (Thailand), dan Chanpeng Nontasin (Thailand). Mereka pun sudah tahu kelemahan dan kelebihan lawannya masing-masing.

Uyun memang belum membicarakan masalah bonus yang diterima nanti. Kementerian Pemuda dan Olahraga, memang menjadikan bonus bagi atlet yang merebut 1 emas di SEA Games XXVI akan mendapat bonus Ro 200 juta. Artinya dengan perolehan 3 emas, Uyun akan mendapatkan bonus sebesar Rp 600 juta. (indonesiarayanews)

Hendro Siswanto, Pemuda Asal Tuban di Timnas U-23

Minggu, 20 November 2011 | 1 komentar

Hendro Siswanto.
Tuban - Hendro Siswanto, pria kelahiran 12 Maret 1990, asal Dusun Rembes Desa Gesikharjo Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban turut mengantarkan Timnas U-23 ke final sepakbola Sea Games 2011. Sejak kecil, menurut orang tuanya, Hendro memang bercita-cita menjadi pemain bola.

"Hendro itu sudah mulai sejak kecil, permainan yang paling disukai adalah bola. Dulu waktu masih kecil, barang apapun selalu dia tendangi," cerita Wajiyan (54), ayah kandung dari Hendro Siswanto saat ditemui di rumahnya, Sabtu (19/11/2011).

Dari pandangan keluarganya, Hendro yang merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara pasangan dari Wajiyan dengan almarhumah Kunasri itu dikenal sebagai anak yang bandel dan manja.

Setiap hari mintanya bermain melulu. Permainannya tidak pernah lepas dari bola bersama dengan teman-temannya. Dia juga terlibat dalam tim di desanya.

"Dulu waktu masih kecil yang paling tidak bisa dilarang dari Hendro adalah bermain bola. Waktu itu pernah dia tidak mau sekolah kalau tidak boleh main bola bersama dengan teman-temannya," sambung Wajiyan yang berprofesi sebagai nelayan itu.

Untuk bermain bola dan menjadi pemain andalan, Hendro tidak pernah menyerah. Dia bahkan rela untuk berusaha keras demi cita-cita untuk menjadi pemain bola yang terkenal.

"Saya tidak pernah menyangka anak saya bisa bergabung dengan timnas Indonesia, dan tetangga pun juga heran. Karena waktu kecil, Hendro anaknya memang terkenal bandel. Kami sekarang terus berdoa dan memberi dukungan semoga dia bisa menjadi pemain yang terbaik," lanjutnya. (beritajatim.com)

14 Tokoh Jatim Terima Penghargaan Kepahlawanan

Sabtu, 19 November 2011 | 0 komentar

Surabaya - Sebanyak 14 tokoh Jawa Timur menerima penghargaan berbagai bidang dari PT Semen Gresik dalam rangka Hari Pahlawan, Jumat (18/11) malam.

Direktur Utama PT Semen Gresik Dwi Soetjipto mengatakan penghargan ini diberikan dengan harapan bisa membangkitkan kembali jiwa kebangsaan dan nasionalisme.

"Selain itu bisa mengajak masyarakat untuk dapat memahami dan merenungkan makna peringatan Hari Pahlawan," ujarnya ketika ditemui usai pemberian penghargaan.

Dwi Soetjipto mengungkapkan, penghargaan ini juga bisa dijadikan sebagai motivasi generasi muda agar dapat menghargai serta melanjutkan perjuangan para pahlawan.

ke-14 tokoh masyarakat yang menerima penghargaan masing-masing Leo Kristi yang merupakan seniman bangsa, (alm) Gombloh selaku musisi bersejarah, Zawawi Imron selaku penyair, (alm) Rusdi Bahalwan yang mewakili tokoh olahraga.

Dari tokoh lingkungan yakni Prigi Arisandi yang dikenal kompeten terhadap sungai, Sutiani yang juga guru SD, dr. M. Sofyanto sebagai tokoh kesehatan, dan seorang aktivis tenaga penggerak pertolongan korban bencana alam, Ita Listiani.

Tokoh-tokoh lainnya yakni Pengasuh Pondok Pesantren Langitan-Tuban KH Abdullah Faqih sebagai tokoh agama, Ali Musta'in sebagai penjaga pintu air Tambak Wedi Surabaya di kategori pahlawan masa kini, serta Lorenzo mewakili tokoh muda.

Sedangkan tiga lainnya yaitu para pejuang kemerdekaan, yakni Bung Tomo yang juga pahlawan nasional, Hartoyik selaku legiun veteran, dan Is Munandar sebagai veteran perang.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf mengapresiasi penghargaan terhadap para tokoh yang dinilai berjasa di bidangnya. Menurut dia, bangsa yang maju yaitu bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

"Mangadopsi kalimat Bung Karno, ingat 'Jas Merah', yang artinya jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Tanpa adanya sejarah, tidak mungkin saat ini kita berada disini," papar pejabat yang akrab disapa Gus Ipul tersebut.

Salah seorang penerima penghargaan, Lorenzo Yauwerissa, mengaku bangga dengan raihan yang diterimanya. Meski masih duduk di bangku SMA, namun prestasinya menulis buku kepahlawanan dinilai layak meraih penghargaan.

"Meski sangat puas, tapi capaian ini akan saya jadikan titik awal dan motivasi untuk berkreasi. Siapa lagi kalau bukan generasi muda yang mencintai dan menghargai jasa pahlawannya," kata siswa kelas XII SMAK Frateran Surabaya tersebut. (*)

Sehari, Dua Warga Tuban Tewas Bunuh Diri

| 0 komentar

Tuban -- Terbelit masalah ekonomi hingga ditinggal pacar sering membuat orang gelap mata, hingga mengakhiri hidupnya denga bunuh diri.

Dalam sehari di Tuban, jawa Timur ada dua orang tewas gantung diri. Peristiwa memilukan itu terjadi, Kamis (17/11/2011). Korbannya adalah Lami (80) petani yang tinggal di Desa Genahharjo, Kecamatan Semanding dan Ahmad Effendi (25) warga Desa Kebonharjo, Kecamatan Jatirogo, Tuban.

"Mbah Lami ditemukan sudah dalam keadaan lehernya tergantung di dalam rumahnya dengan tali tampar warna kuning," Kata Wawan, warga setempat. Yang melihat pertama kali adalah Lilik, salah satu tetangganya.

Sementara korban Effendi sempat tertolong oleh keluarganya ketika berusaha bunuh diri di dalam kamar. Bahkan, pihak keluarga sempat memotong tali yang digunakan menjerat leher korban sendiri kemudian melarikan korban ke puskesmas desa setempat.

Tapi sayang, nyawa Effendi tetap tak terselamatkan. Pemuda yang bekerja sebagai buruh tersebut tewas akibat tali yang menjerat di lehernya.

"Pihak keluarga sempat menolong korban ketika mendengar suara 'glodak' di dalam kamar korban. Tapi, nyawa korban tetap tak terselamatkan," ungkap Kasubag Humas Polres Tuban AKP Noersento.

Dari hasil pemeriksaan polisi terhadap jenazah Lami maupun Effendi, tidak ada bekas luka penganiayaan sama sekali. Hanya luka jeratan tali di leher kedua korban yang menjadi penyebab utama mereka meninggal. Karena itulah, disimpulkan bahwa kedua korban murni tewas akibat bunuh diri. (tribunjatim.com I surya)

Bayi Bertelinga Lafal Allah Lahir di Tuban

Jumat, 18 November 2011 | 0 komentar

Telinga bayi berlafal Allah.
Tuban - Masyarakat di Kelurahan Sumursrumbung, Kecamatan Kota, Kabupaten Tuban, Jawa Timur digemparkan adanya salah satu bayi yang telinganya di bagian kiri berlafal Allah. Bayi yang baru berumur lima hari itu lahir dengan keadaan sehat, Jumat 18 November 2011.

Bayi dari pasangan Slamet Purwanto (21) dan Nengsih (27) itu lahir dengan berat 3,5 Kg serta panjangnya 54 Cm. Bayi itu lahir pada hari Minggu 13 November pada jam 05.30 WIB.

Ningsih, menjelaskan, awal kali pihaknya mengetahui kalau anaknya mempunyai keanehan itu, bermula saat diberitahukan oleh suaminya. Kala itu, suaminya melihat anaknya mempunyai lafal Allah saat akan Adzan di telinga anaknya.

"Saya mulanya diberi tahu suami saya tidak saya tanggapi, karena saat itu kondisi saya lemah," jelasnya. Sehingga selang beberapa hari, tepatnya pada tiga hari, dengan kondisinya yang cukup sehat lantas ibu melihat telinga anaknya.

Nah, disitulah dia baru mempercayai kalau anaknya mempunyai keanehan. "Tiga hari saya penasaran. Lantas saya lihat, eh ternyata benar dan anak ini adalah anak pertama saya," sambungnya.

Namun demikian, untuk saat ini belum akan diberikan nama untuk bayi itu. Mungkin dalam waktu dekat bayi itu akan diberikan nama. Melihat keanehan pada bayi tersebut, warga setempat langsung berbondong-bondong untuk melihat bayi itu. (VIVAnews)

Kakek 70 Tahun Minum Minyak Tanah Tiap Hari

| 0 komentar

Kakek Ganti, peminum minyak tanah.
Tuban -- Mbah Ganti, 70, asal Desa Tuwiri, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Jawa Timur memiliki kebiasaan aneh. Kakek ini kerap minum minyak tanah untuk menjaga kondisi fisik.

Ganti mengaku badannya akan meriang dan gampang sakit jika terlalu lama tidak meminum minyak tanah.  Untuk menjaga vitalitas tubuh, dia pun rajin meminum minyak tanah setiap hari.

"Uwes kaet cilik aku ngombe lengo gas (sudah sejak kecil saya minum minyak tanah)," kata lelaki uzur dengan bahasa jawa, Kamis 17 November 2011. "Nek aku nggak ngombe lorokabeh (kalau aku ngak minum sakit semua)."

Tapi, Ganti kini sedikit resah karena harga minyak tanah yang melambung tinggi dan langka. Karena kondisi ekonomi pas-pasan, Ganti hanya mampu membeli minyak tanah seminggu sekali.

Awal kecintaannya minum minyak tanah bermula mencium bau minyak tanah yang dia anggap beraroma sedap. Karena penasaran, Ganti cilik pun mencoba meminum. Sejak saat itu hingga kini kebiasaan anehnya itu berlanjut. Apalagi, minyak tanah yang masuk ke tubuhnya tidak menimbulkan dampak negatif.

Selain minyak tanah, Ganti masih mengonsumsi minuman layaknya manusia lain, seperti air putih, kopi, dan teh. (VIVAnews)

Malam Ini, Tuban Tampilkan Aneka Kesenian di TBJT

Kamis, 17 November 2011 | 0 komentar

Surabaya -- Berbagai bentuk kesenian, dari tari hingga campursari, Kamis (17/11/2011) malam ini mulai ditampilkan mengisi pentas gelar seni budaya Jawa Timur di kompleks Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) Jl. Gentengkali, Surabaya.

“Ini merupakan bagian dari rangkaian gelar seni budaya Jawa Timur, dan pada kesempatan Kamis (17/11/2011) sampai dengan Minggu (20/11/2011) kami hadirkan kesenian dari Kabupaten Tuban,” kata Museno satu diantara koordinator pentas gelar seni budaya Jawa Timur.

Usai memberikan pengarahan pada segenap seniman dari Kabupaten Tuban, Kamis (17/11/2011), Museno menambahkan bahwa Kabupaten Tuban tidak hanya menampilkan kesenian, tetapi juga menghadirkan berbagai kerajinan khas Tuban.

“Ada tenun Gedok, ada batik, ada kerajinan tangan dari kayu, dan berbagai benda seni lainnya. Semuanya kita datangkan langsung dari Tuban. Termasuk juga kami hadirkan beberapa kuliner khas Tuban,” lanjut Museno.

Kamis (17/11/2011) malam ini sebagai pembuka pentas seni budaya Jawa Timur dari Kabupaten Tuban, dihadirkan tari-tarian dan kelompok musik campursari yang akan manggung sampai tengah malam.

“Setiap dua minggu sekali dalam satu bulan memang kami hadirkan pentas kesenian. Dan secara bergilir kami hadirkan untuk mengisi gelar seni budaya Jawa Timur. Dan ini semua terbuka untuk umum,” tuntas Museno.(suarasurabaya.net)

Koes Plus Meriahkan HUT Tuban ke-718

| 0 komentar

Aksi Koes plus.
TUBAN - Berbagai rangkaian acara digelar dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Tuban yang ke-718. Diantaranya adalah tasyakuran yang digelar di halaman kantor Pemkab Tuban, Rabu (16/11/2011) malam.

Suasana tasyakuran yang dihadiri sekitar 47 instansi tersebut diawali aksi sendratari sejumlah penari lokal Tuban, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bupati Tuban H Fathul Huda.

Acara tasyakuran ini semakin meriah dengan tampilnya group band legendaris Koes Plus tampil untuk menghibur para undangan.

Sorak dan tepuk tangan para undangan langsung pecah menyaksikan penampilan Yon Koeswoyo dkk.

"Dengan usianya yang ke-718, Tuban adalah salah satu kota Tua yang ada di Indonesia. Dan Kabupaten ini sangat cocok dengan salah satu lagu Koes Plus yang isinya, tanah kita tanah surga," ujar Bupati Huda dalam sambutannya.

Koes Plus sendiri merupakan band ternama asal Kabupaten Tuban. Sampai akhirnya, group yang dijuluki sebagai The Beatle Indonesia ini terkenal sampai ke tingkat Nasional dan bahkan Internasional.

Selain tasyakuran yang menghadirkan Koes Plus ini, perayaan hari jadi Tuban juga diramaikan dengan berbagai acara lain. Termasuk pameran pembangunan, sejumlah lomba-lomba dan pagelaran wayang kulit dengan dalam ki Manteb Sudarsono pada tanggal 18-11-2011 mendatang.(surya)

Bunga Bangkai Gegerkan Warga Tuban

Rabu, 16 November 2011 | 0 komentar

Bunga bangkai di Desa Klutuk, Kec. Tambakboyo.
Tuban - Bunga Bangkai atau yang dikenal dengan Bunga Reflesia ditemukan warga Desa Klutuk, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penemuan bunga langka ini membuat masyarakat sekitar geger.

Bunga tersebut bermunculan ditumpukan sampah dan semak belukar, Rabu 16 November 2011. Bunga berwarna merah tua ini tumbuh secara terpisah di beberapa titik dan muncul sepekan lalu. Ukurannya pun bervariasi, mulai berdiameter sekitar 2-5 Cm dan terhingga sampai 50 Cm.

Bunga bangkai biasanya bermunculan saat musim hujan tiba. Munculnya di daerah dengan kelembaban tinggi.

Meski bunga tersebut berbentuk indah, namun baunya busuk dan sangat menyengat di hidung, sehingga dipenuhi lalat.

Menyembulnya bunga bangkai tersebut tak pelak menjadi tontonan warga. Bahkan, sejumlah murid Taman Kanan-Kanak (TK) yang tempatnya jauh dari lokasi bunga itu, berbondong-bondong ingin melihat bunga tersebut.

Kendati demikian, warga yang mengetahui bunga tersebut, enggan membawanya pulang untuk dipelihara. "Bunga itu tak mampu bertahan dari satu minggu. Biasanya bunga tersebut akan layu dan mati jika terkena sinar matahari," jelas Kasduri, salah satu warga setempat. (VIVAnews)

Akses Air Bersih dan Toilet Sehat untuk 1000 Penduduk Tuban

| 0 komentar

Tuban -- Kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah nampaknya membuat perusahaan bergerak turun tangan. Lewat program corporate social responsibility (CSR), Monsanto Indonesia berkomitmen menyediakan akses untuk irgasi pertanian dan air bersih bagi 1.000 penduduk Tuban.

Awal program CSR tersebut ditandai dengan penandatanganan MoU antara Monsanto Indonesia dan Habitat for Humanity International (HFH) sebuah lembaga non profit. Penandatanganan yang disaksikan langsung oleh Esther Rumpa Kepala Bidang Pembiayaan Pembangunan Bapeda Jawa Timur dan Sulasim Kepala Desa Sambungrejo Kecamatan Semanding, Tuban, Selasa (15/11/2011).

Desa seluas 350 hektar itu memang masih tergolong dalam garis kemiskinan. Para penduduknya rata-rata berpenghasilan Rp 500 ribu per bulan dengan jumlah penduduk 1.000 orang. Sulasim mengakui air bersih dan layak minum menjadi fasilitas yang sulit diperoleh. Belum lagi perilaku kesehatan yang buruk dan pemukiman yang tidak layak.

Dengan dana CSR sebesar USD 133 ribu, Monsanto mengalokasikannya untuk sarana irigasi, pembangunan 20 rumah layak huni, pembangunan toilet sehat untuk 100 keluarga, akses air bersih untuk 1.000 penduduk dan sejumlah pelatihan seperti pengembangan pupuk organik kepada 50 orang petani. "Program ini akan dimulai November 2011 dan perkiraan memakan waktu satu tahun untuk pembangunannya," ujar Herry Kristanto Corporate Afairs Lead Monsanto Indonesia.

Sebelumnya, perusahaan yang bergerak dalam industri benih pertanian itu juga pernah bekerjasama dengan HFH membangun akses air bersih dan toilet umum bagi 1.700 penduduk di Tajinan, malang Jawa Timur.|Suarasurabaya.net

Upah Buruh di Jawa Timur Terendah se-Indonesia

Senin, 14 November 2011 | 0 komentar

Surabaya - Sekitar 300 buruh dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Timur, Senin, 14 November 2011 berunjuk rasa mendatangi kantor gubernur di Jalan Pahlawan, Surabaya. Mereka mendesak Gubernur menolak Upah Minimum Kota dan Kabupaten (UMK) tahun 2012 yang diusulkan masing-masing bupati dan wali kota se-Jawa Timur.

Mengendarai enam bus dan ratusan sepeda motor, para buruh tidak bisa memasuki kantor gubernur. Barikade berupa kawat berduri yang dipasang mengelilingi kantor gubernur membuat buruh hanya bisa menggelar mimbar terbuka di atas truk tepat di depan pintu gerbang kantor gubernur.

Koordinator buruh, Jamaluddin, menyayangkan masih rendahnya nilai UMK dari seluruh kabupaten dan kota se-Jawa Timur. Menurut dia, kalau dirata-rata, usulan UMK dari 38 kabupaten dan kota se-Jawa Timur hanya Rp 863 ribu.

Usulan tertinggi dari Pemerintah Kota Surabaya Rp 1,257 juta, dan terkecil Kabupaten Pacitan Rp 705 ribu. Nilai UMK tersebut lebih rendah dari rata-rata UMK 33 provinsi se-Indonesia yang mencapai Rp 988 ribu. "Padahal, secara nasional pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah yang tertinggi," kata Jamaluddin.

Usulan UMK Kabupaten Pacitan merupakan yang terendah kedua se-Indonesia setelah UMK Cilacap Rp 675 ribu. "Tahun 2010 lalu, Pacitan terendah se-Indonensia, saat ini terendah nomor dua. Ini tidak masuk akal karena kalah dibandingkan UMK luar Jawa," papar Jamaluddin.

Jamaluddin juga mengungkapkan keanehan hasil survei KHL (kebutuhan hidup layak) Kota Surabaya sebesar Rp 1,239 juta. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan KHL Kabupaten Pasuruan sebesar Rp 1,242 juta. "Apa benar harga-harga kebutuhan pokok di pasar Surabaya lebih murah dari Pasuruan," ucapnya.

Setelah berorasi, perwakilan buruh ditemui Ketua Dewan Pengupahan Pemerintah Provinsi, Edy Purwinarto yang didampingi Kepala Dinas Tenaga Kerja Jawa Timur, Hary Soegiri. Edy maupun Hary mengaku permasalah UMK seharusnya bisa diselesaikan di tingkat kota dan kabupaten. "Gubernur hanya mengesahkan, pembahasannya di tingkat kabupaten dan kota," ujar Edy.

Meski demikian, Edy mengatakan bahwa dalam pembahasan UMK, Dewan Pengupahan Provinsi akan melakukan evaluasi, termasuk juga meminta kabupaten dan kota melakukan revisi sehingga UMK yang diusulkan bisa memenuhi aspirasi para buruh.

Mendengarkan penjelasan Edy, buruh mengancam akan kembali berunjuk rasa bila gubernur tetap mengesahkan usulan UMK yang diajukan para bupati dan wali kota. (TEMPO Interaktif)

Peresmian Pabrik Tuban IV Tunggu Kemen BUMN

Minggu, 13 November 2011 | 0 komentar

Tuban -- Pada bulan Desember 2011 ini, rencananya pabrik semen Tuban IV milik PT Semen Gresik (Persero) Tbk selesai dibangun. Meski demikian, peresmian pabrik Tuban IV masih akan dikonsultasikan ke otoritas Kementerian BUMN.

Hal itu dikatakan Direktur Utama (Dirut) PT Semen Gresik, Dwi Soetjipto ketika dihubungi Suara Merdeka CyberNews. "Insya Allah pabrik Tuban IV akan selesai pada bulan Desember 2011 ini," katanya.

Dia mengutarakan, pabrik Tuban IV yang berkapasitas 2,5 juta ton per tahun itu, diharapkan makin memperkuat struktur kapasitas produksi Semen Gresik Group.

Pada akhir tahun 2011 ini, kapasitas produksi tiga perusahaan semen yang tergabung dalam Semen Gresik Group mencapai 20 juta. Direncanakan pada 5 tahun ke depan (2016), tingkat kapasitas produksi Semen Gresik Group bisa mencapai 30 juta.

"Selesainya pembangunan pabrik Tuban IV akan menambah kapasitas produksi Semen Gresik Group sebanyak 2,5 juta ton per tahun. Selain itu, pembangunan pabrik semen baru di PT Tonasa juga bakal menambah dan memperkuat kapasitas produksi Semen Gresik Group," jelasnya.

Pembangunan pabrik semen Tuban IV itu menelan anggaran Rp 3,5 triliun. Pelaksanaan pembangunan pabrik semen Tuban IV dengan konsep swakelola. Semen Gresik selaku pemilik proyek sebelumnya telah membentuk tim khusus terkait pelaksanaan pembangunan ini. (suaramerdeka.com)

Program Listrik Masuk Dusun, PLN Distribusi Jatim Turunkan Tim ke Tuban

Jumat, 11 November 2011 | 0 komentar

Arkad Matulu.
Tuban – Menyangkut keluhan 20 kepala keluarga (KK) dua dusun di Desa Lajolor, Kecamatan Singgahan Tuban, yang sudah puluhan tahun belum peroleh layanan listrik, PLN Distribusi Jawa Timur dalam beberapa hari belakangan ini PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur telah menurunkan tim survei ke Tuban.

DM Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Jawa Timur, Arkad Matulu, menyatakan keinginan warga di Kecamatan Singgahan untuk mendapat aliran istrik akan segera terwujud.

“Kami telah menurunkan tim survei ke Tuban. Untuk selanjutnya akan kita lakukan koordinasi dengan pemkab setempat. Yang jelas, sesuai dengan tekad PLN seluruh lapisan masyarakat harus peroleh listrik. Meski berada jauh di pelosok sekali pun,” kata Arkad Matulu.

Sehingga, sebut Arkad, warga tidak lagi bergelap-gelap lagi jika malam tiba. Anak-anak sebagai generasi masa depan juga bisa belajar dengan nyaman.

Seperti diberitakan sebelumnya, sudah sejak puluhan tahun ini, sejumlah 20 kepala keluarga (KK) dua dusun di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yakni Dusun Jarak dan Dusun Ngaglik, Desa Lajulor, Kecamatan Singgahan, belum pernah menikmati aliran listrik dari PLN.

Karenanya, semua aktifitas sehari-hari masih harus dilakukan dengan cara manual. Sementara, banyak orang lainnya telah menikmatinya.

“Sejak ada program listrik masuk desa kamu belum pernah menikmatinya. Padahal, jarak pemukiman kami dengan tiang PLN yang ada hanya sekitar 600 meter saja,” kata Jadi, juru bicara warga dua dusun tersebut.

Sudah pasti pula, dua dusun yang berada di seputaran hutan jati ini, sejak puluhan tahun lalu pada malam hari gelap gulita akibat belum terjangkau jaringan listrik dari PLN.

”Kami sangat berharap wilayah kami bisa menikmati penerangan listrik dari PLN. Saat ini warga menggunakan penerangan dengan lampu tempel,” tutur Jadi.

Kondisi tersebut juga menyebabkan rawan kebakaran karena warga menggunakan lampu tempel sebagai penerang rumah. Disamping itu, harga minyak tanah yang mencapai sekitar Rp 10 ribu per liter dirasa cukup berat.

Sejumlah warga lainnya menyatakan, penerangan listrik untuk keperluan rumah tangga sangat penting, selain kenyamanan juga memudahkan akses informasi melalui media elektronik.

Jika tidak ada jaringan listrik, tutur mereka, warga kesulitan untuk bisa mendapatkan informasi lewat televisi. (maiwanews.com)

Pembuatan Perahu di Tuban Menyusut Drastis

Kamis, 10 November 2011 | 0 komentar

Tuban -- Jaman ‘’keemasan’’ industri pembuatan perahu di Kabupaten Tuban terus ‘’melorot’’. Saat ini, hampir tidak mempunyai tenaga ahli dalam pembuatan perahu, apalagi ukuran poursin, atau sedang. Aktivitas para pekerja dibidang itu yang sepuluh tahun lalu masih tampak di wilayah Kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu dan Palang saat ini sudah tidak terdengar.

‘’Kondisinya memang seperti ini. jumlah orang yang ahli terus berkurang. Kami sedang mengirim tenaga lagi untuk belajar lagi di Rembang Jawa Tengah,’’ tutur Hari Purnomo, Kabid Perindustrian Badan Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban yang juga mengatakan kalau produksi pembuatan perahu telah lama bergeser ke kabupaten tetangga tersebut.

Menurut dia, setidaknya masih ada tiga tempat yang memungkinkan adanya aktivitas pembuatan perahu. Namun, menurut pejabat tersebut, tergantung pesanan. Persaingan yang ketat, terutama dibidang biaya produksi maupun bahan baku menjadi faktor utama kenapa pembuatan perkapalan di Tuban terus melorot.
‘’Di wilayah pesisir Desa  Socorejo Kecamatan  Jenu dan Glondong  Tambakboyo masih ada tapi tergantung ada yang pesan apa tidak. Terutama jenis perahu Sro’ol (kecil,red),’’ tutur Hari. (lensaindonesia)

Pemkab Tuban Gelar Ujian Massal Perangkat Desa

Rabu, 09 November 2011 | 0 komentar

TUBAN  - Pemerintah Kabupaten Tuban kembali bakal menggelar Ujian Massal Perangkat Desa pada tanggal 14 Desember mendatang, setelah tahun 2009 – 2010 lalu banyak peserta yang tidak lulus dalam ujian tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan 737 jabatan perangkat desa se-kabupaten Tuban yang masih kosong, yang pendaftarannya mulai dibuka sejak 6 November lalu.

Ujian kali ini merupakan ketiga kali setelah ujian pertama hanya memenuhi 5 persen kuota, dan ujian kedua tahun lalu hanya 20 persen kuota terpenuhi. Tahun 2011 ini, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa kembali menggelar ujian perangkat desa massal dengan lokasi ujian di kantor kecamatan masing-masing.

Kepala Bapemas Tuban, Waris Arifin saat dikonfirmasi, Selasa (8/11/11) usai dengar pendapat dengan Komisi A DPRD Tuban menjelaskan, bahwa ujian perangkat desa kali ini diharapkan dapat mengisi sedikitnya 60 persen lowongan.

“Saya berharap, kali ini dapat memenuhi 60 persen kekosongan, dan anggarannya maksimal Rp 5 juta tiap desa yang ditetapkan melalui peraturan desa,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Tuban, Agung Supriyanto menegaskan pihaknya sebelum pelaksanaan ujian perangkat kali ini meminta penjelasan untuk mengetahui detail pelaksanaan ujian. Sehingga dapat mengurangi terjadinya pelanggaran.

“Komisi A melakukan hearing, agar tahu detail kegiatan dan kita akan mengawasi dengan seksama, termasuk tim desa yang terlibat dalam pelaksanaan pengawasan ujian di tiap kecamatan,” tegasnya. (jurnalberita.com)

Hari Jadi Tuban Dimeriahkan Pameran Perdagangan & Pembangunan

| 0 komentar

Wabub Tuban Ir. H Noor Nahar Hussein didampingi istri mencicipi makanan khas olahan hasil produksi pertanian.





Tuban -- Peringatan harlah Kabupaten Tuban yang puncaknya  tanggal 12 Nopember 2011 mendatang, sudah diacarakan berbagai kegiatan.

Selasa (8/11/2011) sore, dimulai kegiatan pameran ekonomi perdagangan yang diikuti oleh kelompok–kelompok pengusaha kecil, dunia usaha dan perdagangan hingga pabrikan yang ada di wilayah ini.

‘’Kegiatan ini memang kita jadikan sarana kepada mereka, pelaku usaha untuk berpromosi mengenalkan berbagai produknya kepada masyarakat langsung,’’ tutur Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban dilokasi pameran GOR Rangga Jaya Anoraga.

Pameran selama lima hari kedepan yang dibuka Wabub Tuban H Noor Nahar Hussein ini juga menampilkan usaha-usaha unik, selain barang-barang yang telah dikenal konsumen. Diantaranya peralatan musik hadrah. Alat berupa beduk, zipin, gendang, terbang (banjari, hadroh,samproh), jesz, tamborin, kendang hingga ketipung  tersebut diproduksi US Asri Desa Kebonharjo Kecamatan Jatirogo.

Yang menarik, tutur M Bisri, pemilik usaha tersebut, hasil produknya telah dipakai kelompok-kelompok musik Islam ke Papua dan Aceh Nangroe Darussalam selain kota-kota di Pulau Jawa. ‘’Waktu lomba musik tradisi Islam di Tuban kemarin hampir semua peralatan yang dipakai peserat produksi dari kami,’’ kata M Bisri. (lensaindonesia.com)

"Api Abadi" Ditemukan di Tuban

| 0 komentar


Tuban - Selama ini, kabupaten Tuban, Jawa Timur terkenal sebagai kota seribu goa. Tapi tak hanya itu, Tuban ternyata juga menyimpan pesona yang bisa dikatakan sebagai fenomena alam. Sebab, di desa Maindu, kecamatan Montong, Tuban, terdapat api abadi yang tak kunjung padam.

Api abadi ini baru diketahui hari ini, Minggu, 30 Oktober 2011. Penemuan ini pun membuat warga sekitarnya geger.

Api abadi tersebut diduga muncul dari gas bumi, sebab baunya yang seperti gas elpiji. Gas tersebut diperkirakan berasal dari dari panas bumi yang muncul dari sela-sela tanah.

Khosim, salah satu warga setempat menyatakan, dulunya ada lubang kecil dari tanah yang muncul, dan memiliki bau gas. Lantas warga langsung memberi api, ternyata api tersebut menyala dan tidak bisa dimatikan sehingga langsung dinamakan api abadi.

”Warga yang mengetahui ada lubang gas langsung menyalakan api. Sehingga menyala hingga sekarang,” jelas Khosim.

Khosim melanjutkan, ada lubang tanah di desa setempat yang juga mengeluarkan gas yang juga mudah terbakar. Tercatat ada 8 titik lubang. Namun, untuk saat ini hanya ada satu titik yang dibiarkan oleh warga, dan yang lainnya ditutup dengan plaster semen.

Lokasi api abadi ini, terdapat di tengah persawahan para warga, dengan latar belakang bukit White While (dinding putih). Kalau anak-anak Pramuka mengenal lokasi ini dengan sebutan Van Deer Plash. Jarak tempatnya dari Kabupaten Tuban kurang lebih 30 km.

Sebelumnya, api abadi yang sudah dikenal masyarakat secara luas merupakan api abadi Mrapen. Terletak di kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, api abadi Mrapen merupakan api yang keluar dari tanah, dan tidak akan padam walaupun turun hujan.

Api Mrapen pun digunakan dalam sejumlah acara internasional. Antara lain, pesta olahraga internasional Games of New Emerging Force (Ganefo) pada 1 November 1963. Selain itu, api Mrapen juga digunakan dalam acara Pekan Olahraga Nasional dan upacara hari raya Waisak. (VIVAnews)

Batik Gedog Tuban Naik Kelas

Selasa, 08 November 2011 | 0 komentar

Jakarta -- Renske Heringa terlihat berhati-hati membentangkan sehelai kain batik gedog Tuban. Bermotif flora kembang berpadu sulur, batik berwarna merah menyala itu memukau perhatian peserta undangan diskusi Tradisi Pembatikan Kampung Kerek, Tuban, di Museum Tekstil Jakarta.

Perempuan setengah baya itu adalah peneliti independen dan pensiunan dari Universitas Leiden, Belanda. Ia meneliti batik di Indonesia sejak 1970. Bahkan untuk batik gedog Tuban, Heringa boleh disebut pemberi inspirasi yang membangkitkan kembali semangat batik Tuban hingga naik kelas ke pentas dunia.

Batik Tuban tercatat sebagai salah satu batik pesisiran yang mempunyai warna beragam. Menurut Heringa, batik Tuban mirip batik Cirebon. Kemiripan ini terlihat pada pencelupan warna merah dan biru.

Batik gedog sebenarnya hampir punah. Sebab, orang sudah tidak suka lagi memintal benang. Warga Desa Kampung Kedungrejo, Kerek, Kabupaten Tuban, tempat batik itu berasal, sudah tak membatik lagi. Kalaupun ada, hanya untuk mengisi waktu luang atau pekerjaan sampingan. "Pembuatannya memang rumit. Bukan sekadar membatik dengan lilin atau malam, tapi juga ada pemintalan atau menenun," ujar Heringa.

Uswatun Hasanah termasuk penerus batik gedog yang bertahan. Pemilik label batik tulis tenun gedog Tuban Sekar Ayu ini adalah penerus batik gedog generasi ketiga. "Saya bertahan karena mendapat inspirasi dan motivasi dari Heringa," katanya.

Menurut Uswatun, perempuan Belanda yang belajar ilmu antropologi dan budaya Jawa di Universitas Amsterdam dan Leiden itu mengajarkan filosofi mendalam. "Bukan sekadar pemaparan motif batik gedog yang membuat saya terpanggil untuk konsisten dan bertanggung jawab meneruskan pekerjaan ini," kata Uswatun.

Hasilnya? Sungguh menggembirakan, batik gedog dianggap unik. Batik ini dicari dan dianggap sesuai dengan selera masyarakat kelas menengah atas, termasuk turis mancanegara. Para pembatiknya kini sadar akan potensi batik di daerahnya itu.

Pameran batik gedog Tuban di beberapa kota dan mancanegara juga terlihat mempesona. Uswatun bahkan sering diminta mengajari pewarnaan batik gedog Tuban yang indah dan alami kepada beberapa perajin dari daerah lain.

Menurut Uswatun kegiatan membatik ini dibuat dalam tiga variasi, yakni kain tenun atau ukuran baku kain sepanjang 2 meter, kain 3 meter, dan ukuran khusus yang lebih kecil untuk selendang, syal, atau taplak. Selain panjang kain yang beragam, batik ini memiliki perbedaan kerapatan kain. Struktur tenunan yang merangkai kain akan menentukan bentuk perlakuan yang akan diterima kain selanjutnya.

Seperti kain seser, yang mempunyai kerapatan rendah dengan jalinan benang penyusun. Kain ini memiliki kerapatan rendah, sehingga terdapat celah antarbenang yang berbentuk kotak-kotak. "Kondisi ini mengakibatkan kain seser agak sulit diberi motif batik. Namun kain ini memiliki daya pikat dan kini mulai dikembangkan para perajin," ujarnya.

Menurut Heringa, batik gedog Tuban merupakan salah satu khazanah batik Nusantara. Kendati tidak setenar batik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan, batik ini memiliki makna, baik secara filosofis maupun kekuatan ekonomis. Motif dan pembuatannya yang unik merupakan ciri khas batik gedog Tuban. "Pemakaian benang yang kasar itu pesonanya," katanya. Jadi, janganlah memandang rendah kekasaran, karena di dalamnya ada kehalusan dan seni yang tinggi. Itulah batik Gedog Tuban. | HADRIANI P. | TEMPO Interaktif

Di Tuban, Ngurus KTP ‘’Cukup’’ Satu Minggu, Bayar Rp 7000

Jumat, 04 November 2011 | 0 komentar

Antri ngurus KTP.
Tuban -- Mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) cepat, ternyata masih sebatas slogan berisi janji-janji manis. Di wilayah Kabupaten Tuban, warga masyarakat harus lebih banyak bersabar.

Karena saat proses penyerahan berkas ke petugas di loket Kantor Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil (Disnakeduk Capil) hingga selesai dipatok 1 minggu jadi. ‘’Sesuai peraturan bayar 7 ribu rupiah, dan jadinya satu minggu lagi,’’ tutur petugas di loket tersebut.

Bagi warga masyarakat di wilayah Kecamatan Kota Tuban mungkin tidak masalah karena untuk menuju lokasi kantor instansi ini tidak memerlukan waktu cukup panjang dan biaya banyak. Namun, bagi warga diluar kecamatan kota yang mempunyai radius hingga 60 Km dari pusat kota soal itu bisa menjadi problem.

Tidak salah kalau akhirnya muncul ‘’calo’’ berseragam. Seperti yang dikatakan Susilo, warga Kecamatan Parengan. Soal tarif, warga ini mengaku tidak dipaksa membayar dengan nilai tertentu.‘’Lebih suka titip ke petugas di kecamatan dari pada capek-capek. Kalau kita ngasih lebih ya ngga apa-apa to,’’ tutur Susilo malah balik bertanya kepada wartawan. (lensaindonesia.com)

Jamaah Tahlil Al Muhlisin, Bedah Rumah Mbah Marijah

Kamis, 03 November 2011 | 0 komentar

Anggota jamaah tahlil membangun rumah mbah Mari.
TUBAN -- Anggota Jamaah Tahlil Al Muhlisin Dusun Bancang Desa Tahulu Kecamatan Merakurak melakukan bedah rumah milik Marijah (95), seorang janda tua warga desa setempat, Rabu (2/11/11). Bedah rumah ini dilakukan lantaran kurangnya perhatian dari pemerintah, baik desa maupun pemerintah daerah, terhadap kondisi rumah perempuan renta ini.

Sebelum melakukan kegiatan sosial dengan membedah rumah, mereka pun tetap meminta dan melayangkan ijin pada pemerintahan desa setempat. Bila melihat kondisi rumah yang ditempati perempuan renta ini, memang sudah kurang layak dijadikan sebagai tempat tinggal.

Selain dinding rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu (sesek – jawa, red), kondisi atapnya sudah dalam keadaan rapuh dan hampir roboh. Bila musim hujan, dipastikan bakal bocor.

Hal inilah yang membuat iba anggota jamaah tahlil. Mereka pun berupaya membantunya dengan membangun dan memperbaikinya secara sukarela. “Kami merasa iba karena rumahnya mau roboh. Ketika hujan atapnya banyak yang bocor,” ungkap Khusni, salah satu anggota  jamaah tahlil yang berada di lokasi.

Diceritakannya, sudah hampir 3 tahun Mbah Mari, panggilan akrab Marijah, menghuni rumah yang sudah dalam kondisi rusak berat seperti itu. “Tembok rumah yang semula dari dari sesek, akan kita ganti dengan batu. Sehingga, tidak mengkhawatirkan lagi jika musim hujan datang,” jelas Khusni

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah tersebut berasal dari iuran anggota serta sumbangan dan bantuan warga desa. “Setiap anggota menyumbang minimal Rp 50 ribu sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan kekurangannnya, kita akan berusaha meminta sumbangan warga sini (Dusun Bancang) saja, yang merasa iba terhadap Mbah Mari,” tutur Imam Munif, Ketua Jama’ah Tahlil, yang ikut serta bersama anggota lainnya membedah rumah Mbah Mari.

Sementara menurut sumber yang sama, anggota jamaah tahlil hanya sekitar 38 orang, sedangkan diprediksi pembangunan rumah tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 7- Rp 10 juta rupiah karena tembok akan dibangun dari batu. (jurnalberita.com)

Antisipasi Antraks, Tuban Tolak Hewan Kurban Jateng

| 0 komentar

TUBAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jatim, menolak hewan kurban yang berasal dari wilayah Jawa Tengah. Ini karena terjangkitnya penyakit antraks di sejumlah wilayah tersebut pada beberapa waktu lalu.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Tuban, Basuki Tjahyono, mengungkapkan, merebaknya penyakir antraks di sejumlah wilayah di Jateng membuat Dinas Peternakan Pemprov Jatim menginstruksikan agar menolak masuknya hewan kurban yang berasal dari wilayah tersebut.

"Kita tolak hewan ternak dari Jateng," ungkapnya, kepada Media Indonesia, Kamis (3/11).

Penolakan itu, kata dia, tidak hanya hewan kurban yang berasal dari Kabupaten Sragen. Namun, berlaku dari wilayah Jateng secara umum. Sehingga, pihaknya melakukan pengawasan secara ketat masuknya hewan ternak dari Jateng. Apalagi, wilayah Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Jateng.

"Kita perketat pemeriksaannya," tandasnya.

Basuki menambahkan, sementara untuk menjamin kesehatan hewan kurban di Tuban, instansinya juga melakukan pemeriksaan di sejumlah titik. Pemeriksaan itu, lanjut dia, dilakukan sejak Kamis (3/11) pagi hingga H-1 Idul Adha pada Sabtu lusa.

"Namun, sejauh ini kami tidak menemukan hewan yang sakit. Termasuk, virus antraks," tegasnya.

Selama ini, kebutuhan ternak kurban cukup dipasok dari peternak lokal. Sehingga, tidak membutuhkan pasokan ternak dari wilayah lainnya.

Ketersediaan ternak ini kurban ini karena program perkawinan silang yang cukup sukses. Diakuinya, pada hari raya yang sama pada tahun lalu kebutuhan hewan kurban di wilayahnya berkisar 700 ekor. Jumlah itu termasuk jenis sapi dan kambing. (mediaindonesia.com)

Pelatihan LINMAS Dalam Rangka Peningkatan Keamanan & Kenyamanan Lingkungan

Rabu, 02 November 2011 | 0 komentar

TUBAN -- Dalam rangka meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Satuan Linmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Tuban mengadakan ‘Pelatihan Linmas Dalam Rangka Peningkatan Keamanan Dan Kenyamanan Lingkungan Kabupaten Tuban Tahun 2011’yang dilaksanakan pada hari senin 31 Oktober 2011 bertempat di Lapangan Kompi Senapan C 521 Jl. Sunan Kalijogo Kelurahan latsari Kecamatan Tuban.

Acara yang akan berlangsung enam hari ini diikuti oleh 75 orang dari Kepala Desa dan Perangkat Desa yang belum pernah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan. Materi meliputi Kesamaptaan, Kejuangan dan Kepribadian Linmas, Pemerintahan serta Bidang Kekhususan dalam Manajeman Penanggulangan Bencana.

Dalam sambutannya Wakil Bupati Tuban Ir. H. Noor Nahar Hussein, M.Si menjelaskan pentingnya Organisasi Linmas sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan, sesuai fungsinya dituntut untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai dan senantiasa siap siaga pada setiap saat serta dapat bekerjasama secara terpadu dengan unsur-unsur masyarakat lainnya. Oleh karena itu diharapkan peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ini hendaknya benar-benar meresapi sehingga maksud dan tujuan pelatihan ini dapat tercapai sesuai harapan.

Di akhir acara dilaksanakan pembaiatan oleh Wakil Bupati beserta Muspida dengan menyiramkan air  kepada perwakilan peserta dilanjutkan  dengan  suguhan  pertunjukan  Baris Berbaris dan Dasar Bela Diri oleh Peserta Pelatihan. (tubankab.go.id)

Bunuh Istri dengan Cara Dibakar, Napi Lapas Tuban Dibiarkan Bebas Berkeliaran

Selasa, 01 November 2011 | 0 komentar

Tuban -- Agung Prasetyo, salah seorang narapidana di lembaga pemasyarakatan (lapas) Tuban yang telah terbukti membunuh istri keduanya ternyata saat ini masih bebas berkeliaran di luar.Meski hukuman baru dijalani separuh, dia lebih sering terlihat berdiam diri di dalam rumahnya, namun sesekali  dia terlihat di tokonya, kawasan Jl. Lukman Hakim.

‘Bebasnya’ Agung Prasetyo yang masuk bui karena kasus pembunuhan sadis, yakni membunuh istri keduanya di kawasan hutan Pakah, kini banyak orang yang mempertanyakan status Agung. Agung yang membunuh istrinya dengan cara dibakar itu, kini malah berkeliaran di lingkungan sekitar rumahnya. Warga pun merasa terusik.

Sementara kondisi dalam lapas Tuban juga dipertanyakan. Misalnya Sampurno, salah seorang pegawai Agung yang juga ditahan karena terbukti melakukan kerjasama. Sampurno merasa kecewa dengan penanganan hukum yang dinilainya diskriminasi.

“Saya terbukti hanya membantu karena disuruh. Kok dia yang dapat fasilitas bisa enak-enakan di luar. Kenapa saya nggak,’’ tutur Sampurno bertanya-tanya. Wahyudi,  Kasi Pengawasan Napi di Lapas kelas 2 B Tuban kepada wartawan mengaku Agung mendapat fasilitas asimilasi berupa pembinaan kemasyarakat  langsung.

“Kalau kami dengar dia berbuat kejahatan akan kami tarik fasilitas asimilasinya. Selama menjalani tahanan dia berkelakuan baik, sudah lebih dari separuh hukuman dengan  hitungan remisi yang dia terima,” tutur Wahyudi.(lensaindonesia)

ARTI LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Kabupaten Tuban memiliki lambang daerah yang dijadikan identitas diri. Disetiap gambar dari lambang kabupaten Tuban memilik pengertian masing masing. Dalam satu keutuhan akan menjadi ciri khusus (identitas) maupun cita0cita luhur Kabupaten Tuban.


ARTI PADA LAMBANG KABUPATEN TUBAN

Lambang kabupaten Tuban terbagi atas 8 bagian yaitu :

1. Bentuk Perisai Putih yang bersudut lima

Dengan jiwa yang suci murni dan hati yang tulus iklas masyarakat Tuban menjunjung tinggi Pancasila. Sekaligus merupakan perisai masyarakat dalam menghalau segenap rintangan dan halangan untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kuda Hitam dan Tapal Kuda Kuning

Kuda hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada negara, watak kesatriannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa. Tapal kuda Ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cermelang dari Ronggolawe.

3. Gapura Putih

Melambangkan pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh “Wali Songo” antara lain Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang, dengan itikat yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas, masyarakat Tuban melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para “Wali Songo”.

4. Bintang Kuning bersudut lima

Rasa Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memancar didada tiap-tiap insan rakyat Tuban memberikan kesegaran dan ketangguhan iman, dalam berjuang mencapai cita-cita yang luhur.

5. Batu hitam berbentuk umpak dan pancaran air berwarna biru muda

Menunjukan dongeng kuno tentang asal kata Tuban. Batu hitam berbentuk umpak ialah Batu-Tiban dari kata ini terjadilah kata Tuban. Pancaran air atau sumber air ialah Tu-Banyu (mata ir) menjadi kata Tuban.

6. Pegunungan berwarna hijau, daun jati dan kacang tanah

Tuban penuh dengan pegunungan yang berhutan jati dan tanah-tanah pertanian yang subur dengan tanaman kacang tanah. Pegunungan berwarna hijau mengandung arti masyarakat Kabupaten Tuban mempunyai harapan besar akan terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa.

7. Perahu emas, Laut biru dengan gelombang putih sebanyak tiga buah.

Sebelah utara Kabupaten Tuban adalah lautan yang kaya raya, yang merupakan potensi ekonomi Penduduk pesisir Kabupaten Tuban. Penduduk Pesisir utara adalah nelayan-nelayan yang gagah berani. Dalam kedamaian dan kerukunan masyarakat Daerah Kabupaten Tubanuntuk membangun daerahnya menghadapi tiga sasaran yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan perbaikan mental dan kerohanian.
2. Pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan Prasarana yang meliputi jalan-jalan, air dsb.

8. Keterangan angka

1. Lekuk gelombang laut sebanyak 17 melambangkan tanggal 17.
2. Lubang tapal kuda berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.
3. Daun dan biji jati melambangkan angka 45.
dengan demikian masyarakat Kabupaten Tuban menjnjung tinggi hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat Proklamasi menjiwai perjuangan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Tuban.

Di Kesempatan kali ini kami mencoba memposting tentang tempat wisata di Kabupaten Tuban

A. Goa Akbar

Goa akbar adalah salah satu tempat wisata yang cukup popouler di kabupaten tuban,tempatnya yang cukup strategis,yang tepatnya terletak di pinggir pasar baru tuban,sehingga banyak wisatawan yang berkunjung kesana,bukan hanya keelokan pemandangan(arsitektur batu,keindahan panorama dll) tapi juga karena tiket masuknya yang murah(Kurang dari 5ribu perak)

B.MAKAM SUNAN BONANG

Makam sunan adalah tempat wisata yang sangat sering di kunjungi oleh wisatawan atau warga tuban khususnya Umat islam karena selain untuk menikmati panorama yang ada di sekitarnya,juga merupakan tempat untuk berziarah,dan selain itu kita juga bisa membeli segala peralatan sholat disana

C. AIR TERJUN NGLIRIP

Tempat ini merupakan tempat wisata di tuban yang berada di kecamatan singgahan lokasinya yang dekat hutan dan memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya menjadi daya tarik tersendiri di air terjun nglirip ini,selain itu di sini juga tidak di pungut biaya alias gratisssss.

D. MASJID AGUNG TUBAN

Masjid agung merupakan masjid yang terbesar di kabupaten Tuban selain digunakan untuk tempat beribadah juga bisa di gunakan untuk tempat singgah sementara bagi wisatawan dari luar kota,masjid ini lokasinya dekat alon-alon dan berdampingan dengan Makam Sunan Bonang,sehingga sering di sebut ‘Tiga Serangakai’ wisata Tuban.

E. KLENTENG KWAN SING BIO

Di Tuban juga ada Klenteng Kwan Sing Bio,Klenteng tersebut merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara jadi tidak mengherankan jika klenteng tersebut sangat banyak di kunjungi berbagai macam wisatawan,klenteng ini mempunyai keunikan antara lain adalah simbolnya,dimana umumnya simbol klenteng itu naga tapi klenteng Kwan Sing bio justru mempunyai simbol Kepiting,lokasinya yang menhadap ke laut juga mempunyai daya tarik tersendiri.

F. PEMANDIAN BEKTIHARJO

Bektiharjo merupakan salah satu wisata yang terletak di kecamatan semanding tuban,tempat ini banyak di minati oleh para remaja yang ada di wilayah tuban bahkan sampai di luar tuban karena selain digunakan sebagai tempat refreshing juga sebagai tempat Untuk pacaran,dan bektiharjo juga memiliki tempat pemandian yang cukup besar,mulai dari anak-anak sampai orang yang udah bau tanah atau alias udah kakek-kakek bisa kesana.

G. GOA NGERONG

Goa ngerong merupakan wisata yang terletak di kecamatan rengel alias tempat yang cukup tinggi dari kabupaten tuban tapi meskipun lokasinya agak tinggi kecamatan ini sering terkena banjir(Menurut teman kami rIski Toha),kadang – kadang wista ini sepi karena terhalang banjir,meskipun begitu tempat ini masih Eksis untuk menarik para wisatawan karena pemandanganya yang sangat indah(Tapi berhati-hatilah konon kalau ada seseorang yang mengambil ikan dari sana akan terkena kutukan 100tahun atau bisa-bisa anda Turex alias tidak laku kawin.

Category List

Arsip Blog

MARDIYAN RONGGOLAWE. Diberdayakan oleh Blogger.
PEMERINTAHAN

Kabupaten Tuban terdiri dari 19 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang Sedangkan Kota Tuban sendiri terdiri dari 17 kelurahan yaitu :Doromukti, Sidorejo, Kingking, Kebonsari, Mondokan, Latsari, Sidomulyo, Karang Sari, Ronggomulyo, Baturetno, Sukolilo, Perbon, Sendangharjo, Kutorejo, Karang, Gedongombo, Panyuran

WISATA DAN CINDERAMATA

Di kota Tuban kita bisa mengunjungi beberapa obyek wisata, di antaranya Gua Akbar, Masjid Agung, Makam Sunan Bonang,Ngerong Rengel, Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan, Air Terjun Nglirip,Goa Suci,Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi dan Pantai Boom. Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang. Disamping itu ada juga cinderamata berupa miniatur tempat berjualan Legen (minuman khas tuban) yang disebut "ONGKEK". Bentuknya seperti tempat berjualan Soto tetapi terbuat dari bambu. Miniatur ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Tuban. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal). Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga sedikit memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.

ASAL-USUL

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

GEOGRAFI

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Gresik menuju Solo

SUKU BUDAYA

Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku cina, suku Kalimantan, dll. Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo.

PENDIDIKAN

Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong sangat baik. Terbukti dengan adanya 3 sekolah yang bertaraf internasional, antara lain, SMP Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban,SMP Negeri 3 Tuban serta puluhan SMP dan SMA yang bertaraf Nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari dan 2 SMP, yakni , SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba di juarai oleh pelajar Tuban. Banyak diantaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan,SMA Negeri 3 Tuban,SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, MAN TUBAN, dll. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas Ronggolawe, yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya.

DAERAH VITAL KOTA TUBAN

Sebagai Kabupaten, Tuban memiliki tempat penting seperti Kantor Bupati Tuban, Pendopo Kridho Manunggal (yang pernah dirusak dan dibakar massa), Kantor DPRD, Masjid Agung Tuban, GOR Rangga Jaya Anoraga, dll.

TUBAN TEMPOE DOELOE

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

TUBAN PADA MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto. Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayahanda Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.

TUBAN PADA MASA PENJAJAHAN

Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah.

TUBAN MASA KINI

Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

Tuban Merupakan Kota Semen pada masa sekarang, Semen Gresik yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang Oil & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antaralain PETROCHINA (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta ada juga PT. TPPI & PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu)

Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA.

H. MUSEUM KAMBANG PUTIH

Museum kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di kabupaten tuban,Lokasinya yang sangat strategis alias di tengah kota Tuban lebih tepatnya lagi bersebelahan dengan alon-alon,masjid agung,dan makam sunan bonang cukup ramai di kunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota,di museum kambang putih kita akan menemukan sejarah-sejarah jaman dahulu yang berada di Kabupaten Tuban.

Ads 468x60px

  • Code Test

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis...

Bookmark Us

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Featured Posts Coolbthemes

Search Box

 
© Copyright 2010-2011 apakabartuban All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.