Pages

Pages

Pages

Minggu, 21 Agustus 2011

Ritual Tahunan, Kwan Sing Bio Bagikan 1.500 Tumpeng

Suasana saat warga berebut tumpeng.
TUBAN  – Ratusan warga histeris berebut tumpeng bunceng dalam ritual tahunan Sembahyang Arwah yang digelar di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, di kawasan Jalan RE Martadinata Tuban, Minggu (21/8/11).

Meski tak sampai menimbulkan korban, namun dalam acara rebutan 1.500 tumpeng yang berisi nasi, roti, serta mie instan serta kecap sempat terjadi suasana tak tertib dan kegaduhan. Warga histeris saat berebut tumpeng diiringi teriakan dan tangis anak-anak kecil yang ikut pula berebut tumpeng.

Sembahyang arwah merupakan ritual berdoa untuk mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal. Warga sudah mulai berkumpul sejak jam 09.00 pagi tadi, meski acara rebutan tumpeng baru dilakukan setelah kegiatan Sembahyang Arwah atau sekitar jam 11.20 WIB siang.

Meski cuaca sangat panas, mereka rela mengantri dan berdesak-desakan dengan warga lain demi mendapatkan tumpeng yang disediakan panitia. Mereka rela menunggu hingga tumpeng boleh di ambil usai ritual dilakukan. Tak hanya orang dewasa, baik pria maupun wanita, Nampak pula anak-anak ikut berdesakan dan berebut.

Begitu suara bedug sebagai tanda ditabuh,  spontan warga berdesakan dan saling berebut tumpeng. Hal itu membuat panitia kuwalahan hingga terjadi kegaduhan. Terdengar pula jeritan dan tangisan anak-anak yang masih dibawah umur dan balita lantaran terjepit ratusan orang yang merebut isi tumpeng.

Suasana kisruh akhirnya bisa dikendalikan setelah jajaran Satuan Dalmas Polres Tuban secara cepat melakukan pengamanan agar tidak sampai menimbulkan korban. “Kalau ikut merebut isi tumpeng, biasanya bisa mendapatkan berkah. Makanya, meskipun panas seperti ini, saya ikut acara rebutan tumpeng di klenteng ini,” kata Kastini (31), warga Desa Semanding ini.

Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio, Gunawan kepada wartawan mengatakan, sebenarnya acara rebutan tumpeng merupakan bagian dari ritual Sembahyang Arwah atau Sembahyang dan menjadi kegiatan rutin setiap tahun.

“Kegiatan bertujuan untuk mendoakan para leluhur yang telah wafat, dan tahun ini kita menyiapkan 1500 tumpeng bunceng,” kata Gunawan. (jurnalberita.com)

Jumat, 19 Agustus 2011

Idul Fitri MUHAMMADIYAH 30 Agustus, NU Masih Menunggu

Melihat Hilal. (ist)
PIMPINAN Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur telah menetapkan awal Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2011 tanggal 30 Agustus 2011.

Lain halnya dengan Pengurus Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Dalam hal lebaran, PWNU tidak mau gegabah dan lebih memilih menunggu dan juga memastikan jatuhnya Idul Fitri dengan melakukan “rukyatul hilal” (melihat hilal secara kasat mata).

Prediksi awal Syawal 1432 Hijriah (hari raya Idul Fitri) mungkin tidak akan bersamaan waktunya, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat.

“Kalau awal Ramadhan 1432 Hijriah bisa bersamaan, tapi awal Syawal 1432 H ada kemungkinan tidak bisa bersamaan karena ketinggian hilal di bawah dua derajat,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Jatim Dr H Abd Salam Nawawi MAg, saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat (19/8/2011).

Dilihat dari kalender, PWNU Jatim mencatat ijtimak untuk awal Syawal 1432 H terjadi pada 29 Agustus 2011 pukul 10.05 WIB dengan tinggi hilal hakiki 1 derajat 57 menit 45,08 detik.

“Karena tinggi hilal tidak mencapai dua derajat, maka kemungkinan akan terjadi perbedaan Lebaran yakni ada yang ber-Idul Fitri pada 30 Agustus dan ada pula tanggal 31 Agustus,” katanya.

Adapaun tempat-tempat strategis untuk melihat hilal, antara lain Ujungpangkah Gresik, Tanjungkodok Lamongan, Nambangan Surabaya, dan sebagainya. (lensaindonesia.com)

Jumat, 12 Agustus 2011

Jalur PANTURA Tuban Dikawal SNIPER

Penembak Jitu Kopassus TNI AD.
TUBAN - Sekitar 20 penembak jitu (sniper) akan ditempatkan di sejumlah titik rawan di jalur pantai utara di Tuban, Jawa Timur. Pengamanan dilakukan tertutup dengan berpakaian preman. Para petugas ini diberi izin untuk menembak di tempat pelaku kejahatan jika memang terpaksa.

"Para sniper ini akan berbaur dengan polisi dan TNI yang ikut pengamanan Lebaran," kata Kepala Kepolisian Resor Tuban, Ajun Komisaris Besar Polisi I Wayan Lastika, Jumat, 12 Agustus 2011. Para sniper ini, kata dia, akan siaga di pos-pos penjagaan di sepanjang jalan dan kemudian bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

Para sniper mulai diturunkan pada H-7 hingga H+7 Idul Fitri. Mereka juga akan berbaur dan menjadi pelapis anggota polisi dan TNI yang berpakaian dinas. Mereka ini terdiri dari anggota pilihan dari Brimob Polda Jawa Timur dan Brimob Kelapa Dua, Jakarta.

Sedangkan lokasi penyebarannya di Tuban, mulai dari jalur pantura di Tuban bagian barat, tepatnya dari Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Jenu, Merakurak, Tuban Kota, hingga ke Palang sejauh 60 kilometer. Kemudian dari jalur Tuban Kota menuju ke Kecamatan Semanding hingga ke Widang, yang berbatasan dengan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.

Selain itu, mereka juga berada di pos polisi di Kecamatan Palang, Tuban, yang berbatasan dengan Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Polisi juga memperketat penjagan di perbatasan antara Jatirogo, Tuban, dengan perbatasan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Di jalur pantura Tuban memang ada sejumlah titik yang rawan, di antaranya di hutan jati Kecamatan Jatirogo, di Desa Bancar dan Jati Peteng, Kecamatan Jenu. Biasanya jenis kejahatannya berupa bajing loncat, jambret dan sejenisnya. (TEMPO Interaktif)

Minggu, 07 Agustus 2011

Keluarga Haeny, Mantan Bupati Tuban, dan Kisah Istana Pribadinya

Haeny Relawati saat bersama suami, Ali Hasan.(istimewa/JPNN)


Tahun ini bisa jadi adalah tahun perpisahan bagi mantan Bupati Tuban Haeny Relawati Rini Widyastuti. Pada 1 Maret lalu, dia harus berpisah dengan jabatannya. Jumat (5/8) dini hari lalu, dia harus berpisah dengan suaminya, Ali Hasan. Bagi warga Tuban, keluarga pasangan Haeny-Ali menyimpan kisah tersendiri selama sepuluh tahun mereka berkuasa.

Laporan DWI SETIYAWAN, Tuban


KEPERGIAN Ali Hasan memang sangat mendadak. Diduga karena serangan jantung, pria 57 tahun itu mengembuskan napasnya yang terakhir pada Jumat (5/8) dini hari lalu. Almarhum meninggalkan empat orang anak dari pernikahannya dengan Haeny.

Keluarga itu sangat terkenal di Tuban. Maklum, Haeny adalah bupati selama dua periode. Pada pilkada 1 Maret lalu, sebenarnya Haeny maju lagi menjadi wakil bupati. Tapi, dia kalah.

Salah satu simbol bahwa keluarga Haeny pernah menjadi keluarga nomor satu di Tuban dapat dilihat dari kemegahan rumahnya yang berdiri di lahan 3,5 hektare. Rumah itu berada di Jalan Letda Soetjipto, Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban.

Bagi warga Tuban, kesempatan bisa masuk ke istana keluarga Haeny sangat langka. Maklum, pagar istana yang dibangun sekitar 2005 itu setinggi sekitar 5 meter. Gerbangnya yang kukuh selalu tertutup rapat dan dijaga beberapa satpam. Karena itu, jangankan bisa masuk, mengintip saja sulit. Tapi, kesempatan masyarakat Tuban dapat menyaksikan kemegahan bangunan istana itu akhirnya datang juga pada Jumat (5/8) lalu.

Saat itu gerbang rumah megah tersebut dibuka lebar-lebar untuk menerima kunjungan warga yang datang melayat. Mereka datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Ali Hasan yang meninggal Jumat (5/8) dini hari.

Para pelayat yang sebagian besar PNS (pegawai negeri sipil) mantan bawahan Haeny tampak tak menyia-nyiakan kesempatan selama berada di dalam istana itu. Maklum, bagi mereka, kesempatan itu adalah pengalaman pertama. Karena itu, selama berada di areal rumah Haeny, mereka gunakan untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat aset kekayaan Ali Hasan.

Sebagian besar para pelayat mengabadikan kemegahan bangunan rumah dan fasilitasnya dengan menggunakan kamera handphone. Ada juga yang memotret dan mejeng di garasi tempat menyimpan mobil-mobil kuno koleksi almarhum. Sebagian berpose di depan sangkar besar yang dihuni orang utan. Tak jauh dari lokasi itu terdapat kandang kuda. Ada tiga ekor kuda dengan badan tinggi besar di kandang tersebut.

Bangunan rumah utama keluarga Haeny berukuran sekitar 40 x 60 meter persegi. Bangunan tersebut merupakan perpaduan gaya Jawa dan Eropa untuk eksterior, serta Arab untuk interiornya. Kekhasan Arab terlihat dari langit-langit sejumlah ruangannya yang berbentuk kubah dan menjulang tinggi. Di rumah itulah Haeny, suaminya, dan empat anaknya tinggal.

Di bagian belakang bangunan utama rumah itu terdapat garasi yang bentuknya memanjang dari timur hingga barat, membentuk huruf U. Di garasi itu, Ali Hasan memarkir 63 mobil kuno koleksinya. Mobil-mobil tersebut diparkir berdasar jenisnya. Land Rover dikandangkan di bagian paling barat. Setidaknya ada tujuh mobil jenis itu. Dua blok garasi di sebelahnya digunakan untuk memarkir mobil jenis jip. Ali Hasan memang paling suka mobil jenis itu. Setidaknya ada 14 unit jip dari berbagai tahun dan pabrik yang berbeda dijejer.

Garasi mobil merek Hummer dan Chevrolet berada persis di belakang bangunan utama. Di tempat itu para pelayat paling banyak berpose di depan Hummer yang konon keluaran pertama.

Di garasi paling timur tak kalah ramainya. Di tempat itu terdapat 18 mobil jenis sedan seperti merek BMW, Mustang, dan Sportune, hingga Chevrolet. Ketika didekati, seluruh kunci mobil kuno tersebut ternyata sudah terpasang. Kalau kuncinya dikumpulkan, pasti bingung ini kunci untuk mobil yang mana, celetuk salah seorang pelayat.

Selain garasi untuk mobil kuno, Ali Hasan membangun garasi lagi di bagian lantai dasar rumahnya. Garasi tersebut bisa menampung sedikitnya sepuluh mobil berkelas yang digunakan sehari-hari keluarga Haeny. Dua di antaranya adalah Mercy dan Jaguar.

Fasilitas lain yang membuat kagum warga yang melayat adalah balai paseban.

Bangunan tersebut dibuat dari kayu jati berukuran besar-besar dan utuh. Delapan tiang utamanya saja berasal dari kayu jatih utuh yang besar lingkarannya satu rangkulan orang dewasa. Langit-langit paseban diukir dengan seni pahat yang tinggi. Lantainya berbahan puring atau potongan kayu jati. Untuk memberikan kesan khas Jawa, di depan paseban ditempatkan dua kentongan plus bangunan kecil untuk melindunginya.

Dua meja di paseban juga dibuat dari kayu jati utuh. Salah satu meja tersebut memiliki panjang 12 meter dan lebar sekitar 1,5 meter.

Fasilitas lain di istana tersebut adalah lapangan tenis, lengkap dengan ruangan untuk bersantai, musala, dan sangkar besar untuk satwa. Kabarnya, di dalam rumah almarhum juga terdapat kolam renang. Pujian terkait kehebatan Ali Hasan mendesain bangunan sempat dilontarkan Bupati Tuban Fathul Huda ketika memberikan sambutan.

Dia mengatakan, masyarakat Tuban menikmati keahlian Ali Hasan itu. “Hampir semua bangunan di Tuban sumbangsih beliau (ketika istrinya menjabat). Mudah-mudahan ini menjadi amal jariahnya,” kata Fathul Huda. HM Hamdani, ipar Ali Hasan, mengakui bahwa almarhum memang memiliki cita rasa yang tinggi terhadap semua hal. Termasuk urusan bangunan rumah dan kendaraan. Khusus untuk koleksi mobil antik, Hamdani mengatakan dirinya tidak tahu sejak kapan mobil-mobil antik tersebut dikoleksi iparnya dan mendapat dari mana saja. Saya juga tidak tahu dia mendapat kayu jati berkualitas super karena saya sendiri juga belum pernah masuk rumah itu, tandas pengusaha SPBU itu. (jpnn/c4/kum/mar)

Jumat, 05 Agustus 2011

Suami Mantan Bupati Tuban Haeny Relawati Wafat

Jenazah Ali Hasan saat akan dikebumikan
TUBAN  – H. Ali Hasan, suami mantan Bupati Tuban Haeny Relawati RW, meninggal dunia di rumahnya, di Jalan Letda Sucipto Kelurahan Mondokan Kecamatan Kota, sekitar pukul 02.15 WIB, Jum’at dini hari.

Jenazahnya disemayamkan di rumah duka dan dikebumikan di sebelah timur halaman rumahnya yang cukup luas sekitar pukul 10.15 pagi. AlmarhumH.Ali Hasan, dikabarkan meninggal dunia akibat sakit jantung dan komplikasi yang dideritanya.

Menurut Sunarto, adik kandung Ali Hasan, kakaknya meninggal dunia pukul 02.15 Jumat dini hari. “Sebelumnya, beliau membangunkan kami dan menyuruh kami makan sahur, setelah itu takdir berkata lain, beliau dipanggil Sang Khaliq,” ujarnya, saat ditemui wartawan.

Ratusan orang memadati rumah mewah, yang selama ini dihuni almarhum H. Ali Hasan dan Istrinya, Haeny Relawati, untuk melayat dan memberikan penghormatan terakhir. (jurnalberita.com)

Kamis, 04 Agustus 2011

48 Jalur TENGKORAK Arus Mudik di JATIM

DINAS Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Provinsi Jatim telah membuat rencana operasi penyelenggaraan angkutan Lebaran terpadu 2011/1432 H.

Ada 8 ruas jalan utama (terdiri dari 48 lokasi) yang dianggap sebagai jalur tengkorak atau rawan kecelakaan saat arus mudik-balik lebaran.

Yakni, ruas jalan Surabaya-Lamongan-Tuban,Surabaya-Mojokerto-Nganjuk-Madiun-Ngawi, Kertosono-Kediri-Tulungagung, Surabaya-Porong-Malang-Batu, Malang-Blitar, Surabaya-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi, Probolinggo-Lumajang-Jember-Banyuwangi dan Surabaya-Bangkalan-Sumenep.

Inilah 48 lokasi rawan kecelakaan di 8 ruas jalan tersebut, yakni Jl Kalianak-Margorejo, Deket Km Sby 36-43, Sukodadi Sby 45-48, Turi Km Sby 48-51, Pujung Km Sby 65-69, Brondong Km 75-76, Widang-Pakah Km 80-130, Jenuh-Bancar Km 115-140, Talang Km Tbn 10-11, Duduk Sampeyan.

Kemudian, lokasi Simpang 4 Puri Indah By pass Mojokerto, Desa Glagah Perak, Banyakaan-Gringing Km 5,2-6,8, Kedungrejo Km Ngjk 10,5, Sukomoro Km 114,7, Saradan, Wilangan-Caruban-Madiun, Caruban-Ngawi-Mantingan, Madiun-Ngawi, Bendo-Gurah-Badas, Mekikis-Gamping rejo, Braan-Bandar kedungmulyo, Pojok-Ngantru.

Kemudian, Raya Waru Buduran, Desa Sukorejo Pandaaan, Raya Purwosari, Raya Lawang Km 71-72, Raya Singosari Km 75-76, Raya Genengan-Pepen, Pakis Haji Km 98-102, Jatiguli-Sumberpucung Km 12, Raci Bangil-Grati-Bayaman-Kasawan Paiton, Jl Juanda Km 3,5, Desa Kepulungan Gempol Km 41-43, Tongas-Delingu-Leces, Banyu Glugur-Panarukan-Banyuputih, Landangan-Takongan-Hutan Baluran-Watudodol dan Gangsring Km 28.

Kemudian, Desa Banjarsari-Tegalsiwalan, Raya Lincing Km 283-284, Desa Kedayungan Km 29, Rogojampi Km 18, Tikungan Gandrung dan Glandmore, Gunung Kumitir, Raya Galis, Camplong, Jungkaran-Nyeburan (Jrengik), Tlanaan Km 101-103 dan Desa Giring Manding Kamal.

Kabid Angkutan Jalan Dishub LLAJ Jatim Sumarsono, Kamis (4/8) mengatakan, untuk menekan angka kejadian kecelakaan di jalur tengkorak tersebut. (nurqomar/pos kota)

Nikmatnya Berbuka Puasa dengan Minum Legen

TUBAN - Bulan Suci Ramadhan membawa berkah tersendiri bagi penjual minuman tradisional Legen khas Tuban, Jawa Timur. Minuman dari bunga pohon Siwalan itu diminati oleh sejumlah warga untuk minuman berbuka puasa.

Sejumlah penjual Legen asli khas Tuban gelar dagangan di bawah pohon Siwalan di pinggir jalan Desa Panyuran, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban itu pada setiap sore. Menjelang berbuka puasa mereka diserbu oleh pembeli .

Penjual mengaku, sudah menjadi kebiasaan setiap bulan puasa mereka setiap harinya selalu kehabisan minuman Legen tersebut. Bahkan jauh sebelum buka puasa, banyak jugaa pembeli yang sudah rela mengantri di bawah pohon siwalan.

“Kalau bulan puasa memang rame, kadang-kadang mereka menunggu di bawah pohon saat saya masih di atas,” ujar Kastari, salah satu pembuat Legen, yang berada di kawasan tersebut.

“Kalau saya hari biasa itu membuat Tuwak, tapi kalau bulan puasa saya membuat Legen, karena banyak yang mencari Legen untuk berbuka,” tambahnya.

Setiap bulan puasa, biasanya Kastari setiap harinya bisa menjual antara 40 liter hingga 50 liter , tergantung dari hasil pembuatan dari bunga pohon-pohon Siwalan yang mereka panjat.

“Ya kalau keluarnya banyak kita hasilnya juga banyak, untuk bulan puasa satu botol Legen saya jual Rp 5000, itupun dalam waktu satu jam biasanya juga sudah habis karena banyak yang ngantri,” pungkasnya.(nurqomar/Pos Kota)